Renaisans: Pengertian, Sejarah, Tokoh, Faktor Pendorong, dan Tujuannya

Pengertian Renaisans
Renaisans

Pengertian Renaisans
Renaisans dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah masa peralihan dari abad pertengahan ke abad modern di Eropa (abad ke-14—ke-17) yang ditandai oleh perhatian kembali kepada kesusastraan klasik, berkembangnya kesenian dan kesusastraan baru, dan tumbuhnya ilmu pengetahuan modern. Renaisans (Abad Pembaharuan) bermula seusai Krisis Akhir Abad Pertengahan, dan berkaitan dengan perubahan sosial besar-besaran.

Kata Renaisans, yang terjemahan literal dari bahasa Prancis ke dalam bahasa Inggrisnya adalah "Rebirth" (atau dalam bahasa Indonesia "Kelahiran kembali"), pertama kali digunakan dan didefinisikan oleh sejarawan Prancis Jules Michelet pada tahun 1855 dalam karyanya Histoire de France. Kata Renaisans juga telah diperluas untuk gerakan sejarah dan budaya lainnya seperti Carolingian Renaissance dan Renaisans dari abad ke-12.

Landasan intelektual dari Renaisans adalah paham humanismenya, yang digali dari konsep humanitas Romawi dan ajaran filsafat Yunani Klasik yang kembali diminati orang. Pemikiran baru ini mengejawantah di bidang seni rupa, arsitektur, politik, ilmu pengetahuan, dan kesusastraan. Jejak-jejak pertama perubahan Renaisans tampak di Italia pada akhir abad ke-13, teristimewa dengan munculnya karya-karya tulis Dante dan karya-karya lukis Giotto.

Renaisans merupakan pelopor peradaban modern di Eropa. Salah satu esensi dari semangat Renaisans adalah pandangan manusia yang tidak hanya memikirkan bagaimana di akhirat kelak tetapi juga harus memikirkan bagaimana ketika masih hidup, sehingga membuat manusia yang lahir ke dunia untuk mengolah, menyempurnakan, serta menikmati dunia setelah itu baru menengadah ke surga karena nasib manusia berada di tangan manusia itu sendiri.

Sejarah Lahirnya Renaisans
Renaisans berasal dari kata Re( kembali) serta Naitre( Lahir) dalam bahasa Perancis yang berarti“ Lahir Kembali”. Era Renaisans merupakan era di mana lahirnya kembali orang Eropa untuk menekuni ilmu pengetahuan Yunani serta Romawi Kuno yang rasional. Hal ini terjadi karena pada abad tengah, kehidupan di Eropa diatur dalam“ Theosentris” di mana seluruh sesuatunya berpusat pada keyakinan.

Era Renaisans berlangsung semenjak abad 15 hingga tahun 1650. Saat sebelum Renaisans, bangsa Eropa menghadapi era kegelapan (Dark Age). Ketika gereja berkuasa absolut, ajaran gereja menjadi suatu dogma yang tidak boleh dibantah. Tidak hanya, pemikiran ilmiah ditenggelamkan oleh dogma- dogma Gereja. Kemudian timbullah gerakan yang berupaya melepaskan diri dari belenggu tersebut yang kemudian disebut Renaisans.

Tokoh Era Renaisans
Rogen Bacon (1214- 1294)
Dia berkomentar kalau pengalaman (empirik) jadi landasan utama untuk dini serta tes akhir untuk seluruh ilmu pengetahuan. Matematik ialah ketentuan absolut buat mencerna seluruh pengetahuan. Sekalipun Roger Bacon menyarankan pengalaman bagaikan basis ilmu pengetahuan, tetapi dia sendiri tidak meninggalkan tulisan ataupun karya yang lumayan berarti untuk ilmu pengetahuan. Dia banyak bergerak pada lapangan politik serta agama, sehingga kesimpulannya ditahan dalam penjara.

Copernicus (1473- 1543)
Dia mengajukan komentar yang asing untuk komentar universal pada masa itu. Dia berkata kalau bumi serta planet seluruhnya mengelilingi matahari, sehingga matahari jadi pusat (Heliosentrisme). Komentar ini bertentangan dengan komentar universal yang berasal dari Hipparchus serta Ptolomeus yang menyangka kalau bumi bagaikan pusat alam semesta (geosentrisisme).

Prinsip Heliosentrisme ini setelah itu dilanjutkan oleh George Joachim (Rheticus) yang menyusun novel bertajuk De Revolutionibus Orbium Coelestium (Tentang Perputaran Alam Semesta). Novel tersebut dimulai dengan sebagian syarat dasar yang berbunyi: Awal, segala alam semesta ialah bola (Spherical); Kedua, seluruh barang angkasa serta bumi pula ialah bola; Ketiga, seluruh barang angkasa bergerak secara tertib dalam lintasan yang bulat (circular uniform motion).

Tycho Brahe (1546- 1601)
Dia tertarik pada sistem astronomi baru yang diperkenalkan oleh Copernicus. Dia membuat alat- alat berdimensi besar buat mengamati benda- benda angkasa secara lebih cermat. Pada tahun 1572 Brahe mengamati timbulnya bintang baru di gugusan Cassiopeia, ialah bintang yang brilian sepanjang 16 bulan saat sebelum padam lagi. Bintang itu dinamakan Nova ataupun Supernova, yang sangat bergantung dari besarnya serta massanya.

