Nasionalisme Mesir: Pengertian, Penyebab, dan Sejarahnya
Nasionalisme Mesir |
Pengertian Nasionalisme Mesir
Nasionalisme Mesir adalah bentuk perlawanan rakyat Mesir yang menolak campur tangan pihak asing terhadap pemerintahan mereka. Gerakan nasionalisme di Mesir ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran kebangsaan dan mendirikan negara Mesir yang berdaulat tanpa adanya campur tangan dari negara-negara barat.
Pergerakan nasionalisme di Mesir berawal dari mulai dibukanya Terusan Suez di wilayah Mesir. Di awal pembangunannya, kepemilikan terusan Suez dikelola oleh masyarakat dalam bentuk saham di suatu badan. Mayoritas kepemilikan berada di tangan Khadif, seorang Gubernur dari Mesir.
Situasi keuangan yang buruk kemudian memaksa Khadif untuk menjual kepemilikan mayoritasnya kepada pihak Inggris yang kemudian melalui sebuah rencana pembiayaan perlahan menguasai seluruh kepemilikan Terusan Suez.
Hal tersebut sekaligus memudahkan langkah mereka untuk melakukan imperialisme terhadap Mesir, terlebih setelah Mesir mengalami krisis keuangan yang memaksa mereka mengajukan pinjaman kepada pihak Inggris dan Perancis. Pasca pinjaman dilakukan, Inggris dan Perancis mulai turut campur dalam urusan pemerintahan Mesir.
Dampak dari campur tangan asing dalam pemerintahan Mesir adalah pemberontakan rakyat. Salah satu pemberontakan yang tergolong besar adalah Pemberontakan Arabi Pasha. Pemberontakan ini didasari keinginan untuk melarang orang asing (Inggris, Perancis, dan Turki) memasuki wilayah Mesir.
Namun, lambat laun, gerakan tersebut berkembang menjadi tuntutan untuk sebuah sistem pemerintahan yang baru. Gerakan Arabi Pasha adalah salah satu gerakan bersendikan Pan-Islamisme, yang dipengaruhi oleh Jamaluddin Al Afghani. Pemberontakan Arabi Pasha pada akhirnya berhasil diatasi oleh tentara Inggris.
Penyebab Bangkitnya Nasionalisme Mesir
Mesir termasuk negara Arab sehingga bangkitnya nasionalisme Mesir merupakan hal yang sama dengan bangkitnya nasionalisme Arab. Adapun sebab-sebab timbulnya nasionalisme Mesir di antaranya,
1. Adanya gerakan Wahabi semula merupakan gerakan agama yang kemudian memberontak pemerintahan Turki. Dengan demikian, secara politik membangkitkan tumbuhnya nasionalisme Mesir.
2. Adanya pengaruh Revolusi Prancis. Ketika Napoleon Bonaparte mendarat di Mesir, ia juga membawa suara Revolusi Prancis yang kemudian menimbulkan paham liberal dan nasionalisme Mesir.
3. Munculnya kaum intelektual yang berpaham modern.
4. Adanya gerakan Pan Arab, yang dirintis oleh Amir Chatib Ars/an yang menganjurkan persatuan semua bangsa Arab dengan tujuan untuk mencapai kemerdekaan bangsanya.
Sejarah Nasionalisme Mesir
Terusan Suez adalah solusi untuk menghubungkan perjalanan dari Benua Eropa ke Benua Asia tanpa harus mengelilingi Benua Afrika. Status Benua Asia sebagai penghasil utama komoditi dagang untuk Benua Eropa menjadikan posisi Mesir sebagai negara yang dilalui oleh Terusan Suez sangat penting untuk lokasi bongkar muat komoditi dari dan menuju Benua Asia.
Terusan Suez adalah karya dari Ferdinand de Lesseps, seorang Perancis yang mewujudkan pemikiran dari raja Muda Mesir, Said Pasha. Ide untuk memperpendek rute perjalanan dari Laut Tengah ke Laut Merah sebenarnya sudah ada sejak zaman Raja Ramses II dan bahkan Napoleon Bonaparte pernah berusaha untuk mewujudkan pembangunan kanal ini. Namun, baru pada 17 November 1869, ide ini berhasil dipenuhi.
Sejak dibukanya Terusan Suez pada tahun 1869, Inggris dan Prancis saling berlomba memperebutkan pengaruhnya di Mesir. Nyatanya sejak tahun 1875 pengaruh kekuasaan Inggris semakin kuat. Berkuasanya Inggris di Mesir ini karena saat negara piramida ini berada di bawah kekuasaan Kekhalifahan Utsmani tengah mengalami penurunan, sehingga banyak wilayah Mesir yang berhasil diambil oleh pemerintahan kolonial Inggris maupun Perancis.
