Membaca Peta: Keterampilan, Teknik, dan Manfaatnya

Keterampilan dan Teknik Membaca Peta
Membaca Peta

A. Membaca Peta
Peta tentunya sangat berguna dalam memberikan navigasi ketika kita berada dalam sebuah perjalanan atau medan yang baru kita kunjungi. Oleh karena itu kemampuan membaca peta serta penggunaannya harus betul-betul dipahami.

Selain itu, pengetahuan bernavigasi juga sangat diperlukan dalam upaya pertolongan korban-korban bencana alam, seseorang yang tersesat di gunung, dan korban pesawat jatuh. Dalam membaca peta, tentunya harus memahami dengan baik semua simbol atau informasi pada peta. Jika kita dapat membaca peta dengan baik akan memiliki gambaran lengkap mengenai keadaan wilayah pada peta.

Keterampilan Membaca Peta
1. Membaca Garis Kontur
Fungsi dari peta topografi ada berbagai macam, contohnya seperti digunakan ketika pembuatan peta tematik seperti pada peta arkeologi dan peta turis, serta dapat dipakai sebagai peta dasar atau base map (dalam Prihandito 1989: 17). Menurut survei bidang arkeologi, peta topografi sangat berguna untuk memeroleh gambaran umum mengenai suatu wilayah yang sedang diteliti.

Contohnya ketika kondisi medan survey yang berat, maka peta yang sudah ada dapat dipakai untuk membantu memplotkan temuan arkeologis tersebut. Pemetaan tersebut, meskipun hanya bersifat sementara, sangat efektif untuk menyimpan dan menyelamatkan data arkeologis (Hascaryo dan Sonjaya 2000: 1).
a. Punggungan gunung, merupakan rangkaian garis kontur berbentuk huruf U. Ujung dari huruf U menunjukkan tempat atau daerah yang lebih pendek dari kontur di atasnya.
b. Lembah atau sungai, merupakan rangkaian garis kontur yang berbentuk n (huruf V  dalam keadaan terbalik) dan dengan ujung yang tajam.
c. Daerah landai datar dan terjal curam, daerah datar atau landai ditandai dengan garis kontur yang jarang, sedangkan daerah terjal atau curam ditandai dengan garis kontur yang rapat.

2. Menghitung Harga Interval Kontur
Contoh dalam perhitungan interval kontur, pada peta skala 1:50.000 ditemukan interval konturnya 25 meter. Jika ingin mencapai interval konturnya, diberlakukan rumus  X skala pada peta. Namun tidak semua peta berlaku rumus tersebut, contohnya peta pada Gunung Merapi/1408-244/Jica Tokyo-1977/, terlihat legenda peta interval konturnya sebesar 10 meter, sehingga rumus yang berlaku adalah  X skala peta. Jadi, belum ada rumus baku dalam menghitung interval kontur. Akan tetapi ada beberapa cara yang bisa dilakukan di antaranya,
a. Cari dua titik ketinggian yang berbeda atau berdekatan. Contohnya titik titik B dengan C, hitung selisih antar tinggi dari keduanya
b. Hitung jumlah kontur antara A dan B
c. Bagilah selisih ketinggian antara A-B dengan jumlah kontur antara A-B hasilnya adalah interval kontur.

3. Utara Peta
Ketika melihat peta topografi, Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mencari utara peta tersebut. Kemudian lihatlah judul peta, biasanya judul peta selalu berada di bagian utara dan bagian atas dari peta tersebut. Lalu lihat tulisan nama desa atau gunung pada kolom peta, utara peta merupakan bagian atas dari tulisan tersebut.

Ada tiga arah utara yang perlu dipahami sebelum menggunakan kompas dan peta, karena hal tersebut tidak berada dalam satu garis di antaranya,
a. Utara Sebenarnya (True North/US/TN) diberi simbol * (bintang), yaitu utara yang melalui Kutub Utara di Selatan Bumi.
b. Utara Peta (Grid Nortb/UP/GN) diberi simbol GN, yaitu Utara yang sejajar dengan garis jala vertikal atau sumbu Y. Hanya ada di peta.
c. Utara Magnetis (Magnetic North/UM) diberi simbol T (anak pariah separuh), yaitu Utara yang ditunjukkan oleh jarum kompas. Utara magnetis selalu berubah pada tiap tahunnya, dari barat ke timur ataupun dari timur ke barat. Hal tersebut dikarenakan adanya pengaruh rotasi bumi. Ketiga arah utara tersebut tidak berada pada satu garis, maka akan terjadi penyimpangan penyimpangan sudut, antara lain:
a) Penyimpangan sudut antara US – UP balk ke Barat maupun ke Timur, disebut Ikhtilaf Peta (IP) atau Konvergensi Merimion. Utara Sebenarnya (US) akan menjadi patokan.
b) Penyimpangan sudut antara US – UM balk ke Barat maupun ke Timur, disebut Ikhtilaf Magnetis (IM) atau Deklinasi. l Utara sebenarnya (IS) akan menjadi patokannya. Penyimpangan antara sudut UP dengan sudut UM akan berbalik ke arah timur maupun ke arah barat, itu disebut sebagai Deviasi atau Ikhtilaf Utara Peta-Utara. Patokannya adalah Utara Pela f71′) dan diagram sudut digambarkan.

4. Mengenal Tanda Medan
Untuk keperluan orientasi, harus digunakan bentuk-bentuk bentang alam yang terlihat mencolok di lapangan supaya mudah dikenali pada peta, itu disebut sebagai tanda medan dan terdapat pada legenda peta. Ada beberapa tanda medan yang terdapat di dalam beta yang bisa dibaca sebelum berangkat menuju lapangan di antaranya,
a. Lembah antara dua puncak
b. Lembah yang curam
c. Persimpangan jalan atau ujung desa
d. Perpotongan sungai dengan jalan setapak
e. Percabangan dan kelokan sungai, air terjun, dan lain-lain
f. Untuk daerah yang datar dapat digunakan, persimpangan jalan dan percabangan sungai, jembatan dan lain-lain.

5. Membaca Koordinat
Membaca koordinat peta, pahami dulu koordinat geografis. Koordinat geografis sendiri umumnya membaca koordinat peta yang sering digunakan di Indonesia. Melalui koordinat geografis inilah maka akan menentukan suatu titik dengan mengandalkan dua buah garis, yaitu garis bujur dan garis lintang.

Karena merupakan pondasi untuk menguasai pembacaan peta secara maksimal. Cara menyatakan koordinat dua cara, yaitu Menentukan koordinat. Ini dilakukan di atas peta dan bukan di lapangan. Penunjukan koordinat ini menggunakan:
a. Sistem Enam Angka, misalnya:  Koordinat titik A (374:622), titik B (377:461)
b. Cara Delapan Angka, misalnya: koordinat titik A (3740:6225), titik B (3376:4614)
c. Cara Koordinat Geografis, Untuk Indonesia sebagai patokan perhitungan adalah Jakarta yang dianggap 0 atau 106° 44′ 27,79″. Sehingga di wilayah Indonesia awal perhitungan adalah kota Jakarta.

6. Sudut Peta
Cara menghitung sudut peta adalah dari utara peta ke arah garis sasarannya dan searah dengan jarum jam. Pada perhitungan ini, sistem azimuth (0° – 360°) dipakai untuk pembacaan sudut. Sistem ini adalah sistem yang menggunakan sudut-sudut mendatar yang besarnya dapat diukur atau dihitung sesuai dengan arah jarum jam dari satu garis yang tetap yaitu arah utara.

Bertujuan untuk menentukan arah-arah di medan atau di peta serta untuk melakukan pengecekan arah perjalanan, karena garis yang membentuk sudut kompas tersebut adalah arah lintasan yang menghubungkan titik awal dan akhir perjalanan. Berdasarkan sudut kompasnya, sistem perhitungan sudut akan dibagi menjadi dua.

7. Susunan Peta
Susunan Peta merupakan media untuk menyimpan dan menyajikan informasi tentang rupa bumi dengan penyajian pada skala tertentu. Agar mudah dalam melakukan pencarian dan pengelolaan, dibuatkan indeks peta dalam bentuk grafis ataupun teks. Gambar unsur-unsur rupa bumi pada skala tertentu tidak bisa selalu disajikan sesuai dengan ukurannya, karena terlalu kecil untuk digambarkan.
Bila unsur-unsur tersebut dirasa penting dan perlu disajikan, maka penyajiannya akan menggunakan simbol-simbol gambar tertentu. Hal ini dimaksudkan agar peta mudah dibaca sekaligus mudah dipahami, maka aneka ragam informasi peta ddi peta dengan skala tertentu harus digambarkan atau disajikan dengan cara-cara tertentu.
a. Warna : digunakan untuk membedakan berbagai objek, misalnya jalan, sungai, rel dan lain-lainnya.
b. Daftar kumpulan simbol pada suatu peta disebut legenda peta : digunakan untuk membedakan atau merinci lebih jauh dari simbol suatu objek, misalnya warna batupasir pada Peta Geologi berwarna kuning, batu lempung berwarna hijau dan lainnya.
c. Kumpulan simbol dan notasi pada suatu peta biasa disusun dalam satu kelompok legenda peta yang selalu disajikan dalam setiap lembar peta.
d. Unsur legenda peta biasa dilakukan agar memudahkan pembacaan dan interpretasi berbagai peta oleh berbagai pemakai dengan berbagai keperluan.
e. Suatu peta bernilai informasi tinggi jika di dalamnya memuat unsur-unsur, di antaranya adalah; skala peta, informasi ketinggian (atau kontur), informasi arah (biasanya utara peta), koordinat, legenda, indeks peta, serta unsur-unsur lain yang dipandang perlu.

8. Koordinat Peta
Di dalam peta yang umum kita jumpai, kita mendapatkan nilai koordinat peta dalam beberapa sistem seperti koordinat Bessel, koordinat UTM serta koordinat lokal. Peta geologi atau peta topografi yang sering digunakan di Indonesia kebanyakan menggunakan sistem koordinat UTM. Namun ketika melakukan pengukuran secara langsung di lapangan menggunakan alat ukur yang disebut theodolite, umumnya koordinat yang digunakan adalah koordinat lokal.

Jika ingin mengubah menjadi koordinat UTM dari koordinat lokal, maka pada bagian awal pengukuran, saat proses pembuatan polygon, sebelum Langkah tersebut harus dikaitkan dengan satu titik tetap atau benchmark yang posisi koordinat UTMnya sudah diketahui. Jika sudah terjadi hal tersebut, maka koordinat UTM dapat dilakukan.

9. Orientasi Peta
Orientasi peta adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan yang sebenarnya. Sebelum Anda mulai orientasi peta, usahakan untuk mengenal dulu tanda-tanda medan sekitar yang menyolok dan posisinya di peta. Caranya adalah melakukan pencocokan nama sungai, desa, puncakan, dan lain-lain. Jadi minimal sudah tahu posisinya ada di mana. Orientasi ini berfungsi untuk memperkirakan apakah posisi Anda sudah benar.

Diusahakan mencari tempat yang memiliki pemandangan terbuka, supaya langkah-langkah orientasi yang dilakukan pada peta memperlihatkan tanda-tanda yang mencolok. Pertama, siapkan peta serta kompas, kemudian letakan di bidang datar. Selanjutnya utarakan peta yang berpatokan dengan kompas, maka arah peta akan sesuai dengan medan yang sebenarnya.

Cari tanda-tanda medan yang paling menonjol di sekitar Anda, dan temukan tanda-tanda medan tersebut di peta. Lakukan hal ini untuk beberapa tanda medan. ingat tanda-tanda itu, bentuknya dan tempatnya di medan yang sebenarnya.

10. Titik Triangulasi
Selain dari garis-garis kontur dapat pula diketahui tinggi suatu tempat dengan pertolongan titik ketinggian, yang dinamakan titik triangulasi, titik ini adalah suatu titik atau benda yang merupakan pilar atau tonggak. Titik ini akan memperlihatkan tinggi mutlak dari suatu tempat dari permukaan laut. Macam-macam titik triangulasi:
a. Titik Primer, 1′.14 titik ketinggian gol. I, No. 14, tinggi 3120 mdpl. 3120
b. Titik Sekunder, S.45, titik ketinggian gol. II, No.45, tinggi 2340 mdpl. 2340
c. Titik Tersier, 7:15 , titik ketinggian gol.III No. 15, tinggi 975 mdpl 975
d. Titik Kuarter, Q20 , titik ketinggian gol.IV No. 20, tinggi 875 mdpl 875
e. Titik Antara, TP.23 , titik ketinggian Antara, No.23, tinggi 670 mdpl 670
f. Titik Kadaster, K.131 , titik ketinggian Kedaster, No.I 31, tg 1202 mdpl 7202
g. Titik kadaster Kuater, K.Q 1212, titik ketinggian Kadaster Kuarter, No. 1212, tinggi 1993 mdpl 1993

11. Menggunakan Peta
Pada perencanaan perjalanan dengan menggunakan peta topografi, sudah tentu titik awal dan titik akhir akan di plot di peta. Sebelum berjalan catatlah hal-hal berikut:
a. Koordinat titik awal (A)
b. Koordinat titik tujuan (B)
c. Sudut peta antara A – B
d. Tanda medan apa saja yang akan dijumpai sepanjang lintasan A – B
e. Berapa panjang lintasan antara A – B dan berapa – waktu yang dibutuhkan. Yang perlu diperhatikan dalam melakukan suatu operasi adalah kita harus tahu titik awal keberangkatan kita, balk di medan maupun di peta.
f. Gunakan tanda medan yang jelas balk di medan dan peta
g. Gunakan kompas untuk melihat arah kita, apakah sudah sesuai dengan tanda medan yang kita gunakan sebagai patokan, atau belum
h. Perkirakan berapa jarak lintasan. Misalnya, medan datar 5 km ditempuh selama 60 menit dan medan mendaki ditempuh selama 10 menit, Lakukan orientasi dan resection, bila keadaannya memungkinkan
i. Selalu waspada dan juga memerhatikan jika ada perubahan arah perjalanan dan perubahan kondisi medan, menyeberangi ujung lembah, menyeberangi sungai dan lainnya-lainnya.
j. Cara membuat lintasan sebenarnya pada peta adalah dengan membuat garis jalan secara horizontal dan vertikal, dengan disesuaikan pada skala peta. Kemudian gambar lintasan tersebut pada peta sehingga memperlihatkan bentuk peta dan penampang, sekaligus kemiringan lintasan. Untuk Panjang lintasan, cara mengukurnya yaitu dengan menggunakan skala pada peta, maka akan mendapat panjang sebuah lintasan yang sebenarnya.

12. Garis Kontur
Garis kontur adalah salah satu unsur yang terbilang penting dalam peta topografi, garis kontur adalah informasi mengenai ketinggian atau elevasi suatu tempat terhadap rujukannya. Jika ingin menyajikan variasi dari ketinggian suatu tempat dalam peta topografi, cara yang paling umum adalah dengan menggunakan garis kontur atau contour line.

Garis kontur adalah garis yang berfungsi untuk menghubungkan titik satu dengan titik lainnya yang memiliki ketinggian yang sama. Garis kontur +25 m, memiliki arti bahwa garis kontur ini menghubungkan titik-titik yang memiliki ketinggian yang sama, yaitu +25 m terhadap referensi tinggi tertentu.

Pembentukan garis kontur dapat dilakukan dengan membuat proyeksi tegak garis-garis yang menjadi perpotongan bidang mendatar, dengan permukaan bumi ke dalam bidang mendatar pada peta. Dikarenakan peta pada umumnya dibuat dengan skala tertentu, maka bentuk garis konturnya ini juga akan mengalami pengecilan sesuai dengan skala yang dibuat untuk peta tersebut.

B. Teknik Membaca Peta
Prinsipnya menentukan posisi dari arah perjalanan dengan membaca peta dan menggunakan teknik orientasi dan resection, bila keadaan memungkinkan:
a. Titik awal: Kita harus tahu titik keberangkatan kita, baik itu di kota maupun di lapangan. Catat koordinatnya jika suka melakukan plot titik tersebut dalam peta.
b. Tanda Medan: Gunakan tanda medan yang jelas (punggungan yang menerus, aliran sungai, tebing, dan lain-lain) sebagai guideline atau pedoman arah perjalanan. Cara mengenalinya adalah dengan menginterpretasikan peta.
c. Arah Kompas: Gunakan kompas untuk melihat arah perjalanan kita. Apakah sesuai dengan arah pegunungan atau sungai yang kita susuri.
d. Menaksir Jarak: Dalam berjalan, usahakan selalu menaksir jarak dan selalu memperhatikan arah perjalanan. Kita dapat melihat ke arah belakang sambil melihat jumlah waktu yang sudah digunakan. Jarak dihitung menggunakan skala peta, sehingga kita memeroleh perkiraan jarak yang ada pada peta. Perlu diingat, bahwa taksiran kita itu tidak pasti. 10′ x 10′ untuk peta dengan skala 1:50.000, 20′ x 20′ untuk peta dengan skala 1:100.000. Peta yang memiliki ukuran 20′ x 20′ disebut juga LBD, maka dari itu pada 20′ pada garis sepanjang khatulistiwa (40.068) merupakan paralel terpanjang. 40.068km: (360° : 20′) = 40.068 km: (360° : 1/3) = 40.068 km: (360° x 3) 40.068km : 1080 = 37,1 km Jadi 20′ pada garis sepanjang khatulistiwa adalah 37,1 km. Jarak 37,1 km kalau digambarkan dalam peta skala 1 : 50.000 akan mempunyai jarak: 37,1 km = 3.710.000 cm. Sehingga di peta: 3.710.000 : 50.000 akan mempunyai jarak: 37,1 km = 3.710.000 : 50.000 = 74,2 cm. Akibatnya 1 LBD peta 20′ x 20′ skala 1:50.000 di sepanjang khatulistiwa berukuran 74,2 x 74,2 cm. Hal ini tidak praktis dalam pemakaiannya.
e. Lembar Peta: Dikarenakan LBD tidak praktis pemakaiannya, karena terlalu lebar. Maka tiap LBD dibagi menjadi 4 bagian dengan ukuran masing-masing 10′ x 10′ atau 37,1 x 37,1 cm. Tiap-tiap bagian itu disebut lembar peta atau sheet, dan diberi huruf A, B, C, D. Jika skala peta tersebut 1:50.000, maka peta itu mempunyai ukuran 50.000 x 37,1 = 1.855.000 cm = 18,5 km.
f. Penomoran Lembar Peta Meridian (garis bujur) yang melalui Jakarta adalah 106° 48′ 27,79″ BT dipakai sebagai meridian pokok untuk penomoran peta topografi di Indonesia. Jakarta sebagai garis bujur 0.

C. Manfaat Membaca Peta
Begitu banyak manfaat yang dapat Sahabat peroleh dengan membaca peta, antara lain sebagai berikut:
a. Mengetahui jarak lurus antara dua buah tempat di permukaan Bumi hanya dengan menggunakan penggaris, kemudian hasilnya dikalikan dengan penyebut skala peta.
b. Pengetahuan kondisi alami suatu wilayah tanpa Sahabat mengunjungi tempat yang bersangkutan. Misalnya, masyarakat pedalaman yang tinggal di hutan Kalimantan rata-rata terisolasi dari daerah lainnya. Interprestasinya, yaitu daerah tersebut berada di wilayah pegunungan sehingga menyusahkan pemantauannya melalui sarana transportasi.
c. Menginterpretasi bentuk suatu wilayah dengan menggunakan bantuan garis kontur.
d. Penyebaran lokasi pemukiman dapat dicirikan dari ketampakan fisik pada peta. Dari hasil ketampakan itulah, Sahabat dapat menginterpretasi keadaan lahannya.
 

Dari berbagai Sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Membaca Peta: Keterampilan, Teknik, dan Manfaatnya"