Lahan Kritis: Pengertian, Ciri, Faktor Penyebab, Proses Terjadinya, Pencegahan, dan Cara Memperbaikinya

Pengertian Lahan Kritis
Lahan Kritis

Pengertian Lahan Kritis
Lahan Kritis adalah Lahan yang fungsinya kurang baik sebagai media produksi untuk menumbuhkan tanaman yang dibudidayakan atau yang tidak dibudidayakan (Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2014 tentang Konservasi Tanah dan Air). Lahan kritis telah mengalami kerusakan baik fisik, kimia, dan biologis. Sehingga lahan ini tidak mempunyai nilai ekonomi lagi. Lahan kritis umumnya disebabkan oleh degradasi lahan yaitu menurunnya kualitas lahan.

Ciri Lahan Kritis
Beberapa ciri yang dapat terlihat dari sebuah lahan hingga dikatakan kritis di antaranya,
1. Tidak subur
Lahan kritis apabila dijadikan lahan pertanian maka hasil panennya akan jauh dari yang diharapkan. Lahan menjadi tidak subur disebabkan karena tanah sedikit mengandung mineral yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh. Biasanya daerah dengan risiko ancaman besar seperti erosi dan banjir sering mengalami hal ini.

2. Miskin humus
Tanah humus merupakan tanah yang bercampur dengan bahan organik seperti daun dan ranting yang membusuk. Tanah humus mengandung zat-zat yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh. Tanah yang miskin humus sudah barang tentu tidak akan efektif jika dijadikan tanah pertanian.

Faktor Penyebab Lahan Kritis
Beberapa faktor penyebab lahan kritis di antaranya,
1. Faktor Alam
a. Kekeringan
Kekeringan biasanya terjadi pada daerah-daerah yang sangat minim intensitas hujan. Indonesia memang beriklim tropis, tapi perlu diingat bahwa ada daerah-daerah dalam waktu yang cukup panjang tidak mendapatkan siklus hujan. Lahan di daerah ini cenderung kritis karena tanah kering dan kurang adanya air yang bermanfaat untuk kehidupan tumbuh-tumbuhan jika lahan dimanfaatkan sebagai lahan pertanian.

b. Genangan air yang terus menerus
Humus tanah serta mineral-mineral tanah yang terdapat di lapisan bagian atas lahan dapat tergerus jika tanah terus-menerus tergenang air. Tanah akan menjadi jenuh terhadap air sehingga mineral dan humus tanah akan larut dalam air dan menghilangkan lapisan tanah subur tersebut. Tanah seperti ini merupakan ciri-ciri lahan basah.

c. Erosi tanah
Erosi tanah (mass wasting) oleh air biasanya sering terjadi di daerah daratan tinggi, pegunungan, serta daerah-daerah dengan lahan miring. Jika tidak diolah secara tepat, maka akan terjadi erosi tanah, di mana tanah akan terus bergerak menuruni ketinggian gunung dapat mengikis lapisan tanah subur di bagian atas lahan.

d. Pembekuan air
Faktor ini memang jarang bahkan sulit terjadi di daerah-daerah di Indonesia, biasanya hal ini terjadi di daerah kutub dan pegunungan tinggi yang memang cuacanya lebih dingin.

2. Faktor Non-alam
a. Alih fungsi lahan
Salah satu faktor yang banyak terjadi sehingga menjadi penyebab kerusakan lahan dan lahan menjadi kritis yaitu adanya alih fungsi lahan, terutama terkait dengan Daerah Aliran Sungai (DAS). DAS seharusnya memiliki fungsi untuk menampung, menyimpan, dan mengalirkan air hujan secara alami.

Jika DAS dialihfungsikan untuk keperluan industri, pemukiman, dan perkebunan besar, maka dapat mempercepat kelangkaan air dan menyebabkan lahan pada DAS rentan kritis, timbulnya pencemaran air sungai, dan sebagainya.

b. Kesalahan dalam pengelolaan lahan
Tentu, mengelola lahan ada aturan yang harus ditaati. Sehingga lahan tetap mempertahankan produktivitasnya dengan baik. Salah satu metode yang sering dipraktikkan yaitu dengan menyelang-nyeling periode penanaman. Misalnya pada 6 bulan awal lahan ditanami dengan padi.

