Aspek Perkotaan: Fisik, Sosial, dan Ekonomi

Aspek Perkotaan
Aspek Perkotaan

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Kawasan Perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

Menurut Melville C. Branch terdapat 3 aspek suatu perkotaan di antaranya,
1. Aspek Fisik
Kota ditinjau dari aspek fisik adalah kawasan terbangun atau built up area yang terletak saling berdekatan/terkonsentrasi, yang meluas dari pusatnya hingga ke wilayah pinggiran, atau wilayah geografis yang didominasi oleh struktur binaan.

Dalam pengertian ini aspek fisik kota terdiri dari: bangunan-bangunan dan kegiatan-kegiatan yang berada di permukaan tanah, atau dekat dengan muka tanah; instalasi-instalasi di bawah permukaan tanah; dan kegiatan-kegiatan di dalam ruangan kosong di angkasa.

Adapun karakteristik fisik kota dipengaruhi oleh beberapa unsur-unsur di antaranya,
a. Topografi tapak
Topografi tapak memiliki pengaruh terhadap unsur-unsur yang berada di dalam kota, pada umumnya jaringan jalan primer menyebar keluar ke tempat arah angin melalui kemiringan-kemiringan yang akan memberikan kenyamanan dan keamanan berkendaraan. Pembangunan yang dilakukan di kawasan topografi tidak baik, memiliki konsekuensi tersendiri yakni biaya besar untuk pembangunan yang dirancang secara khusus.

b. Bangunan
Bangunan merupakan unsur kota yang begitu jelas dilihat, bangunan yang didirikan seharusnya menghindari kondisi-kondisi fisik yang buruk untuk meminimalisir biaya konstruksi. Penempatan bangunan akan menunjukkan pola sirkulasi setempat, atau bangunan diatur sesuai dengan pola jalan. Dengan berkembangnya, bangunan-bangunan akan terhubung dengan utilitas umum yang sudah ada atau jaringan tersebut dibangun.

c. Struktur (bukan bangunan)
Struktur atau bangunan lain yang bukan berupa bangunan gedung, bangunan lain yang dimaksud adalah jembatan, gorong-gorong, saluran irigasi dan pengendali banjir, jaringan utilitas umum, gardu-gardu listrik, fasilitas pengolahan limbah, bak-bak penampung, pengilang minyak dan berbagi instalasi lain yang tidak lazim disebut bangunan. Struktur-struktur yang bukan bangunan memiliki peran penting terhadap sebuah kota seperti jalu-jalur transportasi dan jalur utilitas karena keduanya merupakan pembentuk pola penggunaan lahan.

d. Ruang terbuka
Ruang terbuka tidak hanya sekedar berupa taman, tempat bermain, dan tempat rekreasi yang lain. Tetapi juga penggunaan lahan yang terbuka ke langit dengan beragam ukuran di antaranya makam, landasan pesat terbang, dan lahan-lahan pertanian yang dipertimbangkan sebagai ruang terbuka perkotaan. Semakin ke pinggiran kota ruang terbuka akan semakin banyak dibandingkan di pusat kota.

e. Kepadatan perkotaan
Kepadatan perkotaan menunjukkan sebaran konsentrasi bangunan dan kegiatan produktif hingga melebihi kemampuan jaringan transportasi yang ada hingga menimbulkan kemacetan lalu lintas. Kepadatan perkotaan dilihat 3 kondisi antara lain presentase koefisien dasar bangunan (KDB), ketinggian bangunan (TB) dan kuantitas ruang terbuka yang permanen di seluruh areal kota.

f. Iklim
Iklim akan berpengaruh pada fisik suatu kota, rata-rata curah hujan akan berhubungan dengan penyediaan saluran drainase, rancangan jalan dan bangunan, jenis vegetasi perkotaan, dengan keseimbangan antara kegiatan dalam dan luar ruang. Suhu udara di suatu kota juga mempengaruhi berbagai unsur fisik kota, melalui kebutuhan akan pendinginan dan penghangatan udara.

g. Vegetasi
Unsur vegetasi meningkatkan daya tarik kota dan menjaga kebersihan udara, selain itu vegetasi juga mengurangi terjadinya erosi tanah, bahaya tanah longsor, dan mengurangi kebisingan, serta dapat berperan sebagai pematah angin. Vegetasi dapat memberikan kepuasan tersendiri bagi manusia terhadap keinginannya untuk senantiasa berdekatan dengan alam.

Keberadaan vegetasi bisa terdapat di seluruh bagian kota mulai dari sepanjang jalan dalam kota, jalan bebas hambatan yang utama, kanal-kana pengendali banjir, jalur kereta api dan ruang-ruang pergerakan lainnya, di taman-taman kota, tempat-tempat bermain, kawasan rekreasi dan pertanian, makam dan ruang terbuka lainnya.

h. Kualitas estetika
Setiap individu dan kebudayaan sangatlah beragam tetapi sebagian orang menyetujui adanya unsur tertentu fisik kota mendukung kualitas estetikanya.
 
2. Aspek Sosial
Jika dipandang dari aspek sosial, kota merupakan konsentrasi penduduk yang membentuk suatu komunitas yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas melalui konsentrasi (economics of scale) dan spesialisasi tenaga kerja, serta meningkatkan keragaman intelektual, kebudayaan, dan kegiatan rekreasi di kota-kota.

Menurut riset psikologi secara sosial, umumnya masyarakat kota cenderung di antaranya,
a. Individual
Individualis karena mereka merasa sudah tidak terikat lagi dengan tradisi. Mereka lebih mementingkan kesenangan dan kesejahteraan diri sendiri dibandingkan orang lain, jika suatu tindakan akan menguntungkan dia namun merugikan orang lain, masyarakat kota akan dengan senang hati melakukan hal tersebut.

b. Gesselschaft
Memandang kerjasama sebagai gesselschaft atau korporasi di mana semua ada untung-ruginya, tidak secara gemeinschaft yang berarti kerjasama dan gotong-royong.

c. Keluarga
Manusia cenderung enempatkan dirinya sebagai individu, dibandingkan dengan bagian dari keluarga. Oleh karena itu, keluarga utuh (nuclear family) lebih umum ada di desa dibandingkan dengan di kota.

d. Pernikahan dan hubungan cinta
Banyak kasus percintaan dan pernikahan antar-golongan dan karena sama-sama cinta/suka, bukan lagi karena dijodohkan atau metode-metode lainnya. Atmosfer hubungan yang lebih terbuka ini juga kerap menyebabkan banyak terjadi pergaulan bebas, selain itu angka perceraian juga relatif lebih tinggi dibandingkan di pedesaan.

e. Pekerjaan
Secara umum pekerjaan di kota didominasi oleh sektor industri, jasa dan administratif. Pembagian pekerjaan dan spesialisasi tugas sudah sangat lumrah terjadi, hal ini dilakukan untuk meningkatkan produktivitas.

f. Ketimpangan kelas
Kota memiliki semua jenis penduduk, dari yang paling kaya hingga yang paling miskin. Rumah-rumah mewah, dan villa megah terkadang terlihat kontras dengan pemukiman kumuh di sampingnya, terkadang di antaranya ada apartemen dan perumahan-perumahan kelas menengah, sungguh terlihat perbedaannya, padahal mereka berada dalam kota yang sama.

g. Heterogenitas
Jika pedesaan dianggap sebagai simbol homogenitas budaya, maka kota-kota dilihat sebagai simbol heterogenitas. Penduduk perkotaan umumnya terdiri dari ras dan golongan yang berbeda, mereka juga memiliki budaya, kondisi hidup, makanan kesukaan, dan temperamen yang berbeda-beda.

h. Jarak sosial/kesenjangan hubungan sosial
Kesenjangan sosial merupakan hasil dari anonimitas dan heterogenitas. Kebanyakan interaksi antar individu di perkotaan bersifat impersonal dan tersegmentasi. Terdapat rasa ketidakpedulian terhadap hidup orang lain, salah satu manifestasi ini adalah budaya NIMBY.

i. Sistem interaksi
Sistem interaksi komunitas perkotaan didasar pada grup-grup ketertarikan (interest group). Lingkup kontak sosial (social circle) yang ada di kota lebih luas dari yang ada di pedesaan. Hal ini disebabkan oleh heterogenitas kota itu sendiri, sehingga untuk berinteraksi dengan lebih intens, dibutuhkan suatu ketertarikan bersama. Mayoritas kontak dan hubungan yang terjadi di kota adalah hubungan sekunder yang bersifat impersonal dan berlangsung dalam rentang waktu yang singkat.

