Pan Islamisme: Pengertian, Tokoh, Faktor Pendorong, Tujuan, Ciri, dan Kongresnya

Table of Contents
Pengertian Pan Islamisme
Pan Islamisme

Pengertian Pan Islamisme

Pan Islamisme adalah paham politik yang lahir pada saat Perang Dunia II (April 1936) yang bersumber pada pemikiran Jamaludin Al Afgani. Paham Pan Islamisme ini kemudian diikuti oleh Muhammad Abduh pada awal abad ke 20 untuk menghadapi dominasi Eropa atau pihak asing karena membuat umat Islam menyimpang dari ajaran sejati.

Al Afghani menginginkan umat Islam kembali kepada Al Quran dan ajaran-ajaran murni. Hal ini dikarenakan ia melihat adanya penafsiran-penafsiran yang menyebabkan terjadinya berbagai mazhab dan dari mazhab timbul golongan-golongan dengan fanatisme sehingga menimbulkan pertikaian antargolongan.

Al Afghani memiliki cita-cita untuk menyatukan umat Islam di bawah kepemimpinan pemerintahan Islam. Al Afgani berkeyakinan bahwa Islam adalah agama yang sesuai untuk semua bangsa, semua zaman dan semua keadaan. Pemikiran Afgani kelak mengilhami gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir sampai sekarang ini.

Pan-Islamisme muncul saat dunia Islam sedang mengalami kemunduran. Sebaliknya, dunia Barat sedang berusaha menjajah negara-negara Islam, contohnya Inggris yang menguasai negara-negara seperti Afganistan, Mesir, Iran, dan India. Paham Pan-Islamisme mendorong lahirnya negara-negara Islam dan juga gerakan-gerakan nasionalis.

Meski awalnya Pan Islamisme merupakan paham politik, namun lama kelamaan berkembang menjadi gerakan memperjuangkan untuk mempersatukan umat Islam di bawah satu negara Islam yang umumnya disebut kekhalifahan. Paham Pan Islamisme berusaha untuk membangkitkan Islam dari kebekuan dan memperbaiki dekadensi moral.

Kebangkitan itu kemudian berubah menjadi gerakan anti Barat ketika Barat mulai merebut wilayah-wilayah Islam. Oleh karena itu, gerakan Pan Islamisme ini banyak mempengaruhi rasa nasionalisme untuk memperoleh kemerdekaan di banyak wilayah Islam seperti Turki, Mesir, India, hingga ke Indonesia.

Pan Islamisme sebagai gerakan radikal dan progresif sangat disadari oleh imperialisme Barat, termasuk Belanda di Indonesia. Belanda merasa gerakan itu dapat membahayakan kelangsungan kaum imperialis Barat di Indonesia. Di mana, semangat Pan Islamisme telah membangkitkan rasa kebangsaan yang kuat dengan didasari ikatan keagamaan.

Tokoh  Pan Islamisme

Tokoh yang cukup lantang menyuarakan Pan Islamisme adalah Jamaluddin Al Afghani. Dia memiliki gagasan menyatukan umat Islam di seluruh dunia dengan menanggalkan warna kulit, etnis, bangsa, dan budaya.

Dalam pandangan Jamaluddin, Islam mengalami kemunduran akibat berbagai faktor. Misalnya umat yang meninggalkan ajaran Islam, bersikap taklid, bersikap fatalis, menjauhi akhlak mulia, lemah dalam persaudaraan Islam, menyerahkan urusan bukan pada ahlinya, dan melalaikan ilmu pengetahuan.

Baginya, berbagai hal yang menimbulkan kemunduran Islam -- termasuk penjajahan atas negara Islam -- harus dilawan dengan saling bersatu. Ide Pan Islamisme saat itu mendapatkan dukungan hampir semua pimpinan Islam dan tokoh-tokoh intelektual. Gerakan ini memberikan inspirasi pada munculnya negeri Islam dan gerakan nasionalisme di lingkup negara Asia-Afrika.

Sementara itu, salah satu hasil dari semangat Pan Islamisme adalah terbentuknya Liga Dunia Islam di tahun 1962. Sebanyak 43 negara yang tergabung di sana kemudian menggelar konferensi-konferensi Islam. Organization of Islamic Conference (OIC) atau Organisasi Konferensi Islam (OKI) lantas terbentuk pada 25 September 1969, berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi.

Kehadiran OKI merupakan sarana penampung aspirasi Pan Islamisme. Di dalam organisasi tersebut terdapat kerja sama antar pemerintah di negara-negara Islam atau mayoritas berpenduduk muslim.

Faktor Pendorong Gerakan Pan Islamisme

Pan-Islamisme adalah sebuah gerakan perjuangan untuk menyatukan umat Islam dalam satu negara Islam. Gerakan ini dipelopori oleh seorang reformis Islam kelahiran Afghanistan tahun 1838 M bernama Jamaluddin Al-Afghani.

Al-Afghani sudah mengungkapkan gagasannya tentang pembaharuan Islam dan pentingnya kesatuan umat Islam lewat bulletin Al-Urwah Al-wuthqo yang dia terbitkan bersama muridnya Muhammad Abduh. Ketika menjadi penasehat Sultan Abdul Hamid, penguasa Turki Usmani pada waktu itu, Al-Afghani mulai menyebarluaskan pemikirannya tentang Pan-Islamisme ke negara-negara Islam.

Berikut beberapa faktor yang mendorong munculnya gerakan Pan-Islamisme di antaranya,
1. Dunia Kristen, walaupun terpisah secara geografis, budaya, dan nasib namun akan selalu menggalang pemersatuan kekuatan untuk menghadapi dunia Islam.
2. Pada masa kehidupan Al-Afghani, mayoritas negara Islam tidak berdaya melawan kekuatan imperialis Barat. Perlawanan yang dilakukan negara Islam tidak sebanding dengan kekuatan militer bangsa penjajah.
3. Al-Afghani menyimpulkan bahwa kebencian umat Kristen terhadap umat Islam bukan hanya datang dari sebagian umat Kristen, namun berasal dari semua lapisan masyarakat. Keadaan ini akan tetap berlangsung hingga umat Islam mau mengakui keunggulan Kristen kemudian mengikuti segala kegiatan mereka.
4. Persatuan umat Islam merupakan sebuah keniscayaan untuk melawan gelombang serangan bangsa. Masa-masa kejayaan dunia Islam berlangsung selama beberapa abad yang pengaruhnya menyebar ke beberapa belahan dunia non muslim dan pada akhirnya mengalami masa kemunduran.

Berbagai krisis yang sangat kompleks telah melanda dunia Islam di antaranya,
1. Krisis Dalam Bidang Sosial Politik
Etika politik Islam telah di injak-injak, hingga tidak segan-segan untuk menyebarkan fitnah demi tercapainya ambisi politik. Islam mengajarkan prinsip demokrasi dalam kehidupan bernegara. Penegasan seperti ini tidak sekedar pengakuan dari orang Islam sendiri, melainkan orang lain pun mengakui secara jujur sebagaimana pengakuan yang dikemukakan oleh Profesor Lybyer bahwa “syariat Islam adalah demokratis pada pokoknya dan pada prinsip musuh bagi Absolutisme”.

2. Krisis Dalam Bidang Keagamaan
Krisis ini berpangkal dari suatu pendirian sementara ulama Jumud (konservatif) yang menyatakan bahwa pintu ijtihad telah tertutup. Untuk menghadapi berbagai permasalahan kehidupan, umat Islam cukup mengikuti pendapat Imam Mazhab.

3. Krisis Bidang Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan
Krisis ini merupakan akibat dari adanya krisis dalam bidang sosial politik dan bidang keagamaan. Bahwa dengan jatuhnya pusat-pusat kekuasaan Islam, baik di belahan Barat yang berpusat di Cordova maupun di bagian Timur yang berpusat di Baghdad ternyata penderitaan yang dialami di dunia Ilmu pengetahuan adalah sama.

Kaum Nasrani Spanyol maupun tentara Mongol berkelakuan layaknya orang Barbar dan tidak dapat menghargai pentingnya nilai ilmu pengetahuan, perpustakaan maupun lembaga pendidikan di porak-porandakan dan dibakar. Dalam kondisi yang seperti ini sudah tentu dunia pendidikan tidak mendapat ruang gerak yang memadai, segala aspek yang menunjang berkembangnya lembaga-lembaga pendidikan serba terbatas.

Tujuan Gerakan Pan Islamisme

Tujuan gerakan Pan-Islamisme oleh Al-Afghani dijelaskannya dalam sebuah buku yang berjudul Tatimmat Al-Bayan Fi Tarikh Al-Afghan, dalam buku ini Al-Afghani mengatakan dengan tegas ide dan gagasannya yang ditujukan untuk para penguasa atau pemimpin khususnya kepada seluruh umat muslim, misanya:
1. Hendaklah kamu menjauh dari toleransi terhadap orang-orang yang zolim dan menghukum orang yang salah meskipun itu anakmu sendiri.
2. Jangan memberikan kesempatan untuk mendapatkan peluang kepada bangsa lain untuk mendapatkan hak atau peluang karena itu akan merusak kekuasaan dan negaramu.
3. Tatkala kekuasaan Inggris masih tersisa pada zaman ini maka kamu jalani saja dan tetapkan tekat untuk memerdekakan negaramu.
4. Jadikanlah kewajiban pertama yang membebanimu menjaga kemaslahatan rakyatmu dalam situasi apapun.

Ciri Pan Islamisme

Adapun ciri-ciri paham Pan Islamisme di antaranya,
1. Paham politik yang lahir pada saat terjadinya perang dunia ke 2 (April 1939).
2. Paham yang mengikuti paham yang tertulis dalam al-a’mal al-Kamilah dari Jamal-al-Din Afghani.
3. Gerakan yang memperjuangkan dan menyatukan umat Islam (muslim) di bawah satu negara Islam yang disebut kekhalifahan.

Kongres Pan Islamisme

Kongres Pan-Islamisme pertama kali berlangsung pada Mei 1926 yang dihadiri 12 negara. Terbentuknya Liga Negara Dunia Islam (Muslim World League) atau Rabithah al-A’lam al-Islami yang didukung 43 negara pada 1962 merupakan bukti konkret aktualisasi Pan-Islamisme.

Liga ini juga mendorong untuk diselenggarakan konferensi-konferensi Islam dan program Islam lainnya. Seruan yang disampaikan Raja Faisal dan Shah Iran pada tahun 1965 bagi terselenggaranya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Islam untuk para kepala negara muslim di Mekah sesungguhnya merupakan bagian dari usaha mewujudkan Pan-Islamisme.

Lima tahun kemudian sebuah konferensi diselenggarakan di Jeddah dan dihadiri oleh para Menteri Luar Negeri negara-negara muslim berhasil membentuk sebuah lembaga permanen yang dinamakan Organization of Islamic Conference (OIC) atau Organisasi Konferensi Islam (OKI).

Organisasi yang berkedudukan di Jeddah ini dipandang sebagai upaya maksimal dalam menampung aspirasi Pan-Islamisasi karena telah resmi dilakukan kerja sama antarpemerintah negara-negara muslim.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment