Kawasan Ekonomi Khusus: Pengertian, Sejarah, Klasifikasi, dan Contohnya

Pengertian Kawasan Ekonomi Khusus atau KEK
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

Pengertian Kawasan Ekonomi Khusus
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) adalah suatu kawasan dengan batas tertentu yang tercangkup dalam daerah atau wilayah untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. Tujuan utama dari pembuatan KEK di antaranya guna meningkatkan aktivitas perdagangan, aktivitas ekonomi, investasi, dan pembukaan lapangan pekerjaan lokal.

Demikian, KEK umumnya dibangun di titik-titik yang direncanakan menjadi growth pole suatu kawasan. KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan berfungsi untuk menampung kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional.

Gun menunjang tujuannya, KEK memiliki peraturan yang bersahabat terhadap bisnis-bisnis. Peraturan ini melingkupi pajak yang lebih rendah, birokrasi yang dipersingkat, kuota ekspor-impor yang berbeda, atau bahkan perubahan kebijakan bea dan cukai.
 
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Menurut Para Ahli
1. World Bank, KEK adalah wilayah yang terbatas secara geografis, dengan pengamanan/pembatas, dikelola oleh pengelola tunggal, memiliki keuntungan-keuntungan tertentu dibandingkan daerah lainnya, dilengkapi dengan area pabean yang tersendiri, dan memiliki prosedur yang lebih mudah/singkat”.
2. Dewan nasional KEK Indonesia, kawasan ekonomi khusus adalah kawasan dengan batasan tertentu yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategis wilayah, serta diberikan fasilitas dan insentif khusus untuk menarik investasi.

Sejarah Kawasan Ekonomi Khusus
Zona bebas dan kawasan entrepot sudah digunakan selama berabad-abad mulai dari zaman Kekaisaran Romawi, Pedagang Islam, hingga sekarang. Zona bebas dan entrepot berperan besar dalam memastikan keselamatan dan kenyamanan para pedagang di sepanjang jalur perdagangan dunia.

Kawasan ekonomi khusus modern mulai muncul pada tahun 1950an di negara-negara industri. KEK yang pertama berdiri adalah shannon airport di Clare, Irlandia. Zona-zona yang terspesialisasi pada sektor manufaktur padat karya mulai bermunculan sejak tahun 1970an. Zona ini awalnya muncul di Amerika Latin dan Asia Timur, namun sekarang sudah menyebar di seluruh dunia.

KEK pertama China setelah Deng Xiaoping membuka China terhadap pasar global adalah Zona Ekonomi Shenzen yang berhasil meningkatkan investasi asing dan pertumbuhan ekonomi lokal. Zona-zona ini tidak hanya menarik perusahaan lokal namun juga perusahaan multinasional yang notabene memiliki modal lebih besar.

Tren baru yang sedang terjadi adalah negara-negara Afrika yang mulai menciptakan KEK untuk meningkatkan perekonomian lokal dan investasi asing, umumnya KEK ini dibuat melalui kerja sama dengan China atau negara kreditur lainnya.

Munculnya KEK di Indonesia telah diatur sejak tahun 2009 lalu. Program ini digagas sebagai bentuk pengembangan dari berbagai jenis kawasan ekonomi yang telah dilakukan pada periode-periode sebelumnya.

Bisa dibilang, program ini merupakan regenerasi sekaligus pengembangan dari program pengembangan kawasan ekonomi di era sebelumnya, seperti program pengembangan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas pada tahun 1970 lalu, pengembangan Kawasan Berikat pada tahun 1972, Kawasan Industri Berlanjut pada tahun 1989, dan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) pada tahun 1996.

Kawasan yang dipilih sebagai KEK tentu dinilai berdasarkan potensi demografis dan aksesibilitas kawasan tersebut jika dilihat dari kebutuhan pasar global saat ini. Diharapkan, kelak akan banyak investor yang tertarik membanguan kegiatan ekonomi berskala tinggi dan berdaya saing global di kawasan tersebut.

