Seisme: Pengertian, Macam, dan Teorinya

Pengertian Seisme atau gempa bumi
Seisme (Gempa Bumi)

Pengertian Seisme
Seisme (gempa bumi) adalah suatu getaran yang terjadi karena peristiwa tumpukan energi dari dalam bumi (tenaga endogen) yang dapat menggetarkan lempeng samudera dan lempeng benua. Gempa bumi terjadi pada saat tekanan semakin meningkat di daerah batuan sampai pada tingkatan tertentu sehingga menimbulkan pergerakan yang mendadak.

Pergerakan ini kemudian menciptakan patahan batu pada saat batuan tersebut pecah pada titik terlemah atau bahkan pergerakan tersebut akan menyebabkan batuan menjadi tergelincir di sepanjang patahan yang ada. Ketika peristiwa ini terjadi, maka sejumlah energi yang besar akan dilepaskan secara bersamaan dengan dilepaskannya tekanan. Energi yang dilepaskan ini akan mengakibatkan batuan yang berada di sekitarnya bergetar dan terjadilah gempa bumi.

Seisme dapat terjadi akibat adanya tektonisme atau vulkanisme. Tektonisme adalah gerakan yang ada di dalam bumi, akibat adanya tekanan yang ada di dalam bumi. Tekanan ini menghasilkan tenaga horizontal dan vertikal, yang menekan kerak bumi. Sementara vulkanisme adalah gerakan magma di dalam bumi. Akibat gerakan ini bumi menjadi tertekan dan bergetar.

Seisme dapat terjadi di laut maupun di darat. Kekuatan dari gempa bumi, dapat mempengaruhi tingkat kerusakan yang terjadi pada kerak bumi. Kekuatan gempa bumi di ukur dengan skala rickter atau skala magnitudo. Skala 1 adalah yang terkecil, sedangkan skala 3 hingga 6 gempa yang ditimbulkan tidak membahayakan. Skala 7 ke atas adalah kekuatan gempa bumi yang mampu menghancurkan gedung dan meretakkan tanah. Jika gempa bumi dengan skala di atas 7 berada di laut, maka berpotensi menjadi tsunami.

Macam Seisme
Menurut para ahli seismologi, terjadinya gempa bumi dibedakan menjadi 3 macam di antaranya,
1. Gempa tektonik
Gempa tektonik adalah gempa yang terjadi akibat pergerakan lempeng-lempeng tektonik, berupa tumbuhan, pergeseran, atau pemisahan antarlempeng. Gempa jenis ini memiliki kekuatan yang sangat besar dengan wilayah sebaran yang sangat luas.

2. Gempa vulkanik
Gempa vulkanik adalah getaran gempa yang terjadi akibat gunung berapi. Gempa jenis ini dapat terjadi sebelum erupsi akibat gerakan magma ke permukaan bumi, maupun pada saat erupsi akibat tekanan gas saat terjadinya ledakan.

3. Gempa Runtuhan
Gempa runtuhan adalah gempa yang terjadi akibat adanya runtuhan massa batuan yang besar. Gempa ini biasanya bersifat lokal. Contohnya, runtuhnya batu-batu berukuran besar di sisi gunung atau runtuhnya gua-gua besar.

Gempa bumi juga dapat digolongkan berdasarkan kedalaman hiposentrum atau pusat gempanya di antaranya,
1. Gempa dalam jika jarak hiposentrumnya berkisar antara 300-700 Km dari permukaan bumi.
2. Gempa pertengahan jika jarak hiposentrumnya berkisar antara 100-300 Km dari permukaan bumi.
3. Gempa dangkal jika jarak hiposentrumnya kurang dari 100 Km dari permukaan bumi.

Teori Gempa Bumi
Terdapat dua teori tentang proses terjadinya gempa bumi di antaranya,
1. Teori Elastisitas
Teori elastisitas atau sering disebut sebagai teori kekenyalan elastis adalah teori yang menjelaskan tentang proses energi yang menyebar pada saat terjadinya gempa bumi. Harry Fielding Reid seorang ahli geofisika asal Amerika telah melakukan observasi tentang peristiwa gempa yang terjadi di beberapa tempat.

Ia menyatakan bahwa terjadinya guncangan gempa diakibatkan karena kekenyalan elastis dari energi yang sebelumnya terkumpul dari batuan sehingga akan terdeformasi secara elastis. Adapun akumulasi tegangan yang terjadi akan mengakibatkan terjadinya pelepasan energi dari bebatuan.

2. Teori Sesar
Sesar adalah suatu celah yang terdapat pada kerak bumi yang berada di perbatasan antara dua lempeng tektonik. Menurut teori sesar, gempa bumi terjadi karena dipengaruhi oleh pergerakan batuan dan lempeng pada sesar bumi ini. Apabila batuan yang tertumpu jatuh ke bawah karena batuan penumpu di kedua sisinya bergerak saling menjauh, maka sesar ini dinamakan sebagai sesar normal (normal fault).

Apabila batuan yang tertumpu terangkat ke atas karena batuan penumpu di kedua sisinya bergerak saling mendorong, maka sesar ini dinamakan sebagai sesar terbalik (reverse fault). Lalu apabila kedua batuan pada sesar bergerak saling berjatuhan, maka sesar ini dinamakan sebagai sesar geseran-jurus (strike-slip fault). Pada sesar normal dan sesar terbalik, keduanya akan menghasilkan perpindahan vertikal (vertical displacement), sedangkan pada sesar geseran-jurus akan menghasilkan perpindahan horizontal (horizontal displacement).
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Seisme: Pengertian, Macam, dan Teorinya"