Revolusi Besar Dunia: Pengertian dan Sembilan Revolusi Besar Dunia
Revolusi Besar Dunia |
Pengertian Revolusi Besar Dunia
Revolusi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah perubahan ketatanegaraan (pemerintahan atau keadaan sosial) yang dilakukan dengan kekerasan (seperti dengan perlawanan bersenjata); perubahan yang cukup mendasar dalam suatu bidang. Secara umum, revolusi adalah suatu perubahan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan.
Di dalam revolusi, perubahan yang terjadi dapat direncanakan atau tanpa direncanakan terlebih dahulu dan dapat dijalankan tanpa kekerasan atau melalui kekerasan. Ukuran kecepatan suatu perubahan sebenarnya relatif karena revolusi pun dapat memakan waktu lama. Misalnya revolusi industri di yang memakan waktu puluhan tahun, tetapi dianggap "cepat" karena mampu mengubah sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat.
Sembilan Revolusi Besar Dunia
Berikut beberapa revolusi besar dunia di antaranya,
1. Revolusi Industri (1750-1800)
Revolusi Industri yang terjadi pada era 1750 hingga 1800-an adalah revolusi yang terjadi secara masif dalam dunia industri di Inggris dan Eropa pada umumnya.
Revolusi ini mengakibatkan perubahan besar-besaran di bidang manufaktur, pertanian, perkebunan, transportasi, dan bahkan teknologi yang diaplikasikan pada pabrik-pabrik besar. Revolusi Industri telah menyebar luas hingga ke berbagai negara, bahkan termasuk Jepang dan Amerika Serikat.
Sebagai salah satu revolusi paling berpengaruh di dunia, Revolusi Industri membuat negara-negara barat menjadi makmur karena meningkatnya pendapatan per kapita. Jika biasanya sebuah revolusi terjadi akibat rasa tidak puas, namun lain halnya dengan Revolusi Industri.
Revolusi Industri terjadi justru akibat masa damai dan tenang yang terjadi di Inggris. Masa-masa tersebut memunculkan banyak ilmuwan dan penemu yang akhirnya jasa mereka dapat digunakan dalam peningkatan kualitas hidup. Selain itu, peraturan atau hukum positif Inggris juga dijalankan dengan baik oleh warganya kala itu.
2. Revolusi Prancis (1789-1799)
Revolusi ini terjadi pada 1789 hingga 1799. Namun, jauh sebelumnya gejala-gejala munculnya pergerakan baru di Prancis sudah ada sejak awal 1700. Kekuasaan dengan sistem monarki absolut dan feodalisme harus tumbang. Bahkan, Raja Prancis terakhir kala itu, Raja Louis XVI dan istrinya harus dihukum pancung karena dianggap mengkhianati rakyat.
Revolusi Prancis juga menjadi salah satu revolusi yang berpengaruh bagi dunia, terutama bagi negara-negara Eropa Barat. Pasalnya, revolusi ini melahirkan nama besar macam Napoleon Bonaparte sebagai salah satu pemimpin yang paling disegani di Eropa.
Saat itu, gerakan yang dilakukan oleh rakyat Prancis juga didasarkan atas pemikiran Montesquieu, yakni tentang Trias Politika atau pembagian kekuasaan pemerintahan. Saat ini, Trias Politika (eksekutif, legislatif, dan yudikatif) diadopsi oleh banyak negara di dunia.
3. Revolusi Rusia (1917)
Revolusi Rusia merupakan salah satu revolusi besar di dunia selain Revolusi Perancis dan Revolusi Amerika. Revolusi Rusia dilatarbelakangi oleh ketidakpuasan rakyat terhadap pemimpin saat itu, yaitu Tsar Nicholas II. Tsar Nicholas II dikenal sebagai pemimpin yang reaksioner atau menolak adanya perubahan. Ia tidak memberikan hak politik bagi warga negaranya. Tsar Nicholas II membentuk Duma sebagai Dewan Perwakilan Rakyat, tapi aspirasi warga tidak pernah didengar.
Selain itu, pemerintah yang disusun oleh Tsar dinilai buruk karena ia hanya memilih orang yang disukai saja sebagai pegawai pemerintahan dan bukan karena kemampuannya. Di bawah kepemimpinan Tsar, perbedaan sosial saat itu sangatlah mencolok. Banyak rakyat yang tidak mendapatkan haknya dan ada pula yang diperlakukan sebagai budak.
