Hindu dan Budha di Indonesia: Jalur Masuk, Pengaruh, dan Benda Peninggalannya

Jalur Masuk Hindu dan Budha di Indonesia
Hindu dan Budha di Indonesia

A. Pengaruh Hindu dan Budha di Indonesia
Budaya dan agama Hindu dan Budha di Indonesia sudah ada sejak abad ke-5 hingga abad ke-15 dan menghasilkan akulturasi dengan budaya Indonesia. Akulturasi budaya Hindu dan Budha dengan budaya Indonesia ini tentunya memberikan pengaruh bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Salah satunya dengan banyaknya bangunan bersejarah Indonesia yang bercorak Hindu dan Budha.

B. Jalur Masuk Hindu dan Budha ke Indonesia
Pengaruh Hindu-Budha masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan dan dibawa oleh pedagang dan pendeta yang berasal dari India dan Tiongkok. Masuknya pengaruh Hindu-Budha melalui dua jenis jalur perdagangan di antaranya,
1. Jalur Darat
Jalur darat menjadi jalur dibawanya Hindu-Budha ke Indonesia, sehingga ketika di Indonesia terjadi akulturasi budaya. Jalur darat ini dibuat oleh para pedagang melalui rute jalur sutra. Rute jalur ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu rute jalur sutra utara dan rute jalur sutra selatan.

Rute jalur sutra utara dimulai dari India menuju ke Tibet, kemudian mengarah ke utara hingga sampai di Tiongkok, Korea, dan Jepang. Sementara itu, rute jalur sutra dimulai dari India Utara menuju ke Bangladesh, kemudian mengarah ke Myanmar, Thailand, Semenanjung Malaya, dan mengarah ke Indonesia.

2. Jalur Laut
Selain lewat jalur darat, penyebaran Hindu-Budha melalui jalur laut. Jalur laut ini sangat identik dengan rombongan kapal pedagang dan biasanya rute perjalanan jalur laut dimulai dari India, kemudian ke Myanmar, Thailand, Semenanjung Malaya, dan pemberhentian terakhir di wilayah Indonesia.


C. Pengaruh Hindu dan Budha bagi Masyarakat Indonesia
Pengaruh Hindu-Budha dapat dilihat dari berbagai macam hal di antaranya,
1. Seni Bangunan
Pengaruh Hindu-Budha secara fisik paling jelas tampak pada bangunan candi. Di mana, candi merupakan bangunan yang paling banyak didirikan pada masa pengaruh kebudayaan Hindu-Budha. Candi memiliki arti atau bentuk bangunan beragam misalnya candi yang berfungsi sebagai tempat peribadatan dan makam, candi pemandian suci (parthirtan).

Candi terdiri atas tiga bagian, yaitu kaki bandi (bhurloka, alam dunia fana), tubuh candi (bhurwaloka, alam pembersihan jiwa), dan puncak candi (swarloka, alam jiwa suci). Namun, karena ciri akulturasi adalah dengan mempertahankan kekhasan budaya asalnya, maka terdapat perbedaan arsitektur yang cukup mencolok, salah satunya candi yang berada di kawasan Jawa Tengah dengan yang ada di Jawa Timur.

Adapun perbedaan dari candi-candi tersebut di antaranya,
a. Candi di Jawa Tengah, berbentuk tambun dengan hiasan kalamakara (wajah raksasa) di atas gerbang pintu masuk. Puncak candi berbentuk stupa, dengan bahan utama batu andesit. Pada umumnya, candi ini akan menghadap ke arah timur.
b. Candi di Jawa Timur, berbentuk lebih ramping, dengan hiasan kala di atas gerbang lebih sederhana daripada kalamakara. Puncak candi berbentuk kubus, dengan bahan utama batu bata. Umumnya, candi yang berada di Jawa Timur ini menghadap ke arah barat.

2. Kesusasteraan
Dalam perkembangannya, budaya tulisan melahirkan karya-karya sastra berupa kitab buah karya para pujangga Nusantara. Kitab ini berupa kumpulan kisah, catatan, atau laporan tentang suatu peristiwa, kadang di dalamnya juga terdapat mitos.

Pengaruh akulturasi budaya ini paling jelas tampak pada upaya adaptasi yang dilakukan oleh sejumlah pujangga seperti Mpu Kanwa, Mpu Sedah, Mpu Dharmaja, dan Mpu Panuluh. Mereka melakukan adaptasi terhadap epic Mahabharata dan Ramayana disesuaikan dengan kondisi pada masa itu.