Setelah masa panen, tanah perlu digemburkan kembali dengan dibajak. Kemudian ditanami dengan tanaman lain yang tidak terlalu membutuhkan air dan pestisida. Selain pemilihan jenis tanaman, pemilihan pupuk, pestisida, metode pembajakan sawah, metode panen, dan sebagainya juga mempengaruhi.

c. Pencemaran bahan kimia
Bahan kimia seperti penggunaan pestisida serta limbah pabrik dapat menyerap ke dalam tanah dan mencemari lahan pertanian. Beberapa pestisida dapat bertahan dalam tanah hingga bertahun-tahun. Tentu hal ini dapat mengganggu kesuburan tanah. Sedangkan pencemaran limbah pabrik dapat mencemari lahan melalui aliran sungai yang membawa bahan kimia tersebut, maupun melalui air tanah sehingga lama kelamaan menyebabkan lahan menjadi kritis.

d. Adanya material yang tidak dapat terurai di tanah
Limbah seperti plastik, steroform, atau material lain yang tidak dapat terurai dalam tanah hingga puluhan tahun. Jika limbah-limbah semacam ini masuk ke dalam lahan potensial dengan jumlah yang terus meningkat, lama kelamaan lahan potensial akan menjadi kritis karena pencemaran material jenis ini. Pengolahan sampah plastik dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar jika diolah dengan benar.

Proses Terjadinya Lahan Kritis
Terbentuknya lahan kritis dapat ditemukan pada tanah yang kualitasnya kurang baik. Tanah yang memiliki kualitas rendah atau marginal biasanya digunakan untuk pertanian tanaman pangan. Tanah yang memiliki masalah berupa sifat fisik, kimia dan biologi serta dikelola secara tidak tepat akan menyebabkan penurunan tingkat kesuburan tanah.

Bila hal tersebut dibiarkan, maka tanah pada lahan tersebut akan menjadi lahan kritis. Kegiatan pertanian yang kurang tepat dapat menyebabkan penurunan produktivitas tanaman, erosi, sedimentasi, longsor serta banjir.

Pencegahan Lahan Kritis
Pencegahan lahan kritis telah dilakukan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah di berbagai wilayah di Indonesia. Pengelolaan lahan marginal telah diupayakan sedemikian rupa agar tetap produktif. Undang-undang No. 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Berkelanjutkan menyampaikan mengenai pencegahan alih fungsi lahan pertanian produkif, terutama lahan pertanian pangan.

Pada Undang-undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang juga terdapat aturan mengenai tata cara penggunaan lahan agar sesuai dengan fungsi dan kemampuannya. Selain itu, pada Undang-undang No. 32 Thun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup juga telah diatur mengenai upaya pencegahan lahan kritis.

Tindakan nyata untuk mencegah degradasi lahan adalah melakukan rehabilitasi hutan dan lahan. Hal ini bertujuan untuk melindungi serta upaya konservasi karena dapat memberikan keuntungan sosial, seperti tata kelola air sebagai cara mengatasi banjir dan kekeringan, pencegahan erosi, serta menata siklus air.

Cara Memperbaiki Lahan Kritis
Lahan kritis perlu diperbaiki agar dapat memberikan manfaat optimal bagi manusia. Berikut beberapa cara untuk mengatasi dan menanggulangi lahan kritis di antaranya,
1. Peran Pemerintah, Masyarakat dan Korporat
Peran pemerintah dalam mengatasi lahan kritis ialah dengan kebijakan-kebijakan yang mendukung lingkungan. Misalnya kebijakan terkait dengan alih fungsi lahan serta penerapannya. Pemerintah juga wajib untuk mensosialisasikan kebijakan terkait penanggulangan lahan kritis. Apabila terdapat pihak-pihak yang masih melakukan pelanggaran seperti illegal logging, tentu sanksi tegas harus dilakukan.

Sedangkan masyarakat dan korporasi dapat berperan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengetahuan akan lahan kritis juga perlu diketahui, agar masyarakat dan korporasi tidak secara serampangan mengambil alih lahan-lahan produktif untuk digunakan.

