Batuan Piroklastik: Pengertian, Tekstur, Struktur, dan Proses Pembentukannya

Pengertian Batuan Piroklastik
Batuan Piroklastik

Pengertian Batuan Piroklastik
Batuan Piroklastik adalah bebatuan klastik yang terbentuk dari material vulkanik. Piroklastik dari kata dalam bahasa Yunani pyro (api) dan klastos (pecah). Piroklastik biasanya berhubungan dengan aktivitas vulkanik, seperti gaya letusan gunung Krakatau. Piroklastik biasanya dibentuk dari abu vulkanik, lapilli dan bom vulkanik yang dikeluarkan dari gunung berapi, bergabung dengan bebatuan di daerah tersebut yang hancur.

Tekstur dari batuan tersebut yaitu memiliki ciri terdapat butiran fenokris dan memiliki massa dasar seperti batuan porfiritik. Struktur dari fragmennya bengkok dan terdeformasi, tekstur ini terjadi karena erupsi dari ledakan material yang berukuran debu yang dihembuskan ke udara.

Demikian, batuan piroklastik merupakan batuan yang dihasilkan dari proses litifikasi bahan-bahan yang dihembuskan dari pusat vulkanik selama masa erupsi yang memiliki sifat eksplosif. Di mana nantinya bahan-bahan tersebut akan jatuh ke permukaan bumi yang kemudian akan mengalami litifikasi baik itu sebelum di transport maupun hasil dari reworking.

Tekstur Batuan Piroklastik
Tekstur umum dari batuan piroklastik di antaranya,
1. Ukuran butirnya. Menurut Wentworth, debu/tufanya memiliki ukuran butir 0-2 mm, lapili memiliki ukuran butir 2-32 mm, block/bom memiliki ukuran butir 32-256 mm. Sedangkan menurut Fisher, debu/tufanya memiliki ukuran butir <2 mm, lapili memiliki ukuran butir 2-64 mm dan block/bomb memiliki ukuran butir >64mm.
2. Bentuk butirnya bulat sempurna seperti bola dan memiliki sudut di setiap permukaannya. Bentuk butir ini merupakan keadaan dari batuan tersebut.
3. Kompaksinya terdiri atas kompaksi yang mudah hancur dan kompak, di mana kompaksi yang mudah hancur bila dipegang akan meninggalkan serbuk di tangan, sedangkan kompaksi yang kompak memiliki permukaan yang kuat, keras dan padat.

Struktur Batuan Piroklastik
Struktur dari batuan piroklastik memiliki butiran yang kasar maupun halus, di mana struktur tersebut sering kali terdapat pada batuan sedimen seperti halnya perlapisan. Batuan piroklastik yang berbutir halus terkadang memperlihatkan tekstur yang hampir sama pada batuan beku lelehan. Butiran halus yang terdapat pada batuan piroklastik sering disebut sebagai tufa, di mana struktur tufa ini akan mempengaruhi penamaan dari batuan piroklastik yang kemudian terbagi menjadi 3 jenis di antaranya,
1. Aglomerat. Aglomerat merupakan jenis batuan sedimen klastik. Aglomerat merupakan batuan piroklastik yang hampir sama dengan batuan konglomerat, akan tetapi memiliki komposisi yang berbeda. Di mana aglomerat berasal dari material vulkanik, sedangkan konglomerat berasal dari material sedimen. Aglomerat ini memiliki ukuran butir >32 mm.
2. Breksi Vulkanik. Breksi vulkanik merupakan breksi yang menyerupai batuan sedimen akan tetapi komposisinya berasal dari material vulkanik yang mempunyai ukuran butir >32 mm. ( baca : Batuan Breksi )
3. Tufa Lapili. Tufa merupakan batuan piroklastik yang berukuran halus, batuan ini terdiri atas material fragmen yang mengkristal atau berasal dari mineral. Berdasarkan komponen yang memiliki kandungan fragmen kristal/mineral yang terkandung, tufa terbagi atas 3 jenis, yaitu tufa vitric yang memiliki banyak fragmen gelas, tufa kristal yang memiliki banyak fragmen kristal dan tufa lithik yang memiliki banyak fragmen batuan.

