Transisi Demografis: Pengertian, Model, Kritik, dan Transisi Demografi Di Indonesia

Pengertian Transisi Demografis
Transisi Demografis

Pengertian Transisi Demografis
Transisi demografi adalah istilah yang mengacu kepada transisi dari tingkat kelahiran dan kematian yang tinggi menjadi rendah karena ekonomi suatu negara atau wilayah berkembang dari ekonomi pra-industrial menjadi ekonomi yang terindustrialisasi. Teori ini diusulkan pada tahun 1929 oleh ahli geografi Amerika Serikat Warren Thompson yang mengamati perubahan tingkat kelahiran dan kematian masyarakat-masyarakat industri selama 200 tahun.

Sebagian besar negara maju telah melewati proses transisi demografi dan memiliki tingkat kelahiran yang rendah, sementara sebagian besar negara berkembang masih mengalami proses transisi ini. Teori transisi demografi merupakan sebuah teori yang didukung oleh banyak ahli dalam ilmu sosial karena adanya korelasi historis yang kuat antara penurunan tingkat kesuburan dengan kemajuan sosial dan ekonomi.

Transisi demografi menjelaskan terjadi perubahan populasi dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut terjadi akibat adanya perkembangan pembangunan di bidang ilmu pengetahuan, ekonomi, teknologi, sosial sehingga terjadi perubahan di tingkat kelahiran, kematian hingga harapan hidup. Tidak menutup kemungkinan bagi negara-negara maju akan mengalami jumlah kelahiran dan kematian rendah, hal ini pertanda bahwa populasi telah stabil.

Model Transisi Demografi
Model Transisi Demografi adalah sebuah model yang digunakan untuk mendeskripsikan perubahan-perubahan dalam statistik-statistik kependudukan seperti angka kelahiran, angka kematian, dan pertumbuhan penduduk seiring dengan berjalannya waktu. Model ini pada awalnya dibuat berdasarkan data-data statistik kependudukan negara-negara Amerika Utara dan Eropa dari waktu ke waktu.

Perubahan kependudukan menurut model ini dibagi menjadi 5 tahapan dengan karakteristik khususnya masing-masing. Pada mulanya, setiap negara di dunia berada pada sebuah fase di mana angka kematian dan kelahiran sama-sama tinggi. Selanjutnya angka kematian turun terlebih dahulu yang lalu disusul oleh penurunan angka kelahiran.

Pada akhirnya, angka kematian dan kelahiran keduanya sama-sama rendah dan pertumbuhan penduduk stabil. Beberapa ahli juga berpendapat setelah kelahiran dan kematian sama-sama rendah, angka kelahiran bisa kembali naik atau juga menurun hingga menyebabkan penurunan jumlah penduduk.

Model ini digunakan untuk memprediksi struktur piramida penduduk yang mungkin terjadi pada suatu negara dan juga menjelaskan mengapa perubahan-perubahan tersebut dapat terjadi. Model yang kali ini digunakan membagi transisi demografis menjadi 5 tahap. Namun, tidak semua model menjelaskan tahap ke 5, banyak model yang hanya mengakui hingga tahap ke 4.
Tingkat 1
Pada tahap ini, angka kematian dan angka kelahiran masih tergolong tinggi, umumnya pada tingkatan 35/1000. Pada tahap ini terdapat pertumbuhan penduduk yang sedikit.
Angka kelahiran yang tinggi disebabkan oleh
1. Tidak adanya perencanaan keluarga atau alat kontrasepsi
2. Tingkat kematian anak yang sangat tinggi sehingga orang tua terpaksa melahirkan lebih banyak anak agar kemungkinan ada yang hidup lebih tinggi.
3. Sistem perekonomian subsisten yang padat karya sehingga diperlukan banyak anak untuk bekerja di lahan pertanian dan peternakan.
4. Jumlah anak yang banyak dianggap sebagai tanda kejantanan dan kesuburan rahim. Oleh karena itu, banyak keluarga yang melahirkan banyak anak agar dapat berbangga diri.
5. Kepercayaan agama yang sangat kuat. Banyak agama, di antaranya adalah Katolik, Hindu, dan Iislam, yang menyarankan keluarga untuk mempunyai anak yang banyak.

Sedangkan, angka kematian yang tinggi, terutama pada anak kecil disebabkan oleh
1. Penyakit dan wabah yang merajalela
2. Kelaparan dan pola makan serta nutrisi yang buruk
3. Tingkat kebersihan yang buruk
4. Kemampuan medis yang sangat terbatas

Tingkat 1 pada transisi demografis berkorelasi dengan kondisi peradaban Inggris sebelum taun 1760. Sekarang, hanya suku-suku pedalaman yang masih melakukan hunting and gathering seperti suku bushman Kalahari dan suku-suku tribal di hutan Amazon yang dikategorikan sebagai tingkat 1.
 
Tingkat 2
Pada tingkat kedua, angka kelahiran tetap tinggi, namun angka kematian menurun secara drastis, hingga ke angka sekitar 20/1000. Pada tahap ini terjadi pertumbuhan populasi yang sangat tinggi.
Penurunan angka kematian disebabkan oleh
1. Semakin baiknya pengetahuan medis dan fasilitas-fasilitas medis
2. Perbaikan infrastruktur sanitasi dan suplai air bersih
3. Perbaikan pada suplai makanan, baik dari proses produksi maupun distribusinya. Kualitas dan kuantitas makanan meningkat sehingga menurunkan tingkat malnutrisi serta kelaparan.
4. Perbaikan infrastruktur transportasi sehingga lebih mudah memindahkan sumber daya alam dan sumber daya manusia
5. Penurunan pada tingkat kematian anak

Tingkat 2 dari transisi demografis berkorelasi dengan kondisi Inggris pada tahun 1760-1880. Sekarang, negara yang berada pada tingkat 2 adalah negara-negara LEDC seperti Kenya, Ethiopia, dan Bangladesh. Negara LEDC adalah kependekan dari less economically developed country, istilah ini digunakan untuk negara-negara berkembang yang masih jauh dari tahap industrialisasi negara berkembang.
 
Tingkat 3
Pada tingkat 3 transisi demografi, angka kelahiran mulai menurun secara drastis dan angka kematian kembali menurun namun secara perlahan. Angka kelahiran kira-kira akan mencapai 20/1000 sedangkan angka kematian mencapai 15/1000 sehingga terjadi pertumbuhan populasi secara perlahan. Namun, karena jumlah populasi sudah sangat banyak, meskipun pertumbuhan perlahan, jumlah anak yang lahir sudah sangat banyak.
Penurunan angka kelahiran disebabkan oleh
1. Munculnya inisiatif perencanaan keluarga, produk kontraseptif, dan aborsi
2. Menurunnya tekanan untuk memiliki banyak anak karena pada tingkat ini, kematian anak sudah rendah
3. Mekanisasi industri dan pertanian menyebabkan jumlah pekerja yang dibutuhkan semakin sedikit
4. Meningkatnya keinginan untuk memiliki kekayaan seperti rumah dan mobil serta menurunnya kemauan untuk memiliki keluarga yang besar dengan banyak anak
5. Insentif yang semakin banyak untuk memiliki keluarga yang kecil. Insentif dapat disengaja oleh pemerintah ataupun tidak disengaja oleh kondisi ekonomi dan faktor sosial
6. Emansipasi wanita menyebabkan semakin banyak wanita memilih edukasi dan karir ketimbang menjadi ibu rumah tangga

Tingkat 3 transisi demografi berkorelasi dengan kondisi di Inggris pada tahun 1880-1940. Sekarang, negara-negara yang dikategorikan masuk kedalam tingkat 3 adalah negara emerging countries atau negara berkembang yang sudah cukup maju dan memiliki pertumbuhan ekonomi serta teknologi tinggi. Contoh negara-negara ini adalah China, Brazil, dan India.
 
Tingkat 4
Pada tingkat 4 transisi demografis, angka kelahiran dan angka kematian sudah sangat rendah, pada level 16/1000 untuk kelahiran dan 12/1000 untuk kematian. Sehingga pertumbuhan populasi sangat rendah. Pada tahap ini, negara umumnya sudah dianggap maju dan terindustrialisasi.

