Perkembangan Islam di Indonesia: Sejarah, Media, serta Peranan Wali Songo dan Ulama

Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia
Perkembangan Islam di Indonesia

Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia
Kebanyakan ahli berpendapat bahwa Islam masuk pada masa awal-awal Hijriah atau sekitar tahun 700 Masehi. Pada masa kekhalifahan Islam di Tanah Arab, kekhalifahan tersebut mengutus utusannya untuk datang ke Nusantara dan menyebarkan agama Islam di Indonesia ini. Hal ini dibuktikan dengan adanya Kampung Arab atau pemukiman Arab di pesisir barat pantai Sumatera pada masa itu.

Proses masuknya Islam di Indonesia sampai dengan penyebarannya memiliki saluran-saluran penyebaran yang beragam. Salah satunya adalah disebarluaskan dari pedagang Arab, India, dan Persia. Beberapa saluran penyebaran Islam lainnya adalah dengan cara melakukan perkawinan, berdakwah, lewat pendidikan, lewat seni dan budaya serta yang terakhir adalah Proses penyebaran ajaran Tasawuf.

Perkembangan agama Islam di Indonesia semakin pesat dengan berdirinya kerajaan-kerajaan Islam. Perkembangan kerajaan Islam di Indonesia berlangsung antara abad ke-13 hingga abad ke-18. Kerajaan tersebut dapat dibagi berdasarkan lokasi pusat pemerintahan mereka, yaitu di Sumatera, Jawa, Sulawesi, dan Maluku.
1. Sumatera
Islam mulai masuk ke Sumatera pada abad ke-7 Masehi. Ketika itu berdiri kerajaan Budha Sriwijaya yang tengah mengalami tekanan dari India. Maka tidak ada pilihan lain untuk masuk Islam, kemudian pedagang Arab maupun India yang beragama Islam semakin gencar menyebarkan agama Islam.

Hal tersebut diperkuat dengan ditemukannya batu nisan yang bertuliskan Islam. Hal ini merupakan tanda kalau Islam sudah ada sejak masa itu. Teori lain juga mengungkapkan bahwa agama Islam yang masuk ke wilayah ini justru datang langsung dari Arab dan mendapat utusan langsung dari Khalifah.

2. Jawa Tengah dan Jawa Timur
Hadirnya agama Islam di Indonesia pada masanya memang sangat menjamur. Bahkan bak virus yang begitu cepatnya menular, kemungkinan tersebar luasnya agama Islam tak dapat dihentikan. Wilayah Jawa yang menjadi penyebaran agama Islam tanpa terkecuali Jawa Tengah dan Timur yang tentunya tidak asing dengan peran Walisongo.

Khususnya di wilayah Jawa Timur, kabarnya Islam sudah ada sejak abad ke-11 Masehi. Hal ini  dibuktikan terdapatnya makam Fatimah binti Maimun dengan tulisan tahun 1082. Bukan hanya itu saja, makam orang Islam lainnya di kawasan Majapahit juga telah ditemukan.

Wilayah ini penyebarannya tidak lepas dari peran Walisongo. Terutama dari 9 wali yang ada, 5 di antaranya masuk dan menyebarkan agama Islam di Jawa Timur. Hal ini pula yang menyebabkan mengapa ada perpaduan budaya dan agama Islam.

Selain Jawa timur, Jawa Tengah juga menjadi salah satu kawasan penyebaran Islam yang pesat. Terlebih lagi dengan jumlah penduduk yang padat, agama Islam begitu cepat menyebarnya. Terlebih mengenai kabar bahwa Islam di Jawa Tengah bermula dari pesisir Utara.

Ketiga wilayah seperti halnya Jepara, Kudus dan Demak adalah wilayah pokok asal mula Islam ada di Jawa Tengah. Karena masih dekat dengan Jawa Timur, pun tidak heran jika Jawa Tengah juga menjadi daerah yang dikuasai Walisongo sebagai penyebaran Islam.

Menurut sejarah yang beredar, Islam pada masa itu bermula dari Sunan Ampel yang berasal dari wilayah Surabaya. Sunan Ampel menyebarkan agama Islam. Kisah ini juga masih belum lepas dari sistem perdagangan yang menjadi salah satu alasan utama.

Dengan begitu, ada kesimpulan yang mengatakan bahwa pergerakan Islam di pulau Jawa bermula dari Jawa Timur lebih dulu. Alasannya tentu saja karena wilayah Jawa Tengah pesat sebagai kota politik dan kebudayaan yang digilai Masyarakat.

3. Jawa Barat
Penyebaran agama Islam di tanah Jawa juga tidak bisa dilepaskan dari wilayah Jawa bagian barat. Untuk wilayah Jawa barat sendiri, Islam berkembang sangat pesat. Terlebih menimbang kabar bahwa masyarakat di dalamnya sudah sangat religius sejak dulu.

Terbukti dengan mempercayai adanya roh-roh serta hal yang perlu mereka sembah. Pun hal ini terjadi jauh sejak agama Hindu dan Islam belum menginjakan kaki di tanah Pasundan. Hingga pada akhirnya agama Islam datang, sebenarnya tidak begitu sulit.

Kabarnya, penyebaran agama Islam di tanah Pasundan ini tidak bisa dilepaskan dari Syekh Quro, yang masih ada garis keturunan dengan sahabat Ali bin Abi Thalib. Masuk sejak akhir abad ke-14, para penyebar Islam di tanah Pasundan begitu semarak.

Terlebih mengingat agama Hindu sudah masuk lebih dulu. Maka jadilah agama Islam dalam penyebarannya butuh beberapa siasat. Seperti halnya, Syekh Quro mendirikan pesantren di Karawang pada 1416 M, dan Syekh Nurjati mendirikan pesantren di Amparan Jati (Cirebon).

Media dalam Islamisasi
1. Perdagangan
Pada taraf permulaan, saluran Islamisasi adalah perdagangan. Kesibukan lalu lintas perdagangan pada abad ke-7 hingga ke-16 M, membuat pedagang-pedagang Muslim (Arab, Persia, dan India) turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri Barat, Tenggara, dan Timur Benua Asia. Media islamisasi melalui perdagangan dinilai sangat menguntungkan karena para raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan perdagangan secara langsung.

2. Perkawinan
Dari sudut ekonomi, para pedagang muslim memiliki status sosial yang lebih baik daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi, terutama putri-putri bangsawan, tertarik untuk menjadi istri saudagar. Saat menikah dengan saudagar Islam, proses sebelumnya adalah memeluk agama Islam terlebih dahulu. Berawal dari situ, kemudian banyak kampung-kampung, daerah-daerah, dan kerajaan-kerajaan muslim yang dikawini oleh keturunan bangsawan.

3. Tasawuf
Salah satu saluran Islamisasi yang dinilai memiliki peran yang signifikan dalam penyebaran ajaran Islam adalah tasawuf. Dalam konteks penyebaran ajaran Islam di Nusantara, para pengajar tasawuf atau para sufi, mengajarkan teosofi yang bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia.

4. Pendidikan
Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan. Proses pendidikan dan pengajaran Islam ini sudah berlangsung sejak Islam masuk ke Nusantara. Ketika pemeluk agama Islam sudah banyak dan telah terbentuk komunitas muslim, maka proses pendidikan dan pengajaran Islam tidak lagi hanya dilaksanakan secara informal, tetapi sudah dilaksanakan secara teratur di tempat-tempat tertentu. Secara umum, model pendidikan pada masa itu ada dua, yakni pendidikan langgar dan pendidikan pesantren.

5. Kesenian
Saluran Islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang. Dikatakan bahwa Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang. Sunan Kalijaga tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi ia meminta para penonton untuk mengikutinya untuk mengucapkan kalimat syahadat.

Sebagian besar cerita wayang masih dipetik dari cerita Mahabharata dan Ramayana, tetapi di dalam cerita itu disisipkan ajaran dan nama-nama pahlawan Islam. Kesenian-kesenian lain juga dijadikan alat Islamisasi, seperti sastra (hikayat, babad, dan sebagainya), seni bangunan, dan seni ukir.

6. Politik
Di Maluku dan Sulawesi Selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini. Di samping itu, baik di Sumatra dan Jawa maupun di Indonesia bagian timur, demi kepentingan politik, kerajaan-kerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaan non Islam. Kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak menarik penduduk kerajaan bukan Islam itu masuk Islam.

Peranan Wali dan Ulama
Salah satu cara penyebaran agama Islam ialah dengan cara mendakwah. Di samping sebagai pedagang, para pedagang Islam dahulu juga berperan sebagai mubaligh. Ada juga para mubaligh yang datang bersama pedagang dengan misi agamanya. Penyebaran Islam melalui dakwah ini berjalan dengan cara para ulama mendatangi masyarakat objek dakwah, dengan menggunakan pendekatan sosial budaya.

Pola ini memakai bentuk akulturasi, yaitu menggunakan jenis budaya setempat yang dialiri dengan ajaran Islam di dalamnya. Di samping itu, para ulama ini juga mendirikan pesantren- pesantren sebagai sarana pendidikan Islam. Di Pulau Jawa, penyebaran agama Islam dilakukan oleh Wali Songo (9 wali). Wali ialah orang yang sudah mencapai tingkatan tertentu dalam mendekatkan diri kepada Allah. Kesembilan wali tersebut di antaranya,
1. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim), menyiarkan Islam di sekitar Gresik.
2. Sunan Ampel (Raden Rahmat), menyiarkan Islam di Ampel, Surabaya, Jawa Timur.
3. Sunan Drajat (Syarifudin), menyiarkan agama di sekitar Surabaya
4. Sunan Bonang (Makdum Ibrahim), menyiarkan Islam di Tuban, Lasem, dan Rembang.
5. Sunan Kalijaga (Raden Mas Said/Jaka Said), menyiarkan Islam di Jawa Tengah.
6. Sunan Giri (Raden Paku), menyiarkan Islam di luar Jawa, yaitu Madura, Bawean, Nusa Tenggara, dan Maluku.
7. Sunan Kudus (Jafar Sodiq), menyiarkan Islam di Kudus, Jawa Tengah.
8. Sunan Muria (Raden Umar Said), menyiarkan Islam di lereng Gunung Muria, terletak antara Jepara dan Kudus, Jawa Tengah.
9. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah), menyiarkan Islam di Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Perkembangan Islam di Indonesia: Sejarah, Media, serta Peranan Wali Songo dan Ulama"