Temuan bintang Nova serta Supernova ini menggugurkan pemikiran yang dianut pada masa itu kalau angkasa itu tidak hendak berganti sejauh masa, serta wujudnya hendak senantiasa abadi. Pada tahun 1577 Brahe bisa mengamati suatu cornet, yang nyatanya lebih jauh dari planet Venus. Temuan ini pula meyakinkan kalau benda- benda angkasa tidak melekat pada Crystaline spheres, melainkan datang dari tempat yang tadinya tidak bisa dilihat buat setelah itu menghilang lagi. Benda- benda angkasa terapung leluasa dalam ruang angkasa.

Johannes Keppler (1571- 1630)
Dia seseorang pakar matematika yang jadi asisten Tycho Brahe. Dia melanjutkan riset Brahe tentang gerak benda- benda angkasa. Kepler menciptakan 3 buah hukum yang memenuhi penyelidikan Brahe tadinya di antaranya,
1. Kalau gerak barang angkasa itu nyatanya bukan bergerak menjajaki lintasan circle–seperti yang dikemukakan oleh Brahe- namun gerak itu menjajaki lintasan elips. Orbit seluruh planet berupa elips.
2. Dalam waktu yang sama, hingga garis penghubung antara planet serta matahari senantiasa melintasi bidang yang luasnya sama.
3. Dalam perhitungan matematik teruji kalau apabila jarak rata- rata 2 planet A dab B dengan matahari merupakan X serta Y, sebaliknya waktu buat melintasi orbit tiap- tiap merupakan P serta Q, hingga P2: Q2= X3: Y3.

Galileo Galilei (1546- 1642)
Sebagian pokok temuan Galileo di luar bidang astronomi yang ditulis dalam karyanya yang bertajuk De Motu bisa diringkas sebagai berikut. Jumlah waktu yang sama untuk jatuhnya semua benda dari materi yang sama, tanpa memandang bobot, bila benda-benda itu melewati medium yang sama. Atau dengan kata lain, benda-benda yang jatuh bersamaan akan memerlukan waktu yang bersamaan pula untuk sampai di tanah.

Semua lintasan benda jatuh berbentuk lurus. Ha ini memberikan sugesti adanya idealisme, bahwa lintasan benda yang tidak terganggu membentuk garis lurus.

Baik benda yang jatuh tegak lurus, maupun yang mengikuti bidang miring, masing-masing mencapai tanah pada waktu yang sama. Hal ini memberikan sugesti untuk kemudian melaksanakan eksperimen jatuhnya benda mengikuti bidang miring. Untuk mencapai idealisasi “tidak terganggu apapun”, maka bidang makin lama makin dilicinkan, sehingga jatuhnya benda-benda melalui bidang miring praktis dalam waktu yang sama.

Selain itu dibidang miring diletakkan ukuran-ukuran. Untuk pertama kalinya ukuran (measure-ment) dimasukkan sebagai unsur dalam lapangan ilmu pengetahuan. Berdasarkan idealisasi, maka hasil percobaan dapat dihitung terlebih dahulu; dengan kata lain terjadilah peramalan (prediction).

Ramalan itu kemudian diperiksa dengan percobaan berulang kali, yang hasilnya dihitung secara rata-rata. Oleh karena antara ramalan dan hasil percobaan ada persesuaian yang meyakinkan, maka teori yang didasarkan pada idealisasi dapat diterima sebagai hukum tentang pergerakan benda-benda yang bebas dan yang mengikuti garis lurus.

Langkah-langkah yang dilakukan oleh Galileo ini menanamkan pengaruh yang kuat bagi perkembangan ilmu pengetahuan modern, karena menunjukkan beberapa hal seperti: pengamatan (observation), penyingkiran (elimition) segala hal yang tidak termasuk dalam peristiwa yang diamati, idealisasi, penyusunan teori secara spekulatif atas peristiwa tersebut, peramalan (prediction), pengukuran (measurement), dan percobaan (experiment) untuk menguji teori yang didasarkan pada ramalan matematik.

Faktor Munculnya Renaisans
Banyak faktor yang mendorong masyarakat untuk melakukan perubahan dan melahirkan Renaisans di antaranya,
1. Paham Rasionalisme yang membutuhkan penjelasan secara fakta berkembang dan banyak menentang paham-paham yang ada di ajaran gereja
2. Bangkitnya keinginan raja-raja untuk memerintah negara tanpa campur tangan gereja
3. Kaum menengah atas atau borjuis bangkit dan mereka membuka pemikiran masyarakat
4. Golongan humanisme yang menggunakan sastra Yunani dan Romawi kuno sebagai fondasi peradaban bangkit dan mempengaruhi masyarakat
5. Penaklukan Konstantinopel oleh Turki membuat cendekiawan konstantinopel kabur dengan membawa dokumen-dokumen Yunani dan Romawi kuno ke negara-negara Eropa
6. Sistem pajak feudal yang memberatkan masyarakat terkikis seiring waktu dan menjadi faktor penting bangkitnya Renaisans.

Tujuan Renaisans
Tujuan dari gerakan Renaisans ini adalah:
1. Mengembalikan ajaran agama (Katolik) menjadi satu kesatuan.
2. Mempersatukan kembali gereja yang sempat terpecah belah akibat adanya perang agama.
3. Membangkitkan kembali ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang sempat mati suri di abad pertengahan akibat dominasi gereja.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Renaisans: Pengertian, Sejarah, Tokoh, Faktor Pendorong, dan Tujuannya"