Teori Nebula: Pengertian, Prinsip Utama, Kelebihan, dan Kelemahannya

Table of Contents
Pengertian Teori Nebula atau teori kabut
Teori Nebula (Teori Kabut)

Pengertian Teori Nebula

Teori nebula atau teori kabut adalah teori pembentukan tata surya yang dicetuskan oleh Immanuel Kant dan Piere Simon de Laplace. Teori nebula menyatakan bahwa jagat raya ini terbentuk dari sebuah kabut. Kabut tersebut sangat panas dan suatu saat kabut itu akan memadat di bagian tengahnya sehingga terciptalah matahari. Kemudian kabut- kabut tersebut akan memipih dan menyebar di bagian pinggirnya, sehingga terbentuk planet dan berbagai benda lainnya.

Teori Nebula Immanuel Kant
Teori nebula yang dikemukakan oleh Immanuel Kant lebih berfokus pada kabut gas panas dengan tingkat ketebalan yang rendah serta memiliki diameter yang sangat luas. Kabut tipis tersebut berputar sentripetal dan massa nya akan semakin meningkat sehingga menghasilkan inti massa.

Inti massa pada kabut tersebut memiliki suhu yang sangat panas sehingga menjadi pijar atau matahari. Kemudian bagian inti massa yang ada di sekitarnya atau tepi memiliki suhu yang dingin dan lama kelamaan berubah menjadi planet-planet.

Teori Nebula Simon Piere De Laplace
Sedikit berbeda dengan teori yang dikemukakan oleh Immanuel Kant, menurut Piere Simon jagat raya terbentuk dari sebuah bola kabut gas yang berukuran besar dan panas. Jika menurut Immanuel Kant kabut tersebut berputar sentripetal, maka menurut Simon Piere bola gas yang besar dan panas itu berputar sentrifugal. Karena perputaran yang dialami adalah sentrifugal sehingga menyebabkan terlepasnya beberapa materi bola gas ke sekitar bola pusat.

Materi-materi yang sudah terlepas dari bola pusat akan semakin mendingin dan strukturnya pun akan semakin padat lama kelamaan materi yang sudah mendingin menjadi sebuah planet. Sementara itu, bola gas pusat yang masih berukuran besar dan panas menjadi matahari.

Prinsip Utama Teori Nebula

Kedua pendapat teori Immanuel Kant dan Simon Piere sebetulnya tidak jauh berbeda, yakni sama-sama menyatakan bahwa sistem tata surya terbentuk dari bola gas. Bahkan hakikat teori nebula seperti yang disampaikan oleh Simon Piere yaitu pada mulanya matahari dan planet-planet masih berupa kabut yang tebal dan berukuran sangat besar.

Kemudian adanya gravitasi menyebabkan kabut-kabut tersebut saling berbenturan dengan frekuensi yang sangat kuat. Karena benturan yang sangat kuat itulah sehingga terbentuk pemadatan yang letaknya berada di pusat lingkaran dan akhirnya menjadi matahari seperti sampai sekarang.

Setelah membentuk matahari partikel-partikel tadi terlepas atau yang berada di pinggiran pusat gas perlahan-lahan akan mulai mendingin. Dalam teori nebula ukuran materi yang terlepas tidaklah sebesar ukuran kabut inti sehingga berubah menjadi planet-planet, termasuk bumi.

Berdasarkan pembahasan di atas, secara garis besar dapat diketahui bahwa teori kabut menyatakan bahwa jagat raya dan seisinya ini terbuat atau terbentuk dari sebuah kabut. Kabut yang dimaksudkan adalah kabut panas yang kemudian memadat di bagian tengah lalu terciptalah matahari.

Tidak berhenti hanya di situ, teori ini juga melanjutkan bahwa kabut-kabut tersebut kemudian memipih dan pada bagian pinggirnya semakin menyebar. Bagian pinggir yang memipih itulah yang akhirnya membentuk sebuah planet, sekian informasi tentang teori nebula dalam pembentukan bumi dan sistem jagat raya semoga bermanfaat.

Kelebihan Teori Nebula

Teori ini berhasil mengemukakan bahwa tata surya ini datar, orbit berbentuk ellips planet mengelilingi matahari.

Kelemahan Teori Nebula

Beberapa kelemahan teori nebula di antaranya,
1. James Clerk dan Sir Jeans menunjukkan bahwa massa bahan dalam gelang- gelang tidak cukup untuk menghasilkan tarikan gravitasi sehingga memadat hingga menjadi planet.
2. Moulton menyetakan bahwa teori kabut tidak memenuhi syarat bahwa yang memiliki momentum sudut paling besar haruslah planet bukan matahari.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment