Kebudayaan Ngandong: Pengertian, Ciri, Persebaran, dan Peninggalannya

Pengertian Kebudayaan Ngandong
Kebudayaan Ngandong

Pengertian Kebudayaan Ngandong
Kebudayaan Ngandong adalah kebudayaan manusia prasejarah di Indonesia yang berkembang di daerah Ngandong, Kabupaten Blora (Provinsi Jawa Tengah), dekat Kabupaten Ngawi (Provinsi Jawa Timur). Kebudayaan ini berkembang di Zaman Paleolitikum atau zaman batu tua, tepatnya di lapisan pleistosen atas.

Kebudayaan Ngandong dicirikan dengan penggunaan tulang yang umumnya berasal dari tulang binatang yang berukuran sedang hingga besar. Di Kebudayaan Ngandong, banyak ditemukan artefak berupa kapak genggam dari batu, flakes (alat-alat serpih berukuran kecil yang terbuat dari tulang), belati, ujung tombak dari tanduk menjangan yang diruncingkan, dan duri ikan pari.

Demikian, dapat disimpulkan bahwa cara hidup masyarakat saat itu adalah berburu dan mengumpulkan makanan. Lokasi ditemukannya alat-alat tersebut berada di dekat penemuan fosil manusia purba Homo wajakensis di daerah Ngandong dan Homo soloensis di daerah Ndirejo, Sragen, Jawa Tengah.

Awal mula dari sejarah budaya Ngandong berhasil ditemukan oleh seorang fisikawan bernama Ter Haar pada tahun 1931, dengan penemuan berupa tengkorak manusia pra aksara. Setelahnya di tahun 1993 ia bekerja sama dengan Oppenoorth dan Von Koenigswald. Setelah itu semakin banyak ditemukan berbagai peninggalan dari budaya Ngandong dan juga budaya Pacitan.

Ciri Kebudayaan Ngandong
Terdapat sejumlah ciri khas dari kebudayaan Ngandong di antaranya,
1. Awalnya kebudayaan ini berkembang di daerah Ngandong, Blora, Jawa Tengah dan hampir berdekatan dengan daerah Ngawi, Jawa Timur
2. Hasil budaya yang berkembang yaitu budaya berburu, menangkap ikan dan mengumpulkan cadangan makanan
3. Jenis dari manusia pendukungnya yaitu berjenis Homo Wajakensis dan Homo Soloensis
4. Jenis manusia purba yang hidup pada massa ini masih nomaden.
5. Hasil dari Peninggalan kebudayaan Ngandong adalah berupa alat-alat yang terbuat dari batu, tulang, duri ikan dan tanduk rusa

Persebaran Kebudayaan Ngandong
Kebudayaan daerah Ngandong berkembang pesat ke sejumlah daerah di Indonesia, karena diperkuat dengan adanya hasil-hasil penemuan sejenis di daerah yang berbeda. Karena manusia pra aksara pada zaman paleolitikum hidup dengan cara berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya.

Mereka belum mengenal cara bercocok tanam, sehingga apabila persediaan makanan telah habis di tempat tinggalnya yang sekarang maka mereka akan berpindah tempat lagi. Hal inilah yang membuat persebaran kebudayaan di daerah Ngandong cukup pesat ke berbagai daerah lainnya.

Persebaran kebudayaan ini tersebar ke beberapa daerah di Indonesia di antaranya Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Bali, NTB, NTT, Halmahera. Meskipun demikian, kebudayaan Ngandong ini berawal dari daerah Ngandong dan berkembang pesat di sekitarnya sebelum akhirnya menyebar.

Peninggalan Kebudayaan Ngandong
Hasil budaya Ngandong berupa alat-alat peninggalan kebudayaan zaman paleolitikum di antaranya,
1. Flake, adalah alat alat serpih berukuran kecil yang terbuat dari tulang.
2. Chalcedon (kalsedon), alat alat yang terbuat dari batu yang memiliki tampilan yang indah dan menarik seperi chalcedon.
3. Kapak genggam, alat alat yang terbuat dari tanduk rusa yang sudah diruncingkan terlebih dahulu.

Alat alat ini menurut para ahli digunakan untuk perlindugan diri, berburu, dan mengolah makanan. Alat alat yang terbuat dari tulang yang berukuran lebih besar yang digunakan sebagai belati, alat penusuk, mata tombak, ujung tombak dengan dua mata tombak, alat perobek daging atau ubi, dan sebagainya.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Kebudayaan Ngandong: Pengertian, Ciri, Persebaran, dan Peninggalannya"