Awal pengembangannya, terdapat 50 daerah yang mengusulkan diri untuk menjadi KEK. Di era kepemimpinan Presiden Joko Widodo, pemerintah menarget terciptanya 17 daerah Kawasan Ekonomi Khusus kala itu. Pada tahun 2018, bertambah lagi satu kawasan, yaitu KEK Mandalika.

Klasifikasi Zona Kawasan Ekonomi Khusus
Undang-Undang Republik Indonesia No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus, menyatakan bahwa penetapan suatu Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) harus dipenuhi atau harus memenuhi kriteria yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah, tidak berpotensi mengganggu kawasan lindung, adanya dukungan dari pemerintah provinsi/kabupaten/kota dalam pengelolaan KEK, terletak pada posisi yang strategis atau memiliki potensi sumber daya unggulan pada bidang kelautan dan perikanan, perkebunan, pertambangan, pariwisata dan memiliki batasan wilayah yang jelas, baik batas alam maupun batas buatan.

Kawasan Ekonomi Khusus terbagi menjadi beberapa zona yang meliputi di antaranya,
1. Zona Pengolahan Ekspor. Zona pengolahan ekspor merupakan area yang diperuntukan bagi kegiatan logistik dan industri yang produksinya peruntukan untuk ekspor.
2. Zona Logistik. Zona logistik merupakan area yang diperuntukan bagi kegiatan penyimpanan, perakitan, penyortiran, pengepakan, pendistribusian, perbaikan, dan perekondisian permesinan dari dalam negeri dan dari luar negeri.
3. Zona Industri. Zona industri merupakan area yang diperuntukan bagi kegiatan industri yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dana atau barang jadi, dan agroindustri dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, yang termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri yang produksinya diperuntukan bagi ekspor dan impor.
4. Zona Pengembangan. Teknologi Zona pengembangan teknologi merupakan area yang diperuntukan bagi kegiatan riset dan teknologi, rancang bangun dan rekayasa, teknologi terapan, pengembangan perangkat lunak, dan jasa pada bidang teknologi informasi.
5. Zona Pariwisata. Zona Pariwisata merupakan area yang diperuntukan bagi kegiatan usaha pariwisata untuk mendukung penyelenggaraan hiburan dan rekreasi, pertemuan, perjalanan insentif dan pameran serta kegiatan pariwisata lainnya yang terkait.
6. Zona Energi. Zona energi merupakan area yang diperuntukan bagi kegiatan pengembangan energi alternatif, energi terbarukan, teknologi hemat energi serta pengolahan energi primer.
7. Zona Ekonomi Lain. Zona ekonomi lain antara lain dapat berupa zona industri kreatif dan zona olah raga.

Contoh Kawasan Ekonomi Khusus
1. India
KEK mulai diterapkan di India pada awal tahun 2000 dengan mengikuti model yang telah sukses di China. Sebelum menggunakan KEK, India hanya berkutat pada pengembangan EPZ yang gagal menarik minat investor. Pada awal tahun 2005, semua EPZ sudah berubah menjadi KEK.
 
2. China
China mulai menggarap konsep KEK pada awal tahun 1980an di sepanjang kota-kota pelabuhan selatannya untuk meningkatkan investasi asing dan juga sebagai ujicoba konsep KEK. China memiliki berbagai jenis kawasan pembangunan, yang paling besarnya adalah KEK dan Economic and Technological Development Zones (ETDZ).
 
3. Vietnam
KEK muncul di Vietnam tidak lama setelah Amerika Serikat mengangkat embargonya. Jenis KEK yang sudah diterapkan di Vietnam antara lain adalah kawasan pengembangan industri, kawasan pengembangan teknologi tinggi, kawasan pengembangan ekonomi, dan kawasan pengembangan barang ekspor.

Keuntungan dari KEK di Vietnam adalah kemudahan dalam ketentuan pajak nilai tambah barang (VAT), pajak perusahaan, dan bea masuk barang impor.
 
4. Singapura
Ukuran Singapura yang kecil menyulitkan pembuatan KEK karena masalah ketersediaan dan harga lahan. Oleh karena itu, Singapura bekerjasama dengan Malaysia untuk membuat KEK Iskander di Johor Bahru. KEK ini cukup populer bagi perusahaan-perusahaan luar yang ingin menggarap pasar Asia yang menggiurkan.
 
5. Thailand
Thailand mulai menerapkan konsep KEK pada awal tahun 2015 dalam rencananya untuk meningkatkan hubungan dagang dan ekonomi dengan negara tetangganya.

Semua KEK Thailand yang berjumlah 10 kawasan terletak pada daerah perbatasan. Selain perdagangan dengan negara tetangga, Thailand juga memiliki Eastern Economic Corridor (EEC) yang berfokus pada pengembangan industri berteknologi tinggi.
 
6. Filipina
Pemerintahan Filipina sudah memiliki organisasi khusus yang mengurusi KEK yaitu Phillipine Economic Zone Authority (PEZA) sejak tahun 1995. Tujuan utama dari PEZA adalah untuk mempromosikan dan mengembangkan aktivitas manufaktur dan jasa dengan memanfaatkan investasi di sekitar wilayah Filipina.

Pada bulan Mei 2017, PEZA sudah memiliki sekitar 300 KEK yang bergerak di berbagai bidang. Insentif yang ditawarkan oleh PEZA bermacam-macam, mulai dari keringanan finansial hingga keringanan birokrasi.
 
Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia
Indonesia sudah berhasil mengembangkan 12 KEK yang tersebar di berbagai sektor industri seperti agrikultur, manufaktur, turisme, dan hasil laut. Agar sebuah perusahaan mendapatkan kemudahan pajak oleh pemerintah, perusahaan tersebut harus terdaftar dan berjanji untuk melakukan aktivitas ekonomi di dalam KEK sesuai dengan peraturan lokal dan nasional yang berlaku.

Kesulitan utama yang dihadapi oleh investor asing maupun lokal dalam berinvestasi pada KEK adalah peningkatan harga tanah yang cepat dan pembangunan infrastruktur yang dianggap masih kurang untuk menunjang aktivitas KEK. Oleh karena itu, jika pemerintah Indonesia ingin meningkatkan investasi yang masuk pada KEK, kedua hal ini harus segera dibenahi.

Solusi untuk masalah pertama adalah dengan meningkatkan jumlah KEK atau memperluas KEK yang ada agar dapat menampung perusahaan-perusahaan baru yang ingin masuk. Solusi untuk masalah kedua adalah dengan memperbaiki infrastruktur yang ada seperti akses transportasi, listrik, sanitasi, dan keamanan agar sesuai dengan best practice yang diterapkan di negara-negara maju. Kedua hal ini dapat meningkatkan daya saing KEK Indonesia di mata investor asing dan lokal.

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, Indonesia telah sukses mengembangkan 12 KEK di berbagai lini industri. Berikut adalah keduabelas KEK tersebut di antaranya,
1. KEK Galang Batang
KEK Galang Batang terletak di Pulau Bintan Kepulauan Riau yang merupakan chokepoint selat malaka dan berdekatan dengan Batam Free Trade Zone serta selat Phillip. KEK Galang Batang akan dikembangkan sebagai sentra industri pengolahan mineral hasil tambang bauksit dan produk turunannya baik dari pemurnian (refinery) maupun dari proses peleburan (smelter).

Diperkirakan KEK Galang Batang akan mampu menyerap tenaga kerja sebesar 23.200 orang, tersebar untuk industri pengolahan refinery sebesar 350 orang, industri pengolahan smelter sebesar 260 orang dan jasa dermaga serta pelabuhan yang berpotensi menciptakan multiplier effect di kawasan tersebut.

KEK Galang Batang memiliki nilai investasi Rp. 36.25 Trilyun untuk jangka waktu 6 tahun.
 
2. KEK Sei Mangkei
KEK Sei Mangkei yang terletak di Sumatera Utara memiliki fokus utama pengembangan bisnis kelapa sawit dan karet berkualitas internasional. Karena berlokasi dekat dengan selat malaka dan memiliki fokus utama agrobisnis, KEK Sei Mangkei juga memiliki fokus sekunder yaitu logistik dan pariwisata.

KEK Sei Mangkei memiliki luas total sekitar 2000 hektar dan dilengkapi dengan infrastruktur pendukung yang lengkap. Terdapat akses transportasi ke jalan lintas sumatera, pelabuhan kuala tanjung, dan bandara Internasional Kualanamu.

