Gunung Berapi: Pengertian, Penyebab, Jenis, Bentuk, Jenis Letusan, dan Contohnya

Pengertian Gunung Berapi
Gunung Berapi

Pengertian Gunung Berapi
Gunung berapi adalah lubang di kerak bumi yang dapat mengeluarkan letusan batuan cair, pecahan batu panas, dan gas panas. Kata gunung berapi berasal dari nama Vulcano, sebuah pulau vulkanik di Kepulauan Aeolian di Italia yang pada gilirannya berasal dari Vulcan, Dewa Api dalam mitologi Romawi.

Gunung berapi memungkinkan material yang lebih hangat dari sekitarnya untuk lepas dari interiornya. Ketika bahan ini lolos, akan menyebabkan erupsi. Sebuah letusan bisa meledak, yang seakan-akan memuntahkan material ke langit. Atau bisa letusan yang lebih tenang, dengan aliran material yang lembut.

Daerah-daerah dalam pengertian vulkanisme biasanya membentuk pegunungan yang dibangun dari banyak lapisan batu, abu atau bahan lain yang terkumpul di sekitarnya. Gunung berapi bisa aktif, tidak aktif, atau punah.

Gunung Berapi Menurut Para Ahli
1. Alzwar (1988), gunung api merupakan timbulan di permukaan bumi, yang tersusun atas timbunan rempah gunung api; tempat dengan jenis dan kegiatan magma yang sedang berlangsung; tempat keluarnya batuan leleran dan rempah lepas gunung api dari dalam bumi
2. Mac Donald (1972), gunung api merupakan tempat/bukaan berasalnya batuan pijar (gas) dan umumnya keduanya, keluar ke permukaan bumi, sehingga bahan batuan tersebut berakumulasi membentuk bukit atau dalam pengertian pegunungan.
3. Bronto (2006), gunung api merupakan setiap proses alam yang berhubungan dengan kegiatan gunung api, meliputi asal-usul pembentukan magma di dalam bumi hingga kemunculannya di permukaan bumi dalam berbagai bentuk dan kegiatannya; setiap magma yang muncul ke permukaan bumi.

Penyebab Terjadinya Gunung Berapi
Gunung berapi terjadi ketika material yang secara signifikan lebih hangat daripada lingkungannya meletus ke permukaan planet atau satelit dari bagian dalamnya. Di Bumi, material yang meletus bisa berupa batuan cair (“lava” saat berada di permukaan, “magma” saat berada di bawah tanah), abu, abu, atau gas.

Terdapat tiga alasan mengapa magma mungkin naik dan menyebabkan letusan ke permukaan bumi. Magma dapat naik ketika potongan kerak bumi yang disebut lempeng tektonik perlahan-lahan menjauh satu sama lain. Magma naik untuk mengisi ruang. Ketika ini terjadi, gunung berapi bawah laut dapat terbentuk.

Magma juga naik ketika lempeng tektonik ini bergerak saling berdekatan satu sama lain. Ketika ini terjadi, bagian dari kerak bumi bergerak lebih dalam ke bagian dalamnya. Panas dan tekanan tinggi menyebabkan kerak mencair dan naik sebagai magma.

Cara terakhir naiknya magma adalah melalui titik panas. Titik panas merupakan daerah panas di dalam pengertian Bumi. Daerah-daerah ini memanaskan magma. Magma menjadi kurang padat. Ketika kurang padat, ia naik. Masing-masing alasan kenaikan magma sedikit berbeda, tetapi masing-masing dapat membentuk gunung berapi.

Jenis Gunung Berapi
1. Gunung Api
Secara umum, gunung berapi atau gunung api adalah istilah yang dapat didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 Km di bawah permukaan bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan pada saat meletus.

Suatu gunung berapi merupakan bentukan alam dari pecahan yang terjadi di kerak dari benda langit bermassa planet, seperti Bumi. Patahan tersebut mengakibatkan lava panas, abu vulkanik dan gas bisa keluar dari dapur magma yang terdapat di bawah permukaan bumi.