Awalnya, untuk mengatasi krisis keuangan di Mesir maka Khedive Ismail (1863-1879) menjual sebagian besar saham Mesir pada Terusan Suez kepada Inggris. Disamping itu, Mesir juga meminjam uang dari Inggris dan Prancis. Sayangnya, karena tidak dapat membayar hutang tersebut kedua negara asing tersebut masuk ke Mesir. Dengan demikian, sejak tahun 1876 Inggris dan Prancis telah ikut campur dalam pemerintahan di Mesir.
Adanya campur tangan kedua negara asing ini dalam pemerintahan khususnya pada saham-saham Terusan Suez menimbulkan kekecewaan yang kemudian muncul perlawanan dari rakyat. Dalam sejarahnya, awal mula gerakan nasionalisme di Mesir berawal dari penolakan rakyat Mesir terhadap pengangkatan Muhammad Ali menjadi “Gubernur” Mesir hingga penentangan perjanjian Aleksandria pada tahun 1840 dan pada akhirnya mendirikan partai Wafd yang dipimpin oleh Saad Zaghul Pasha.
Kebangkitan nasional Mesir ini ditandai dengan adanya pemberontakan Arabi Pasha (1881-1882). Pada awalnya gerakan ini anti orang asing (Inggris, Prancis, Turki) tetapi pada akhirnya menjadi gerakan untuk menuntut perubahan sistem pemerintahan.
Gerakan Arabi ini timbul karena pengaruh Jamaluddin al Afghani yang ketika itu mengajar di Mesir. Perlawanan rakyat yang dipimpin oleh Arabi Pasha ini sangat membahayakan kedudukan Inggris dan Prancis di Mesir. Inggris akhirnya bertindak dan berhasil menumpas pemberontakan Arabi Pasha.
Sekalipun pemberontakan Arabi Pasha berhasil dipadamkan, tetapi cita-cita perjuangannya merupakan sumber aspirasi semangat nasionalisme bangsa Mesir. Hal ini terbukti pada tanggal 7 Desember 1907 telah diadakan kongres nasional yang pertama di bawah pimpinan Mustafa Kamal tujuannya adalah pembangunan Mesir secara liberal untuk mencapai kemerdekaan penuh.
Pemerintah Mesir yang dipengaruhi oleh Inggris berusaha untuk menindas gerakan ini, akan tetapi gerakan nasional ini tetap hidup dan makin kuat. Bahkan, kemudian menjelma menjadi Partai Wafd (Utusan) di bawah pimpinan Saad Zaghlul Pasha.
Ketika Perang Dunia I selesai, Partai Wafd menuntut Mesir sebagai negara merdeka dan ikut serta dalam konferensi perdamaian di Prancis. lnggris menolak, bahkan mengasingkan Zaghlul Pasha ke Malta. Pada tahun 1919 di Mesir timbul pemberontakan dan Zaghlul Pasha dibebaskan kembali. Kaum nasionalis Mesir menuntut kemerdekaan penuh. Pemberontakan berkobar lagi, Zaghlul Pasha ditangkap lagi dan diasingkan ke Gibraltar.
Inggris yang tidak dapat menekan nasionalisme Mesir, terpaksa mengeluarkan Pernyataan Unilateral (Unilateral Declaration) pada tanggal 28 Februari 1922 yang isinya adalah lnggris mengakui kemerdekaan dan kedaulatan Mesir; Inggris berhak mencampuri empat masalah pokok, yaitu mempertahankan Terusan Suez; menggunakan daerah militer untuk operasi militer; mempertahankan Mesir terhadap agresi bangsa lain; melindungi bangsa asing di Mesir dan kepentingannya.
Uniteral Declaration 1922 merupakan saat yang bersejarah bagi Mesir sebab sejak itu dunia internasional menganggap Mesir telah merdeka, meskipun belum penuh. Sebaliknya, di pihak kaum nasionalis Mesir tetap menentangnya sebab lnggris tetap berhak atas empat masalah pokok tersebut di atas. ltulah sebabnya, kaum nasionalisme Mesir terus berjuang melawan Inggris untuk mencapai kemerdekaan penuh.
Hal tersebut baru terwujud setelah Perang Dunia ll berakhir (Oktober 1954). Selanjutnya, Terusan Suez dikuasai Mesir kembali pada tahun 1956 setelah nasionalisasi oleh Gamal Abdul Nasser.
Dari berbagai sumber
Post a Comment