j. Mobilitas sosial
Pada lingkungan perkotaan, status sosial yang disandang oleh seseorang tidak terpaku pada faktor hereditas, seperti siapa ayahnya, dan apa nama keluarganya, melainkan berdasarkan faktor pencapaian pribadi, kecerdasan, dan koneksi yang ia bangun. Hal ini membuktikan bahwa mobilitas sosial di kota lebih tinggi, sehingga orang yang awalnya dianggap rendah dapat naik ke posisi yang tinggi jika ia berusaha keras.

k. Materialisme
Dalam komunitas perkotaan, eksistensi manusia umumnya berkorelasi kuat dengan kekayaan yang ia miliki. Status sosial dan pandangan masyarakat ditentukan bukan oleh siapa dia, melainkan dia punya apa, oleh karena itu kehidupan perkotaan kental dengan yang namanya simbol kekayaan (status symbols) seperti mobil mewah, jam mewah, tas branded, dan pakaian desainer.

l. Rasionalitas
Penduduk perkotaan umumnya lebih senang beradu argumen dan memikirkan sesuatu menggunakan pendekatan rasional, umumnya, hubungan mereka dengan orang lain dibangun dan diputuskan berdasarkan pertimbangan cost benefit, jika setelah ditimbang maka hubungan itu akan lebih merugikan dia, maka hubungan itu akan segera diputuskan. Hubungan yang terjadi juga umumnya bersifat kontraktual, ketika kontrak tersebut habis, umumnya hubungan juga ikut putus.

m. Anonimitas
Karena populasi penduduk yang besar dan heterogen, masing masing individu umumnya tidak mengenal individu lainnya yang tinggal berdekatan dengannya, mereka hanya sebatas tahu bahwa ada tetangga yang tinggal di dekatnya.

Dari segi pemerintahan, orang juga kerap berubah menjadi data statistik, hanya satu angka dalam lautan angka lainnya, berbeda dengan di desa, yang mana pemerintahan lokalnya (kepala desa, atau yang sejenis) mengenal dengan nama semua orang yang tinggal di desanya.

n. Perubahan drastis budaya
Masyarakat perkotaan umumnya sudah meninggalkan tradisi dan unsur-unsur sakral yang kental dari komunitas pedesaan. Semakin lama berada di kota mereka akan semakin terpengaruh oleh gaya hidup ultramodern yang rasional dan bersifat individual serta materialistis.

o. Klub dan asosiasi
Karena mayoritas interaksi masyarakat perkotaan adalah impersonal, dan bersifat formal, maka penduduk kota ingin merasakan dan membangun hubungan sosial yang murni karena saling ingin berhubungan. Oleh karena itu terdapat klub, asosiasi, dan grup-grup serta perkumpulan sekunder lainnya yang disatukan oleh tujuan yang sama atau kesukaan yang sama.

p. Kontrol sosial
Kontrol sosial dalam komunitas perkotaan umumnya bersifat formal. Perilaku individu diatur oleh polisi, hukum tertulis, pengadilan, dan ancaman penjara. Beda dengan di desa, kontrol sosial utamanya adalah cemoohan tetangga, dan petuah-petuah dari yang ketua adat dan sosok otoritas.
 
3. Aspek Ekonomi
Kota menurut aspek ekonomi adalah kota yang memiliki fungsi sebagai penghasil produksi barang dan jasa, untuk mendukung kehidupan penduduknya dan keberlangsungan kota itu sendiri. Ekonomi perkotaan dibagi menjadi tiga bagian di antaranya, ekonomi publik, ekonomi swasta (privat) dan ekonomi khusus.

Ekonomi publik meliputi pelaksanaan pemerintah kota seperti terlihat pada anggaran pendapatan dan belanja departemen-departemen yang melaksanakannya secara regular, distrik sekolah dan distrik khusus. Ekonomi swasta meliputi berbagai macam kegiatan yang diselenggarakan oleh perusahaan swasta, mulai dari perusahaan industri dan komersial yang besar hingga kegiatan usaha yang independen.

Sedangkan ekonomi khusus meliputi bermacam-macam organisasi nirlaba, sukarela, organisasi yang bebas pajak, yang semuanya tidak diselenggarakan oleh pemerintah ataupun perusahaan yang memiliki tujuan utama mencari keuntungan.

Ekonomi perkotaan yang sehat mampu menyediakan berbagai kebutuhan keperluan perkotaan, terutama untuk menerima perkembangan baru yang disebabkan oleh kemajuan di bidang teknologi dan perubahan keadaan.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Aspek Perkotaan: Fisik, Sosial, dan Ekonomi"