Hingga tahun 2016, investasi yang sudah masuk di KEK Sei Mangkei sekitar Rp. 3.52 trilyun, dan diperkirakan akan mencapai Rp. 129 trilyun pada tahun 2025.
 
3. KEK Tanjung Api Api
KEK Tanjung Api Api yang terletak di Sumatera Selatan memiliki fokus utama pengembangan bisnis karet dan kelapa sawit, namun terdapat pula potensi gas bumi dan batu bara yang melimpah. Oleh karena itu, kegiatan utama saat ini di KEK Tanjung Api Api adalah petrokimia dan sawit. Diharapkan investasi yang masuk ke KEK Tanjung Api Api akan mencapai angka Rp. 125 Trilyun pada tahun 2025.

KEK Tanjung Api Api memiliki keunggulan geostrategis yaitu lokasinya yang dekat dengan alur laut kepulauan Indonesia I (ALKI I) sehingga berfungsi sebagai pintu gerbang ekspor/impor di Sumatera Selatan. KEK Tanjung Api Api juga didukung oleh aksesibilitas transportasi ke pelabuhan Tanjung Api Api, bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, kota Palembang, dan pelabuhan Boom Baru.
 
4. KEK Tanjung Kelayang
KEK Tanjung Kelayang terletak di pulau Belitung dan memiliki keunggulan geostrategis karena menjadi gerbang menuju negara ASEAN lainnya. KEK Tanjung Kelayang termasuk ke dalam 10 destinasi pariwisata prioritas karena memiliki objek wisata bahari dengan pantai berpasir putih dan panorama yang eksotis.

Pantai yang dihiasi batuan granit raksasa merupakan ciri khas dari pantai di kawasan ini. Kawasan ini berdekatan dengan pulau-pulau kecil di sekitarnya yang juga memiliki pesonanya tersendiri. Dengan total luas wilayah sebesar 324,4 Ha, KEK Tanjung Kelayang memiliki konsep pengembangan pariwisata, yaitu “Socially and Environmentally Responsible Development and Cultural Preservation”.

Dengan konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, KEK ini diharapkan mampu menarik investasi sebesar Rp 20 triliun hingga 2025, serta mendatangkan 59.000 wisatawan per tahun dengan nilai ekonomi Rp 751,4 miliar per tahun pada saat KEK ini sudah beroperasi penuh.
 
5. KEK Tanjung Lesung
Berlokasi di ujung barat Pulau Jawa, KEK Tanjung Lesung berfokus pada industri pariwisata dan sudah mulai beroperasi sejak tahun 2015. KEK Tanjung Lesung memiliki jarak yang cukup dekat dengan Ibukota Jakarta yaitu sekitar 170 Km atau 3 jam perjalanan.

KEK Tanjung Lesung memiliki luas 1.500 Ha dan dipenuhi dengan potensi pariwisata yang beragam. Potensi pariwisata tersebut antara lain adalah keindahan alam pantai, keragaman flora dan fauna serta kekayaan budaya yang eksotis.

KEK Tanjung Lesung juga dekat dengan atraksi wisata Banten lainnya seperti Kawasan Tua Banten, Budaya Badui dan Debus, Taman Nasional Ujung Kulon, Gunung Krakatau serta wisata kepulauan, sehingga diharapkan dapat melakukan aglomerasi aktivitas pariwisata.

Berasal dari kata “lesung” yaitu alat penumbuk padi tradisional, Tanjung Lesung memiliki bentuk dataran pantai wilayah yang menjorok ke laut dan mirip lesung. Dengan pantai yang memiliki pasir putih serta laut yang jernih, KEK Tanjung Lesung sangatlah menarik baik wisatawan nasional maupun internasional.

Selama tahun 2016 tercatat jumlah kunjungan wisatawan sebanyak 570.000 orang dan ditargetkan meningkat hingga 6,1 juta wisatawan saat beroperasi penuh pada tahun 2020.
 
6. KEK Mandalika
KEK Mandalika terletak di bagian selatan pulau Lombok dan memiliki tujuan utama untuk mengakselerasi pertumbuhan sektor pariwisata Nusa Tenggara Barat yang memiliki potensi tinggi. KEK Mandalika menawarkan wisata bahari dengan pesona pantai dan bawah laut yang memukau.

KEK Mandalika memiliki konsep pengembangan pariwisata berwawasan lingkungan dengan pembangunan obyek-obyek wisata dan daya tarik wisata yang selalu berorientasi kepada kelestarian nilai dan kualitas lingkungan hidup yang ada di masyarakat. Mandalika berasal dari nama seorang tokoh legenda, yaitu Putri Mandalika yang dikenal dengan parasnya yang cantik.

Setiap tahunnya, masyarakat Lombok Tengah merayakan upacara Bau Nyale, yaitu ritual mencari cacing laut yang dipercaya sebagai jelmaan dari Putri Mandalika. Perayaan ini merupakan budaya yang unik dan dapat menarik wisatawan baik lokal maupun internasional.
 
7. KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan
KEK MBTK terletak di Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur. Kawasan ini kaya akan sumber daya alam seperti sawit, kayu, dan energi, serta terletak dekat dengan ALKI II dan jalur perdagangan antarpulau lainnya. Diharapkan KEK MBTK dapat menjadi pusat pertumbuhan di Kutai Timur dan lebih luasnya lagi di Kalimantan Timur.

KEK MBTK diharapkan dapat mendorong penciptaan nilai tambah melalui industrialisasi atas berbagai komoditi di wilayah tersebut. Berdasarkan keunggulan geostrategis wilayah Kutai Timur, KEK MBTK akan menjadi pusat pengolahan kelapa sawit dan produk turunannya, serta pusat bagi industri energi seperti industri mineral, gas dan batu bara.
 
8. KEK Palu
KEK palu terletak di Provinsi Sulawesi Tengah dan didesain oleh pemerintah sebagai pusat logistik dan pengolahan barang tambang. KEK Palu terletak di posisi strategis yang dilewati oleh ALKI II sehingga dapat berfungsi sebagai hub perdagangan antara kawasan barat dan timur Indonesia.

Berdasarkan potensi dan keunggulan geostrategis yang dimiliki, KEK Palu memiliki beberapa lini usaha utama, yaitu nikel, bijih besi, kakao, rumput laut, serta rotan. KEK Palu juga memberikan peluang bagi pengembangan aneka industri lainnya sebagai bisnis pendukung. Industri pendukung tersebut meliputi industri pengolahan karet, kelapa, manufaktur dan logistik.

Terbentuknya KEK Palu diharapkan dapat mendorong hilirisasi industri logam dan meningkatkan nilai tambah dari komoditi agro unggulan di Pulau Sulawesi.
 
9. KEK Bitung
KEK Bitung terletak di Provinsi Sulawesi Utara dan memiliki lokasi yang sangat strategis sebagai pintu gerbang ekonomi di Asia-Pasifik. Aksesibilitas KEK Bitung didukung dengan adanya Pelabuhan Hub Internasional Bitung sebagai hub perdagangan bagi Kawasan Timur Indonesia.

Berjarak 44 Km dari Ibukota Manado, KEK Bitung diharapkan dapat menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dan distribusi barang serta penunjang logistik di kawasan timur Indonesia. Sebagai salah satu penghasil ikan terbesar di Indonesia, KEK Bitung berfokus pada industri pengolahan perikanan untuk menghasilkan komoditi ekspor berkualitas internasional.

Selain itu, KEK Bitung juga fokus pada industri kelapa beserta produk turunannya yang diminati oleh konsumen nasional maupun internasional.
 
10. KEK Morotai
KEK Morotai terletak di Pulau Morotai, Provinsi Maluku Utara. KEK Morotai memiliki keunggulan geostrategis yaitu merupakan pulau terluar di sisi timur laut Indonesia. Posisi ini membuatnya dekat secara spasial dengan negara-negara ASEAN dan Asia Timur.