2. Pengembangan Keanekaragaman Hayati
Untuk mengatasi kondisi lahan kritis, dapat diterapkan pola tanam tumpang sari. Tumpang sari adalah penanaman aneka tanaman secara berdampingan. Hal ini akan memberi manfaat dan menjaga kandungan unsur hara dalam tanah tetap terjaga, karena tiap tanaman butuh unsur hara yang berbeda-beda.

3. Reboisasi dan Penghijauan
Upaya rehabilitasi dan penghijauan lahan-lahan kritis juga dapat dilakukan. Pemilihan tanaman harus dilakukan dengan tepat, yaitu dengan memilih tanaman yang memiliki akar tunjang kuat dan dalam, membutuhkan sedikit air, membutuhkan sedikit unsur hara, dan berupa tanaman endemik pada habitatnya.

4. Pembuatan Sengkedan atau Terasering
Terasering atau sengkedan ialah metode pembentukan tanah menyerupai tangga. Biasanya cara ini banyak diterapkan di lereng-lereng curam. Pembuatan tanah seperti tangga ini dapat membantu mengurangi laju air dari atas ke bawah. Sehingga tanah tidak mudah longsor dan menimbun lampisan tanah di bawahnya.

5. Pengembalian Fungsi DAS
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu kawasan atau area yang dikelilingi oleh beberapa titik alami yang terletak pada dataran tinggi di mana titik-titik tersebut berfungsi menjadi wadah penampungan bagi air hujan yang turun di kawasan tersebut.

Pengembalian fungsi aliran sungai merupakan salah satu upaya memperbaiki area resapan air. Selain itu, manfaatnya adalah untuk mempertahankan ketersediaan air, menanggulangi banjir, menanggulangi kekeringan, jalur hijau, menjaga ekosistem sekitar dan sebagainya.

6. Reklamasi Pertambangan
Industri pertambangan banyak menghasilkan lahan-lahan kritis. Penambangan emas, batubara, gas alam dan mineral lain umumnya mengeruk tanah hingga kedalaman tertentu hingga menemukan mineral yang akan ditambang. Pengerukan tersebut akan membuat kawasan tanah tersebut rusak bahkan amblas.

Lebih parahnya, setelah hasil tambang yang dicari habis maka lahan tersebut akan ditinggal begitu saja. Oleh karena itu, perlunya melakukan upaya reboisasi untuk mengembalikan fungsi lahan tersebut. Upaya pencegahan juga dapat dilakukan dengan tegasnya pemberian ijin tambang.

7. Penggunaan Pupuk Organik
Penggunaan bahan-bahan kimia untuk pupuk menjadi salah satu penyebab lahan kritis. Zat kimia yang digunakan tersebut tidak dapat hilang dengan cepat, karena memerlukan waktu bertahun-tahun untuk hilang secara alami.

Oleh karenanya, penggunaan pupuk organik seperti pupuk kompos dapat menjadi pilihan yang baik. Pupuk organik yang berasal dari bahan alami yang mengalami pembusukan lebih ramah terhadap lingkungan. Bahan-bahannya seperti dedaunan dan kotoran hewan dapat memberikan unsur hara sekaligus memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.

8. Menggemburan Tanah Secara Alami
Untuk menggemburkan tanah, metode yang dapat dilakukan adalah metode pemulsaan (mulching). Metode ini dilakukan dengan cara menutupi permukaan tanah dengan sisa-sisa tanaman. Umumnya jerami adalah bahan yang digunakan untuk pemulsaan.

Selain jerami, tanaman azolla juga dapat digunakan untuk menggemburkan tanah. Tanaman azolla adalah tanaman paku air yang hidup bersimbiosis mutualisme dengan ganggang hijau biru (Anabaena azollae). Tanaman azolla berperan dalam memfiksasi nitrogen (N2) dan sekaligus dapat menjadi pupuk alami bagi tanaman.

9. Enceng Gondok
Enceng gondok merupakan jenis tanaman air yang dapat membantu mengatasi pencemaran air dan udara. Tanaman air ini dapat membantu menyerap logam berat yang terkandung pada aliran sungai yang tercemar limbah industri atau bahan kimia.

Enceng gondok dapat meminimalisir pencemaran udara dan air. Enceng gondok dapat menyerap logam berat yang terkandung dalam limbah industri.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Lahan Kritis: Pengertian, Ciri, Faktor Penyebab, Proses Terjadinya, Pencegahan, dan Cara Memperbaikinya"