Sumber Daya Alam Mineral: Pengertian, Klasifikasi, dan Jenisnya

Pengertian Sumber Daya Alam Mineral
Sumber Daya Alam Mineral

Pengertian Sumber Daya Alam Mineral
Sumber daya alam mineral (mineral resource) adalah endapan mineral yang diharapkan dapat dimanfaatkan secara nyata. Sumber daya alam mineral merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources), jumlahnya sangat terbatas dan proses pembentukan serta pemulihannya membutuhkan waktu lama, dengannya penggunaan sumber daya ini harus seefektif dan seefisien mungkin.

Sumber Daya Alam Mineral Menurut Para Ahli
1. Sutardji (2010), sumber daya alam mineral adalah semua cadangan bahan galian yang dijumpai di bumi dan dapat dipakai bagi kebutuhan hidup manusia.
2. Badan Standar Nasional, sumber daya mineral adalah endapan mineral yang diharapkan dapat dimanfaatkan secara nyata. Sumber daya mineral dengan keyakinan geologi tertentu dapat berubah menjadi cadangan setelah dilakukan pengkajian kelayakan tambang dan memenuhi kriteria layak tambang.

Klasifikasi Sumber Daya Alam Mineral
Penggolongan bahan-bahan galian energi alam mineral didasari pada beberapa hal, seperti nilai strategis bahan galian terhadap suatu negara, adanya bahan galian dalam alam atau genese, penggunaan bahan galian bagi industri, adanya pengaruh terhadap kehidupan masyarakat luas, serta adanya kesempatan pengembangan pengusaha.

Berdasarkan Undang-Undang No 11 tahun 1967, Departemen Pertambangan dan Energi mengelompokkan mineral menjadi tiga jenis di antaranya,
1. Kelompok Mineral Strategic
Kelompok mineral strategic ini hanya bisa ditambang oleh pemerintah. Namun demikian, perusahaan domestik dan asing masih bisa melaksanakan joint venture atau patungan dengan perusahaan pemerintah. Hal itu berdasarkan kontrak karya atau biasa disebut persetujuan kerja sama.

Kelompok mineral strategic meliputi minyak bumi, gas alam, bitumen cair, antransit, batubara, lignit, uranium, radium, thorium dan mineral radioaktif lainnya, nikel, cobalt, serta timah.

2. Kelompok Mineral Vital
Kelompok mineral vital ini bisa ditambang oleh pihak-pihak seperti BUMN, perusahaan swasta, koperasi ataupun secara perorangan. Namun demikian, perusahaan swasta asing hanya bisa berperan sebagai kontraktor pemerintah atau anggota minoritas di perusahaan nasional. Meskipun begitu, perusahaan asing tetap boleh menjalankan eksplorasi melalui pemegang izin swasta Indonesia. Kelompok ini meliputi besi, manggan, molybdenum, chromit, yodim dan belerang.

3. Kelompok Mineral Lainnya
Sementara itu, kelompok mineral lainnya hanya bisa ditambang oleh perusahaan swasta nasional. Lantas, bagaimana perananan perusahaan asing? Mereka masih bisa mengadakan kontrak pembelian mineral. Kelompok mineral lainnya meliputi gamping, tanah liat, gips, fosfat, nitrat, asbestos, mika, granit, magnesit, jarosit, leusit, dan banyak lagi.

Berdasarkan bahan galiannya, sumber energi alam mineral dibagi menjadi tiga. Di antaranya bahan galian logam atau bijih (ore), yakni bahan galian yang diolah melalui teknologi tertentu seperti timah, besi, tembaga, nikel, emas, perak, seng, dan sebagainya.

Selanjutnya, bahan galian energi yang dimanfaatkan untuk energi, seperti minyak bumi dan batubara. Kemudian, bahan galian industri yang dimanfaatkan untuk industri seperti aspal, bentonite, asbes, dolomit, batugamping, diatomae, halit, gypsum, zeolite, dan kaolin.