3. Bahasa dan Tulisan
Pengaruh Hindu-Budha mengantarkan masyarakat Indonesia kepada budaya tulis atau zaman sejarah. Budaya tulis itu menggunakan Bahasa sansekerta dengan huruf Pallawa atau jenis tulisan yang digunakan di bagian selatan India. Dalam perkembangannya, huruf Pallawa menjadi dasar dari huruf-huruf lain di Indonesia seperti huruf Kawi, Jawa Kuno, Bali Kuno, Lampung, Batak, dan Bugis-Makasar.

Sementara, bahasan sansakerta mengalami stagnasi karena digunakan hanya dilingkungan terbatas yaitu di istana dan khusus digunakan oleh kalangan Brahmana. Budaya tulisan atau aksara dari masa-Hindu-Budha di Nusantara dikuatkan oleh bukti-bukti berupa prasasti dan kitab.

4. Kepercayaan dan Filsafat
Kepercayaan yang berkembang di Indonesia sebelum dikenalnya agama Hindu-Budha adalah kepercayaan yang bercorak animisme dan dinamisme. Seiring masuknya pengaruh Hindu-Budha maka masyarakat Indonesia pun mulai menganut kedua agama tersebut.

5. Sistem Pemerintahan
Pengaruh kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia mengubah sistem pemerintahan yang ada di nusantara. Awalnya, sistem pemerintahan bercorak kesukuan dan kerakyatan menjadi monarki dengan hirarki (tingkatan) yang jelas.

Struktur pemerintahan monarki berlaku umum di semua kerajaan Hindu-Budha yang pernah muncul di Indonesia mulai dari Kutai sampai Majapahit, artinya pemimpin tertinggi pemerintahan adalah raja. D imana, raja dipilih berdasarkan faktor keturunan dari dinasti yang berkuasa dan dikukuhkan oleh kasta Brahmana atau kasta yang paling disegani dalam masyarakat Hindu.

D. Benda-benda peninggalan pada masa kerajaan Hindu-Budha
1. Peninggalan sejarah yang bercorak Hindu
a. Prasasti Yupa di Kutai, Kalimantan Timur.
b. Prasasti Ciaruteun, Prasasti Kebun Kopi, Prasasti Jambu atau Kolengkak, Prasasti Pasir Awi, Prasasti Muara Cianten di Bogor, provinsi Jawa Barat adalah peninggalan sejarah kerajaan Tarumanegara.
c. Prasasti Tugu di Jakarta Utara, DKI Jakarta dan Prasasti Lebak atau Cidanghiang di Lebak Banten adalah peninggalan sejarah kerajaan Tarumanegara.
d. Prasasti Panglegan, Prasasti Penumbangan, Prasasti Hantang, Prasasti Talan, Prasasti Jepun, Prasasti Weleri, Prasasti Angin Jaring, Prasasti Semandhing dan Prasasti Ceker di Kediri, provinsi Jawa Timur.
e. Candi Jago, Candi Kidal, Candi Singasari, Candi Kagenengan dan Arca Prajnaparamita di Malang.
f. Candi Sawentar di Blitar.
g. Candi Prambanan di Klaten provinsi Jawa Tengah.
h. Candi Dieng di Banjarnegara provinsi Jawa Tengah adalah peninggalan kerajaan Mataram Kuno (Hindu).
i. Candi Cangkuang di Garut.

Peninggalan sejarah yang bercorak agama Hindu yang merupakan karya sastra di antaranya,
a. Kitab Negarakertagama yang ditulis oleh Empu Prapanca.
b. Kitab Sutasoma yang ditulis oleh Empu Tantular.
c. Kitab Arjunawijaya yang ditulis oleh Empu Tantular.
d. Kitab Hariwangsa karangan Empu Panuluh.
e. Kitab Gatotkacasraya karangan Empu Panuluh.
f. Kitab Smaradhahana yang ditulis oleh Empu Darmaja.

2. Peninggalan sejarah yang bercorak Budha
Candi pada agama Budha pada umumnya hanya berfungsi sebagai tempat pemujaan bagi raja. Candi Budha pada umumnya terdiri dari 3 tingkatan, adapun 3 tingkatan candi Budha yang dimaksud di antaranya,
a. Kamadatu. Kamadatu (bagian dasar) yang artinya manusia masih dalam rahim ibu.
b. Ruipadatu. Ruipadatu (bagian tengah) yang artinya kehidupan manusia didunia.
c. Arupadatu. Arupadatu (bagian atas) yang artinya kehidupan Nirwana.

Candi-candi peninggalan yang bercorak Budha di Indonesia di antaranya,
a. Candi Sewu
b. Candi Borobudur
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Hindu dan Budha di Indonesia: Jalur Masuk, Pengaruh, dan Benda Peninggalannya"