Hujan Meteor Leonid: Pengertian, Fenomena, Cara Menyaksikan, dan Hujan Meteor Leonid di Indonesia

Pengertian Hujan Meteor Leonid
Hujan Meteor Leonid

Pengertian Hujan Meteor Leonid
Hujan meteor leonid adalah hujan meteor yang titik radiannya berada di garis Leo. Hujan meteor leonid berasal dari sisa debu komet 55P/turtle temple yang mengorbit matahari pada periode 33,3 tahun. Hujan Meteor Leonid menjadi bagian dari fenomena luar angkasa yang dapat dilihat secara langsung oleh penduduk Bumi.

Leonids adalah hujan meteor yang sangat deras, yang puing-puingnya berasal dari Komet Tempel-Tuttle. Leonid bergerak dengan cepat, berkesinambungan dengan jalur Bumi dalam kecepatan 72 km/detik. Leonid yang berukuran lebih besar, kurang lebih 10 mm memiliki massa setengah gram dan meteoroid seperti ini yang menghasilkan meteor terang.

Proses terjadinya hujan meteor Leonid yang turun per tahunnya bila dikumpulkan dari seluruh Bumi bisa berjumlah 12-13 ton. Catatan pada tahun 1866 menyatakan ada ratusan hujan meteor Leonid dalam satu menit atau beberapa ribu perjam di Eropa. Leonid kemudian terlihat lagi pada tahun 1867, ketika cahaya bulan meredam jumlah meteor yang terlihat menjadi 1000 per jam.

Penampakan lain yang terlihat dari hujan meteor Leonid di tahun 1868 mencapai intensitas 1000 per jam di langit yang gelap. Ketika badai meteor itu tidak terlihat lagi di tahun 1899, semua orang berpikir bahwa badai telah berlalu dan badai meteor ini tidak akan pernah terjadi lagi.

Fenomena Leonid memang sempat mereda selama 100 tahun antara tahun 1866-1966. Para Astronom menduga bahwa badai meteor Leonid tahun 1899 tidak terlalu mengesankan publik. Hingga akhirnya di tahun 1910 terlihat ada komet benderang di langit sehingga masyarakat kembali penasaran terhadap fenomena tersebut.

Fenomena Hujan Meteor Leonid
Leonid terkenal karena hujan meteornya, yang kadang menimbulkan badai. Tentunya fenomena ini menjadi sangat spektakular. Tahun 1833 Leonid memberikan sumbangan besar bagi kemajuan sains. Namun badai meteor telah tercatat jauh di peradaban kuno.

Namun badai meteor tahun 1833-lah yang membangkitkan kesadaran peradaban modern. Saat itu meteor  yang melintas berjumlah ribuan dalam satu jam, namun dalam 9 jam, telah menjadi total 240.000 meteor yang jatuh di seluruh wilayah Amerika Utara, sisi timur dari Pegunungan Rocky.

Cara Menyaksikan Hujan Meteor Leonid
Hujan meteor Leonid pada tahun 1998
Hujan meteor Leonid dapat disaksikan sejak pukul 00.30 waktu setempat hingga akhir fajar bahari (25 menit sebelum terbit Matahari) dari arah timur-timur laut hingga utara-timur laut. Intensitas maksimum hujan meteor Leonid berkisar 11-14 meteor per jam untuk wilayah Indonesia dikarenakan ketinggian radian saat transit bervariasi, mulai 52-69 derajat.

Untuk menyaksikan hujan meter Leonid, pastikan Anda menuju ke tempat yang bebas dari penghalang, polusi cahaya dan awan. Kabar baiknya, Anda juga tak perlu menggunakan alat bantu apapun, kecuali jika ingin mengabadikan atau memotretnya. Anda dapat menggunakan kamera all-sky dengan medan pandang 360 derajat yang diarahkan ke zenit (titik di angkasa yang berada persis di atas pengamat).

Hujan Meteor Leonid di Indonesia
Pada tahun 2018, Leonid memuncak pada malam hari di tanggal 17 November dan subuh tanggal 18 November. Leonid mendapatkan namanya dari Konstelasi Leo, karena dia berpendar dari arah Leo. Pakar NASA, Bill Cooke mengatakan bahwa Leonid dapat dilihat di segala penjuru langit. Namun bila kita menghadap ke arah konstelasi tersebut, kita akan melewatkan meteor berekor panjang.

Walau hujan meteor bisa jadi lebih mudah ditonton dari daerah Bumi belahan utara, namun penikmat langit di bagian selatan Bumi juga bisa melihat pertunjukan spektakular tersebut. Walau tidak sebaik apa yang terlihat dari Bumi belahan utara, namun masih indah untuk ditonton.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Hujan Meteor Leonid: Pengertian, Fenomena, Cara Menyaksikan, dan Hujan Meteor Leonid di Indonesia"