Jenis Sumber Daya Alam Mineral
1. Mineral Logam
a. Nikel
Nikel biasanya terbentuk bersama-sama dengan kromit dan platina dalam batuan ultrabasa seperti peridotit, baik termetamorfkan, ataupun tidak. Terdapat dua jenis endapan nikel yang bersifat komersil, yaitu sebagai hasil konsentrasi residual silika dan pada proses pelapukan batuan beku ultrabasa serta sebagai endapan nikel-tembaga sulfida, yang biasanya berasosiasi dengan pirit, pirotit, dan kalkopirit.

Pemanfaatan nikel digunakan untuk campuran besi menjadi baja, pelapis logam serta campuran kuningan atau perunggu. Terdapat di Sulawesi selatan wilayah Pomala, Danau Tawoti, Maluku Utara, dan Pegunungan Cylops (Papua).

b. Bijih besi
Bijih besi berasal dari bijih silikat pada batuan ultrabasa yang telah mengalami penghancuran. Besi berwujud dalam perbagai jenis oksida besi, seperti magnetit, titaniferous magnetit, ilmenit, limonit, dan hemati. Titaniferous magnetit adalah bagian yang cukup penting merupakan perubahan dari magnetit dan ilmenit. Mineral bijih pasir besi terutama berasal dari batuan basaltik dan andesitik volkanik.

Besi banyak dimanfaatkan untuk campuran semen dan pada industri logam. Tersebar di Cilacap (Jawa Tengah), Kotawaringin (Kalimantan Tengah), Cilegon (Jawa Barat), dan Pulau Obi (Maluku).

c. Timah
Timah merupakan bahan endapan pada batuan granit, banyak terdapat di dasar-dasar sungai purba. Terbentuknya timah sebagai endapan primer pada batuan granit dan pada daerah sentuhan batuan endapan metamorf yang biasanya berasosiasi dengan turmalin dan urat kuarsa timah, serta sebagai endapan sekunder, yang di dalamnya terdiri atas endapan alluvium, aluvial, dan koluvium.

Mineral yang terkandung di dalam bijih timah pada umumnya mineral utama yaitu kasiterit, sedangkan pirit, kuarsa, zircon, ilmenit, plumbum, bismut, arsenik, stibnite, kalkopirit, kuprit, xenotim, dan monasit merupakan mineral ikutan.

Pemanfaatan timah di antaranya digunakan untuk peluru, pelapis kaleng, pembungkus rokok, campuran kuningan dan perunggu. Bijih timah tersebar di Pulau Bangka Belitung, Pulau Singkep, dan Pulau Karimun.

d. Emas, Tembaga, dan Perak
Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya berkisar antara 2,5–3 (skala Mohs), serta berat jenisnya tergantung pada jenis dan kandungan logam lain yang berpadu dengannya.

Emas keberadaannya berasosiasi dengan tembaga dan perak dalam batuan andesit tua. Banyak terdapat di sekitar gunung api yang telah mati. Potensi endapan emas terdapat di hampir setiap daerah di Indonesia, seperti di Pulau Sumatra, Kepulauan Riau, Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.

e. Tembaga(Cu)
Unsur tembaga terdapat pada hampir 250 mineral, namun hanya sedikit saja yang komersial. Pada endapan sulfide primer mineral terbesar adalah endapan kalkopirit (CuFeS2 ), diikuti oleh kalkosit (Cu2 S), bornit (Cu5 FeS4 ), kovelit (CuS), dan enargit (Cu3 AsS4 ). Mineral tembaga utama dalam bentuk deposit oksida adalah krisokola (CuSiO3 2HO), malasit (Cu2 (OH)2 CO3 ), dan azurit (Cu3 (OH)2 (CO)3 ).

Deposit tembaga dapat diklasifikasikan dalam lima tipe, yaitu deposit porfiri, urat, dan replacement, deposit stratabound dalam batuan sedimen, deposit masif pada batuan vulkanik, deposit tembaga nikel dalam intrusi/mafik, serta deposit native. Umumnya bijih tembaga di Indonesia terbentuk secara magmatik. Pembentukan endapan magmatik dapat berupa proses hidrotermal atau metasomatisme.

Logam tembaga banyak digunakan dalam industri peralatan listrik. Kawat tembaga dan paduan tembaga digunakan dalam pembuatan motor listrik, generator, kabel transmisi, instalasi listrik rumah dan industri, kendaraan bermotor, konduktor listrik, kabel dan tabung coaxial, tabung microwave, sakelar, reaktifier transsistor, bidang telekomunikasi, dan bidang-bidang yang membutuhkan sifat konduktivitas listrik dan panas yang tinggi.

Potensi tembaga terbesar yang dimiliki Indonesia terdapat di Papua, kemudian di Jawa Barat, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan.

f. Bauksit
Bauksit merupakan bahan yang heterogen, yang mempunyai mineral dengan susunan terutama dari oksida aluminium, yaitu berupa mineral buhmit (Al2 O3 H2 O) dan mineral gibsit (Al2 O33H2O). Secara umum bauksit mengandung Al2 O3 sebanyak 45–65%, SiO2 1–12%, Fe2 O3 2–25%, TiO2 >3%, dan H2 O 14–36%.

Bijih bauksit terjadi di daerah tropika dan subtropika dengan memungkinkan pelapukan sangat kuat. Bauksit terbentuk dari batuan sedimen yang mempunyai kadar Al nisbi tinggi, kadar Fe rendah, dan kadar kuarsa (SiO2 ) bebasnya sedikit atau bahkan tidak mengandung sama sekali.

Batuan tersebut (misalnya sienit dan nefelin yang berasal dari batuan beku, batu lempung, lempung dan serpih). Batuan-batuan tersebut akan mengalami proses lateritisasi, yang kemudian oleh proses dehidrasi akan mengeras menjadi bauksit.

Bauksit dapat ditemukan dalam lapisan mendatar tetapi kedudukannya di kedalaman tertentu. Pemanfaatannya untuk pembuatan alat dapur, kendaraan, pesawat terbang. Tersebar di Pulau Bintan, Pulau Galang Besar, dan Singkawang (Kalimantan Barat).

2. Mineral Nonlogam
a. Batu Kapur
Batuan kapur berasal dari endapan marine (laut) yang berupa terumbu karang terbentuk berjuta-juta tahun yang lalu. Akibat tenaga endogen terjadi pengangkatan ke daratan atau kapur (gamping) dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organik, secara mekanik, atau secara kimia.

Sebagian besar batu kapur yang terdapat di alam terjadi secara organik, jenis ini berasal dari pengendapan cangkang/rumah kerang dan siput, foraminifera atau ganggang, atau berasal dari kerangka binatang koral/ kerang. Batu kapur dapat berwarna putih susu, abu muda, abu tua, cokelat bahkan hitam, tergantung keberadaan mineral pengotornya.

Pemanfataan kapur digunakan untuk bahan bangunan merupakan bahan baku semen , teraso, keramik. Batu kapur tersebar di Pegunungan Seribu (DIY), Kebumen, Cilacap (Jawa Tengah), Gresik (Jawa Timur), Cibinong, dan Pelimanan (Jawa Barat).

b. Marmer
Marmer terbentuk dari batu kapur yang mengalami metamorfosa sehingga berubah sifat akibat pemanasan magma. Pengaruh suhu dan tekanan yang dihasilkan oleh gaya endogen menyebabkan terjadi rekristalisasi pada batuan tersebut membentuk berbagai foliasi mapun nonfoliasi.

Akibat rekristalisasi struktur asal batuan membentuk tekstur baru dan keteraturan butir. Marmer Indonesia diperkirakan berumur sekitar 30–60 juta tahun atau berumur Kuarter hingga Tersier.

Marmer akan selalu berasosiasi keberadaannya dengan batu gamping. Setiap ada batu marmer akan selalu ada batu gamping, walaupun tidak setiap ada batu gamping akan ada marmer. Karena keberadaan marmer berhubungan dengan proses gaya endogen yang memengaruhinya baik berupa tekanan maupun perubahan temperatur yang tinggi.