Revolusi Rusia yang berlangsung di tahun 1917 terjadi sebanyak dua kali, yaitu di bulan Februari dan Oktober. Revolusi yang terjadi pada tanggal 23-27 Februari 1917 ini dimulai karena Tsar Nicholas II menindak tegas aksi protes yang berlangsung di St. Petersburg. Golongan menengah dan kaum proletar Bolshevik (radikal revolusioner atau komunis) yang tidak tinggal diam bekerja sama untuk menurunkan Tsar Nicholas II dari kursi pemerintahan. Aksi mereka berhasil dan dibentuklah Pemerintahan Sementara yang liberal dan dipimpin oleh Alexander Karensky.
4. Revolusi Amerika (1765-1783)
Revolusi Amerika terjadi pada 1765 hingga 1783, sedangkan Perang Revolusi terjadi pada 1775 hingga 1783. Secara mendasar, revolusi ini merupakan bentuk dari reaksi kolonial yang terdiri dari 13 koloni atas pendudukan Inggris di tanah Amerika.
Revolusi besar ini menjadi tonggak penting dalam sejarah kemerdekaan Amerika Serikat dari tangan Britania Raya. Sejak awal 1765 kondisi di tanah Amerika sudah mulai memanas karena Kolonis Amerika menolak pemungutan pajak yang dilakukan oleh Parlemen Britania, karena pada dasarnya Britania tidak memiliki wewenang dalam pemerintahan Koloni Amerika.
Kondisi politik yang memanas inilah yang membentuk sebuah gerakan bernama Patriot Koloni Amerika. Para patriot ini menginginkan sebuah negara yang bebas dan berdaulat, serta lepas total dari genggaman Britania. Sedangkan kelompok Amerika lainnya memilih untuk setia pada Inggris yang dikenal dengan julukan Tories.
Perang besar tak dapat terhindarkan manakala Patriot Koloni yang dibantu oleh Prancis melawan Inggris dan para loyalisnya. Perang yang berlangsung selama 8 tahun tersebut dikenal sebagai Perang Revolusi Amerika. Pasukan angkatan darat Amerika kala itu dipimpin oleh jendral George Washington, yang akhirnya menjadi presiden pertama Amerika Serikat.
Tentu Revolusi Amerika sangat berpengaruh bagi dunia. Jika revolusi ini tidak ada, maka negara Amerika Serikat juga tak akan pernah ada. Revolusi Amerika juga menjadi simbol keruntuhan kekuasaan Inggris di tanah Amerika.
5. Revolusi Iran (1978-1979)
Revolusi Iran (juga dikenal dengan sebutan Revolusi Islam) merupakan revolusi yang mengubah Iran dari Monarki di bawah Shah Mohammad Reza Pahlavi menjadi Republik Islam Iran yang dipimpin oleh Ayatullah Agung Ruhollah Khomeini, pemimpin revolusi dan pendiri dari Republik Islam.
Revolusi Iran juga sering disebut pula sebagai revolusi terbesar ketiga dalam sejarah setelah Revolusi Prancis dan Revolusi Bolshevik di Rusia. Rezim kerajaan Iran di bawah Shah runtuh pada 11 Februari 1979, ketika gerilyawan dan pasukan pemberontak turun ke jalan. Melalui referendum nasional, Iran menjadi Republik Islam pada 1 April 1979.
6. Revolusi Tiongkok (1911-1912)
Revolusi Tiongkok 1911 juga dikenal sebagai Revolusi Xinhai (1911-1912) yang awalnya terjadi akibat Pemberontakan Wuchang. Pemberontakan tersebut cukup terkenal di dunia, karena berhasil menumbangkan kekaisaran Tiongkok pada saat itu, yakni Dinasti Qing.
Laman Office of The Historian mencatat bahwa Revolusi Tiongkok 1911 merupakan tonggak sejarah penting bagi pembentukan negara Tiongkok modern hingga saat ini. Kaisar Puyi, yang kala itu berkuasa di Tiongkok, terpaksa turun takhta pada 12 Februari 1912.
Revolusi besar ini mengakhiri sistem kekaisaran yang telah ada di Tiongkok sejak berabad-abad silam. Saat ini, Revolusi Xinhai sering disebut sebagai Hari Sepuluh Kembar, di mana perayaannya biasa dilakukan di Taiwan, Macau, dan China Daratan.
Revolusi Tiongkok 1911 juga menandakan bahwa sistem monarki absolut yang berprinsip pada feodalisme terbukti tak akan bertahan dan akhirnya runtuh di tangan rakyat. Negara Tiongkok modern saat ini menjadi salah satu negara yang disegani di dunia, bahkan oleh Amerika Serikat.
7. Revolusi Turki Muda (1908)
Revolusi Turki Muda (Juli 1908) di Kesultanan Utsmaniyah (Kekaisaran Ottoman) merupakan restorasi konstitusi Utsmaniyah tahun 1876 dan mengantar suatu politik multipartai dalam sistem pemilihan umum dua tahap (UU pemilihan umum) di bawah parlemen Utsmaniyah oleh gerakan Turki Muda.
Tiga dekade sebelumnya, pada 1876, Sultan Abdul Hamid II mendirikan monarki konstitusional, Era Konstitusional Pertama yang hanya bertahan selama dua tahun sebelum ditangguhkan. Pada 24 Juli 1908, Sultan Hamid II menyerah dan mengumumkan restorasi yang melahirkan Era Konstitusional Kedua.
8. Revolusi Kuba
Nama Fidel Castro tentunya tak asing bagi banyak orang di dunia. Fidel Castro merupakan sosok penting di balik Revolusi Kuba yang terjadi pada 1959 silam. Revolusi Kuba adalah sebuah gerakan perubahan dalam menggulingkan pemerintahan diktator Kuba yang saat itu dipimpin oleh Fulgencio Batista Zaldivar.
Kesuksesan Fidel Castro dalam menggulingkan pemerintahan sebelumnya, juga memunculkan sebuah sistem komunis di negara Kuba pada saat itu. Bagi Fidel Castro dan ideologi sosialisnya, Amerika Serikat adalah musuh terbesar mereka.
Amerika adalah salah satu negara antikomunis yang tidak menginginkan Castro mengambil kursi pemerintahan, seperti diberitakan dalam laman History. Terbukti, pada 6 tahun awal masa kekuasaan Fidel Castro, ada banyak kemiskinan dan kegaduhan politik yang terjadi, dan bahkan dianggap lebih buruk dibandingkan dengan pemerintahan sebelumnya.
Kemiskinan Kuba terjadi tak lain akibat embargo yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan sekutunya. Di saat kekuasaan Castro berada di ujung tanduk, ia mengizinkan warganya untuk bermigrasi keluar dari Kuba, di mana hal ini telah dilarang sebelumnya.
Revolusi Kuba mengajarkan pada dunia bahwa sistem haluan sosialis murni tak akan dapat bertahan dari gempuran zaman. Lagi pula, ada banyak negara antikomunis di dunia ini yang memiliki pengaruh besar bagi dunia. Fidel Castro yang awalnya dielu-elukan pun, pada akhirnya harus menerima hujatan dan caci maki dari rakyatnya sendiri.
9. Revolusi Indonesia
Revolusi Indonesia atau Revolusi Nasional Indonesia adalah sebuah konflik bersenjata dan pertentangan diplomasi antara Republik Indonesia yang baru lahir melawan Kerajaan Belanda yang dibantu oleh pihak Sekutu, diwakili oleh Inggris.
Rangkaian peristiwa ini terjadi mulai dari proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 hingga pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh Kerajaan Belanda pada 29 Desember 1949. Meskipun demikian, gerakan revolusi itu sendiri telah dimulai pada tahun 1908, yang saat ini diperingati sebagai tahun dimulainya kebangkitan nasional Indonesia.
Selama Revolusi Indonesia – sekitar empat tahun, beberapa peristiwa berdarah terjadi secara sporadis. Selain itu, terdapat pula pertikaian politik serta dua intervensi internasional. Dalam peristiwa ini, pasukan Belanda hanya mampu menguasai kota-kota besar di pulau Jawa dan Sumatra, tetapi gagal mengambil alih kendali di desa dan daerah pinggiran.
Karena sengitnya perlawanan bersenjata serta perjuangan diplomatik, Belanda berhasil dibuat tertekan untuk mengakui kemerdekaan Indonesia.
Dari berbagai sumber
Post a Comment