2. Gunung Api Mati
Seperti namanya, gunung ini sudah tidak lagi memiliki aktivitas erupsi. Bisa saja gunung ini pernah meletus, tapi tidak akan meletus lagi.

3. Gunung Istirahat
Gunung istirahat merujuk kepada gunung yang masih memiliki aktivitas vulkanik, tapi sedang beristirahat. Gunung jenis ini dapat meletus sewaktu-waktu, kemudian beristirahat lagi. Contohnya adalah Gunung Kelud.

Bentuk Gunung Berapi
1. Rekahan (Fissure)
Ketika dua lempeng bergerak saling menjauh, akan terdapat zona rekahan di tengah kedua lempeng tersebut. Lava dapat keluar menuju permukaan bumi lewat rekahan tersebut. Pada gunung seperti ini, lava yang keluar umumnya bersifat basaltik. Lava basaltik akan cenderung membuat plato dan mengalir ke tempat rendah, sehingga tidak akan menciptakan puncak gunung api.

Hasil dari fenomena ini dapat dilihat di Irlandia Utara, Skotlandia, Islandia, dan Greenland, ketika lempeng Eurasia dan Amerika utara mulai bergerak saling menjauh. Pendinginan lava yang lambat menciptakan bentukan kekar kolom yang dapat menjadi daya tarik wisata, contohnya adalah pada Giants Causeway di Irlandia Utara.

Contoh dari gunung berbentuk rekahan adalah gunung Heimaey yang memiliki rekahan sepanjang 2 Km dan gunung Laki di Islandia yang memiliki rekahan sepanjang 30 Km.

2. Perisai (Shield)
Pada gunung api perisai, lava keluar menuju permukaan bumi dari sebuah lubang sentral sebelum menyebar dan mendingin. Karena lava yang keluar berjenis basaltik, lava tersebut dapat menyebar pada area yang luas sebelum akhirnya mendingin. Oleh karena itu, terbentuklah lereng yang panjang dan landai serta berlapis dari hasil aliran lava terdahulu.

Gunung api perisai umumnya dapat ditemukan di area hotspot atau area dengan lava basaltis. Contoh gunung api perisai adalah gunung Mauna Loa dan gunung Kilauea di Hawaii.

3. Kubah Lava (Dome)
Berbeda dengan lava basaltik, lava andesitik atau granitik bersifat sangat kental dan cepat membeku jika terkena udara. Lava seperti ini menciptakan gunung dengan karakteristik lereng yang terjal dan berbentuk cembung. Contoh ekstrem dari gunung seperti ini adalah Gunung Pelee dimana lava membeku saat sedang bergerak menaiki pipa vulkanik, sehingga tercipta volcanic spine/Volcanic plug.

4. Cinder Cone
Gunung api cinder cone adalah bentuk gunung api yang paling sederhana. Gunung ini tercipta ketika terjadi penumpukan cinder atau material piroklastik yang berulang kali pada lereng gunung. Gunung ini umumnya tidak mengeluarkan lava cair sehingga material penyusun kerucut gunungnya murni material piroklastik. Contoh dari gunung cinder cone adalah Gunung Paricutin di Mexico.

5. Komposit (Stratovolcano)
Gunung api strato tercipta ketika ada perlapisan antara material piroklastik dan lava yang membentuk lereng gunung. Gunung api strato umumnya memiliki lereng yang terjal dengan kerucut simetris. Banyak gunung-gunung terkenal di dunia yang merupakan gunung strato.

Contoh gunung strato antara lain adalah Gunung Etna, Gunung Fuji, Gunung Cotopaxi, Gunung Rainier, Gunung Hood, dan Gunung St. Helens.