Pemanfaatan marmer sebagai bahan lantai, furniture, dinding, patung, dan lain-lain. Tersebar di Trenggalek dan Tulungagung (Jawa Timur), Banjarnegara (Jawa Tengah), dan Citatah (Jawa Barat).

c. Belerang
Belerang merupakan endapan gas belerang yang membatu. Terbentuknya belerang karena aktifitas vulkanisme. Pemanfaatannya penggunaan Belerang banyak digunakan di industri pupuk, kertas, cat, plastik, bahan sintetis, pengolahan minyak bumi, industri karet dan ban, industri gula pasir, accu, industri kimia, bahan peledak, pertenunan, film dan fotografi, industri logam dan besi baja, bahan korek api, obat-obatan dan lain-lain. Belerang tersebar di Pegunungan Ijen (Jawa Timur), Pegunungan Dieng (Jawa Tengah), dan Tangkuban Perahu (Jawa Barat).

d. Fosfat
Fosfat merupakan bahan endapan dari kotoran kelelawar dan burung. Fosfat terdapat di daerah karst terutama di dalam gua-gua. Pemanfaatannya digunakan untuk bahan utama pupuk fosfat. Tersebar di Bojonegoro (Jawa Timur), Ajibarang (Jawa Tengah), dan Bogor (Jawa Barat)

e. Intan
Intan, dalam tingkatan kekerasan batuan, merupakan batuan yang mempunyai tingkatan kekerasan paling tinggi, sehingga intan bisa digunakan untuk mengiris kaca dan marmer. Intan berasal dari endapan tumbuhan jenis pakis-pakisan yang telah mengalami proses yang sangat panjang dan lama. Pemanfaatan utama intan ialah digunakan sebagai perhiasan.

Mineral intan tersebar di Martapura (Kalimantan Selatan), Longiram (Kalimantan Timur), Sei Pinang (Kalimantan Tengah), dan Muara Mengkiang (Kalimantan barat).

f. Yodium
Keberadaan yodium di Indonesia dikarenakan kondisi geologi Indonesia. Hal tersebut berkaitan dengan keberadaan air dan minyak bumi, yaitu merupakan air konat atau air purba yang mengandung yodium dengan berbagai variasi dalam suatu endapan permeabel yang terjebak bagian atas dan bawahnya oleh lapisan impermeabel.

Yodium biasa digunakan untuk campuran garam dapur yang berupa bahan kimia berwarna kelabu kehitaman dan mengkilat. Selain sebagai campuran garam, yodium juga sebagai bahan obat-obatan antiseptik. Mineral yodium tersebar di Semarang dan Mojokerto.

g. Kaolin
Proses pembentukan kaolin (kaolinisasi) dapat terjadi melalui proses pelapukan dan proses hidrotermal alterasi pada batuan beku felspartik. Endapan kaolin ada dua macam, yaitu endapan residual dan sedimentasi.

Mineral yang termasuk dalam kelompok kaolin adalah kaolinit, nakrit, dikrit, dan halloysit (Al2 (OH)4 SiO5 .2H2 O), yang mempunyai kandungan air lebih besar dan umumnya membentuk endapan tersendiri.

Kaolin merupakan bahan untuk pembuatan cat dan keramik karena mempunyai warna putih mengkilat. Pemanfaatan lain yaitu digunakan dalam campuran produk kosmetik.

Potensi dan cadangan kaolin yang besar di Indonesia terdapat di Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Pulau Bangka dan Belitung, serta potensi lainnya tersebar di Pulau Sumatra, Pulau Jawa, dan Sulawesi Utara.

h. Asbes
Asbes merupakan bahan mineral yang berserat sehingga banyak dimanfaatkan sebagai bahan eternit dan pakaian tahan api, terdapat di Pulau Halmahera dan Pulau Seram (Maluku), dan Kuningan (Jawa Barat).
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Sumber Daya Alam Mineral: Pengertian, Klasifikasi, dan Jenisnya"