Berada di tengah Samudera Pasifik, Pulau Morotai dahulu merupakan salah satu basis militer pada Perang Dunia II. Oleh karena itu pulau Morotai sangat kaya akan barang peninggalan bersejarah. Selain wisata sejarah, KEK Morotai juga memiliki keunggulan wisata bahari dengan keindahan pantai dan bawah laut yang mempesona. Hamparan pasir putih halus, air laut yang jernih serta terumbu karang yang indah merupakan daya tarik wisata KEK Morotai.

Berbeda dengan destinasi wisata kepulauan lainnya di Indonesia, KEK Morotai memberikan nuansa sejarah sebagai nilai tambah bagi wisatawan. Selain itu, KEK Morotai juga dilintasi oleh ALKI III yang merupakan jalur migrasi ikan tuna, sehingga sangat berpotensi untuk industri pengolahan hasil laut.

Dengan potensi yang dimiliki, KEK Morotai akan menjadi pusat industri perikanan yang dapat menjadi hub internasional di kawasan timur Indonesia. KEK Morotai diharapkan dapat menjadi destinasi wisata internasional dengan perkiraan investasi pelaku usaha sebesar Rp 30,44 triliun hingga 2025
 
11. KEK Sorong
KEK Sorong merupakan kawasan ekonomi khusus pertama di Papua. Berlokasi di Distrik Mayamuk, KEK Sorong  secara strategis berada pada jalur lintasan perdagangan internasional Asia Pasifik dan Australia. KEK Sorong yang terletak di Selat Sele memberikan keunggulan geoekonomi yaitu potensi di sektor perikanan dan perhubungan laut. Lokasi tersebut juga sangat strategis untuk pengembangan industri logistik, agro industri serta pertambangan

KEK Sorong diharapkan dapat menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru di timur Indonesia. Hal ini sejalan dengan prinsip Nawacita, yakni membangun Indonesia dari pinggiran. Berdasarkan potensi yang dimiliki, KEK Sorong dikembangkan dengan basis kegiatan industri galangan kapal, agro industri, industri pertambangan dan logistik. KEK Sorong diperkirakan akan menarik investasi sebesar Rp 32,2 triliun hingga tahun 2025.
 
12. KEK Arun Lhokseumawe
KEK Arun Lhokseumawe terletak di Kabupaten Aceh Utara dan kota Lhokseumawe. KEK ini memiliki keunggulan geografis yang terletak di Sea lane of Communication (SLoC) yaitu Selat Malaka. Oleh karena itu KEK ini digadang-gadang dapat menjadi bagian dari rantai produksi dan distribusi internasional.

KEK Arun Lhokseumawe berfokus pada beberapa sektor yaitu energi, petrokimia, agro-industri, logistik, serta produksi kertas. Sektor energi akan dikembangkan menjadi hub LNG yang disertai PLTG ramah lingkungan. Sektor logistik juga sudah mulai didukung infrastruktur yang mumpuni untuk memproses ekspor-impor dari sektor-sektor lainnya.

KEK ini merupakan zona industri yang diciptakan oleh konsorsium beberapa perusahaan yang sudah beroperasi di sana, yaitu PT Pertamina, PT Pupuk Iskandar Muda, PT Pelindo 1, dan PT Perusahaan Daerah Pembangunan Aceh. Sekarang, sudah ada 3 zona pada KEK ini yaitu kompleks kilang arun, Kecamatan Dewantara, serta Desa Jamuan.

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, KEK ini memiliki potensi yang baik sebagai pusat agroindustri. Arun Lhokseumawe memiliki perairan yang sangat produktif untuk usaha ikan tangkap. Selain itu, pertanian yang berbasis komoditaas unggulan lokal seperti kopi, sawit, kakao, karet, kelapa, dan minyak atsiri juga akan dikembangkan.

Diharapkan, KEK Arun Lhokseumawe dapat menjadi entrepot dan zona industrialisasi pilihan dalam rangkaian jalur sutra maritim proyek one belt one road China dengan Asia dan Afrika. Dengan segala potensi yang dimiliki, KEK Arun Lhokseumawe diproyeksikan akan mencapai nilai investasi USD 3,8 milyar dan menyerap tenaga kerja sebanyak 40.000 orang pada tahun 2021.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Kawasan Ekonomi Khusus: Pengertian, Sejarah, Klasifikasi, dan Contohnya"