6. Kaldera
Ketika tekanan yang ada pada gunung berapi sudah sangat besar, terjadilah letusan besar yang mengosongkan dapur magma dan dapat menghancurkan bagian atas kerucut gunung api. Hal ini menyebabkan lereng gunung runtuh sehingga terbentuklah bukaan dengan diameter beberapa kilometer. Fenomena ini dikenal sebagai gunung api kaldera.

Contoh gunung api dengan bentuk kaldera adalah Gunung Thera/Santorini dan Gunung Krakatau. Pada kedua gunung ini, kaldera yang ada telah dibanjiri oleh air laut dan erupsi susulannya membentuk gunung lain di sekitar kalderanya. Contoh lain dari gunung api kaldera adalah Gunung Toba dan Gunung Yellowstone.
 
Jenis Letusan Gunung Berapi
1. Magmatik
a. Icelandic. Pada letusan jenis ini, lava mengalir dari rekahan di permukaan bumi. Lava yang terlibat dalam letusan ini adalah lava basaltik sehingga lava tersebut memiliki kekentalan rendah.
b. Hawaiian. Letusan ini sama seperti letusan icelandic, bersifat tenang dan mengeluarkan lava basaltik. Pada letusan hawaiian, lava dikeluarkan dari sebuah lubang sentral yaitu volcanic vent.
c. Strombolian. Tipe letusan ini memiliki karakteristik letusan skala kecil yang tidak merusak namun sangat sering terjadi.
d. Vulcanian/Vesuvian. Tipe letusan ini mirip dengan strombolian, namun memiliki letusan dengan daya hancur yang lebih tinggi, skala lebih besar, serta frekuensi yang lebih jarang. Tipe letusan vesuvian memiliki kesamaan dengan letusan gunung vesuvius di Itali. Letusan ini mirip dengan vulcanian hanya saja memiliki daya hancur yang lebih tinggi lagi. Letusan ini umumnya terjadi ketika gunung aktif kembali setelah mengalami periode dormansi.
e. Krakatoan. Letusan krakatoan memiliki karakteristik letusan besar yang dapat menghancurkan kerucut gunung api. Letusan ini umumnya menciptakan gunung api kaldera.
f. Pelean. Letusan pelean memiliki karakteristik letusan besar dengan aliran piroklastik. Nuee Ardente atau wedhus dapat saja menyertai material piroklastik paska letusan pelean.
g. Plinian. Letusan disebut sebagai tipe plinian ketika banyak lava dan material piroklastik yang dilontarkan dalam letusan tersebut.
 
2. Hidro-Magmatik
Letusan hidro-magmatik terjadi ketika ada interaksi antara lava dengan air. Interaksi ini dapat terjadi dalam beberapa lingkungan seperti
a. Gunung bawah laut dimana tekanan air yang tinggi menurunkan tingkat eksplosifitas letusan, lava yang terbentuk adalah pillow lava
b. Lava mengalir ke laut, kondisi ini terjadi di gunung Kilauea Hawaii
c. Daerah dengan permukaan air dangkal, contoh letusan ini adalah di Gunung Surtsey Inggris atau Danau Taal di Filipina
d. Daerah subglasial seperti gunung Vatnajokull di Islandia
e. Daerah di mana magma mengalami kontak dengan air tanah seperti gunung Ukinrek di Alaska.
f. Letusan paling eksplosif terjadi ketika air meliputi 25-30% dari material letusan.

Contoh Gunung Berapi
Berikut beberapa contoh gunung berapi di antaranya,
1. Gunung Merapi di Yogjakarta
2. Gunung Kelud di Jawa Timur
3. Gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat
4. Gunung Sinabung di Sumatera Utara
5. Gunung Agung di Bali
6. Gunung Vesuvius di Italia
7. Gunung Sakurajima di Jepang
8. Gunung Ulawun di Papua Nugini
9. Gunung Taal di Filipina
10. Gunung Santa MarĂ­a di Guatemala
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Gunung Berapi: Pengertian, Penyebab, Jenis, Bentuk, Jenis Letusan, dan Contohnya"