Proses Pembentukan Batuan Piroklastik
Mekanisme Pengendapan
Proses bentukan batuan piroklastik berawal dari letusan gunung berapi yang mengeluarkan magma dari perut bumi yang disebabkan karena tenaga yang sangat besar, yaitu tenaga endogen. Mekanisme pengendapan batuan tersebut terbagi atas 3 macam di antaranya,
1. Fall Deposit merupakan mekanisme pengendapan batuan piroklastik yang dibentuk dari jatuhan mineral halus yang terbawa oleh tenaga angin.
2. Flow Deposit merupakan mekanisme pengendapan batuan piroklastik yang diangkut oleh media air, di mana ketika diangkut bersama air terjadi pencampuran dari berbagai macam ukuran butiran.
3. Surge Deposite merupakan mekanisme pengendapan batuan piroklastik yang terbentuk karena gabungan antara pirkolastik yang dibentuk oleh jatuhan dan aliran.

Mineral Penyusun
Mineral penyusun batuan piroklastik hampir sama dengan mineral pembentuk batuan beku. Hal ini disebabkan karena zat yang terkandung dalam mineral penyusunnya sama, yaitu tersusun dari magma. Perbedaannya dapat dilihat dari bentuk butirannya, pada batuan beku butirannya merupakan campuran dari beberapa butir sedangkan pada batuan piroklastik butirannya merupakan gabungan dari butiran.

Mineral penyusun batuan piroklastik terbagi atas 3 macam di antaranya,
1. Mineral Sialis. Mineral sialis merupakan mineral yang terdiri atas mineral kuarsa, mineral feldspar dan mineral felspatoid.
2. Mineral Femis. Mineral jenis ini sangat kaya akan kandungan besi magnesiumnya, yang terdiri atas olivin, melilit dan piroskin.
3. Mineral Tambahan. Mineral tambahan ini terdiri atas biotit, amfibol dan hipersten.

Tipe Endapan
Secara genetik batuan piroklastik dapat dibagi menjadi tiga tipe utama di antaranya,
1. Endapan Jatuhan (Pyroclastic Fall Deposits)
Endapan ini dihasilkan oleh erupsi eksplosif yang melemparkan material material volkanik ke atmosfer dan jatuh di sekitar pusat erupsi. Material piroklastik setelah dilempar dari pusat volkanik langsung jatuh ke darat melalui medium udara. Jika material tersebut jatuh pada daerah slope maka dapat terjadi gerakan yang disebabkan oleh gaya gravitasi.

Tumpukan material tersebut apabila mengalami litifikasi akan menjadi batuan piroklastik. Karakteristik khusus dari tipe ini adalah memiliki sortasi yang baik dan beberapa batuan seperti pumis dan lithic fragments tampak membentuk gradasi normal.

2. Endapan Aliran (Pyroclastic Flow Deposits)
Endapan ini dihasilkan dari gerakan material piroklastik ke arah lateral berupa aliran gas atau material setengah padat berkonsentrasi tinggi di atas permukaan tanah. Proses pengendapannya sepenuhnya dikontrol oleh topografi. Bagian lembah atau depresi dari pusat erupsi akan terisi oleh material tersebut dan akan membentuk batuan piroklasstik setelah terkompaksi dan terlitifikasi.

Ciri umum dari tipe ini adalah memiliki sortasi buruk dan pada batuan pumis dapat dijumpai gradasi yang berlawanan (reverse grading). Hal tersebut disebabkan oleh densitas material yang lebih rendah daripada medianya (aliran gas/padatan).

3. Pyroclastic Surge Deposits
Mekanisme pembentukan surge deposit ini mirip dengan flow deposit, tetapi material piroklastik berada dalam media gas atau padatan berkonsentrasi rendah. Endapan ini cenderung menyebar dan menyelimuti area di sekitar pusat erupsi namun umumnya lebih berkonsentrasi di lembah-lembah dan daerah depresi.

Struktur yang mencirikan endapan ini antara lain: perlapisan silang siur, dune, antidune, laminasi planar, baji dan bergelombang.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Batuan Piroklastik: Pengertian, Tekstur, Struktur, dan Proses Pembentukannya"