Pada tahap ini, sudah mulai ada risiko terjadinya peningkatan rasio ketergantungan. Yaitu kondisi dimana terdapat banyak orang tua non-produktif yang harus ditanggung oleh generasi muda produktif.
Contoh negara-negara yang sudah memasuki tahap 4 adalah Inggris, Amerika Serikat, Argentina, dan Jepang.
 
Tingkat 5
Tingkat 5 merupakan tahapan transisi demografis yang baru diobservasi belakangan ini. Pada tahap ini, angka kelahiran turun sehingga menjadi lebih rendah dari angka kematian, atau sebaliknya, angka kematian yang meningkat. Tahap ini ditandai dengan penurunan populasi negara tersebut.
1. Alasan penurunan angka kelahiran antara lain adalah
2. Fokus pada materialisme dan kekayaan sehingga tidak ingin memiliki keluarga
3. Pendidikan yang semakin tinggi dan menyeluruh membuat orang-orang berorientasi karir
4. Semakin tersedianya fasilitas aborsi dan kontrasepsi
5. Semakin mahal biaya hidup sehingga orang-orang tidak mau memiliki anak
6. Keengganan untuk menikah dikarenakan kebutuhan hidupnya sudah terpenuhi oleh wahana kenikmatan lainnya

Alasan peningkatan angka kematian antara lain adalah
Munculnya penyakit degeneratif yang tidak menular dan disebabkan oleh gaya hidup modern yang tidak sehat. Contohnya adalah kanker, HIV, penyakit jantung, dan obesitas. Contoh negara yang sudah mengalami transisi demografi tingkat 5 ini adalah Swedia dan Italia.
 
Kritik Model Transisi Demografi
Seperti semua model prediktif, model transisi demografi memiliki banyak keterbatasan. Keterbatasan-keterbatasan itu antara lain adalah
1. Gagal dalam memprediksi tahap ke 5 dimana angka kelahiran lebih sedikit dibandingkan dengan angka kematian.
2. Model yang dianggap terlalu eurosentris karena menganggap bahwa semua negara akan melalui tahapan-tahapan tersebut. Jika melihat data yang sudah ada, kecil kemungkinan negara-negara miskin di Afrika dapat melewati tahap industrialisasi ekonomi
3. Tidak semua perubahan kematian dan kelahiran se-drastis yang digambarkan pada model ini. Banyak negara yang pada tahap ke 2 tidak mengalami penurunan kematian secara drastis karena mereka tidak mampu membuat fasilitas kesehatan dan membeli obat. Selain itu, banyak juga negara yang tidak mengalami penurunan kelahiran secara drastis pada tingkat 3 karena faktor agama yang kuat seperti di Brazil.
4. Negara-negara NIC sekarang mengalami transisi demografi yang juah lebih cepat dibandingkan prediksi model ini. Hal tersebut disebabkan oleh perkembangan teknologi yang sudah maju dan kekayaan negara-negara tersebut dari perdagangan dan industrialisasi.

Transisi Demografi Di Indonesia
Transisi demografi yang terjadi di Indonesia sudah berdasarkan tahapan teori transisi demografi. Hanya saja ada tahap tertentu yang mengalami perbedaan dalam proses pertumbuhan penduduk, sehingga dapat dikatakan jika Indonesia termasuk negara yang mengalami proses transisi demografi yang berbeda.

Perbedaan tersebut dilihat dari proses penurunan angka kelahiran sebelum akhirnya memasuki negara industrialisasi. Ada beberapa faktor yang menghalangi Indonesia untuk dapat menyelesaikan transisi demografinya di antaranya,
1. Pembangunan tidak merata. Masih ada beberapa daerah tertinggal dan jauh dari kemajuan teknologi seperti yang ada di kota-kota besar.
2. Pendidikan di Indonesia yang masih perlu ditingkatkan.
3. Indonesia adalah negara agraris. Masih cukup sulit Indonesia berubah menjadi negara industri sebab beberapa daerah masih ditemukan masyarakat bermata pencaharian sebagai petani.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Transisi Demografis: Pengertian, Model, Kritik, dan Transisi Demografi Di Indonesia"