Asal-Usul Kehidupan di Bumi dan Teorinya
Asal-Usul Kehidupan di Bumi |
Asal-Usul Kehidupan di Bumi
Sejak dahulu para ilmuwan terus berusaha untuk mengetahui mengenai asal usul kehidupan di bumi. Mereka memperdebatkan apa yang membuat makhluk hidup pertama berhasil lahir dan berevolusi. Aristoteles, seorang filsuf asal Yunani Kuno mengajukan sebuah teori mengenai asal-usul kehidupan yang disebut abiogenesis.
Namun, tidak semua merasa puas dengan teori dari Aristoteles ini. Pada abad ke-17, tepatnya tahun 1668, teori ini coba dipatahkan oleh seorang ilmuwan asal Italia, Francesco Redi, namun kemudian menuai kritikan dari penganut ajaran abiogenesis. Pro kontra ini terus berlanjut hingga akhirnya ada seorang ilmuwan yang berhasil menumbangkan teori abiogenesis.
Selain kedua teori tersebut masih banyak teori mengenai asal usul kehidupan yang coba dikemukakan oleh para ilmuwan. Hal ini karena bagi para ilmuwan Barat, setiap teori memerlukan pembuktian. Lain halnya dengan pengetahuan tentang asal usul penciptaan yang dikemukakan oleh kitab suci yang tentunya memerlukan keyakinan.
Teori Asal-Usul Kehidupan di Bumi
1. Teori Abiogenesis (generatio spontanea)
Teori abiogenesis adalah teori yang menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari benda mati. Ini terjadi karena orang-orang pada zaman dulu mendapatkan fakta dari hal yang dia lihat saja. Bagaimana orang pada masa itu menganggap ikan dan katak berasal dari lumpur karena melihat makhluk itu “muncul dari lumpur”.
Seperti yang terlihat dari isi teorinya, penganut dari abiogenesis adalah ilmuwan-ilmuwan di masa lampau seperti Aristoteles (384-322 SM) yang kemudian, Antony an Leuwenhoek, seorang Belanda, pada tahun 1677 ikut mendukungnya. Antony memperlihatkan, melalui mikroskopnya, bahwa makhluk renik berasal dari jerami yang direndam. Pada abad ke-19, teori ini disanggah.
2. Teori Biogenesis
Teori biogenesis adalah teori asal usul kehidupan yang menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk hidup lain. Adapun para ilmuwan yang mengemukakan teori ini Francesco Redi, Lazzaro Spallanzani, dan Louis Pasteur. Mereka melakukan pengamatan tersendiri yang lebih terencana dan terstruktur.
a. Percobaan Francesco Redi
Francesco Redi adalah orang pertama yang melakukan percobaan untuk menyanggah teori abiogenesis. Redi membuat percobaan dengan memasukkan daging ke dalam dua buah toples; toples tanpa penutup (terbuka) dan toples dengan penutup.
Setelah beberapa hari diamati, muncul larva di daging dalam toples yang terbuka. Sementara daging di toples yang tertutup bersih. Redi pun berkesimpulan bahwa belatung tersebut berasal dari lalat-lalat yang masuk ke dalam toples dan bertelur di sana. Tidak berhenti sampai di situ, Redi kembali membuat percobaan untuk meyakinkan kesimpulannya.
Dia memodifikasi toples yang digunakan dengan membuat tutup yang terbuat dari kain kassa. Hal ini dia lakukan agar udara dari luar bisa masuk dan terjadi pembusukan daging, tetapi lalat tidak dapat masuk sehingga mencegah munculnya telur lalat. Hasilnya daging tersebut membusuk, dan tidak ada larva yang lahir.
b. Percobaan Lazzaro Spallanzani
Hampir mirip dengan percobaan yang dilakukan oleh Redi, Spallanzani berusaha membuktikan bahwa munculnya organisme berasal dari organisme lain yang hidup. Spallanzani melakukan pengujian dengan memanaskan air kaldu (rebusan daging) di dua tempat yang berbeda.
Setelah dipanaskan, masing-masing wadah diberikan kondisi yang berbeda: wadah yang pertama diberi penutup, sementara wadah satunya dibiarkan terbuka.
Setelah didiamkan beberapa hari, terlihat bahwa di wadah yang terbuka, kondisi air kaldu menjadi keruh dan aromanya busuk. Di sisi lain, kondisi air kaldu pada wadah yang tertutup tetap jernih. Ini terjadi karena adanya aktivitas mikroorganisme yang berasal dari udara bebas.
c. Percobaan Louis Pasteur
Meskipun sudah dilakukan penelitian oleh Redi dan Spallanzani, teori abiogenesis tetap berdiri. Para pendukungnya menyangkal kesimpulan yang dibuat oleh Spallanzani dan mengatakan bahwa mikroorganisme tidak tumbuh karena tidak ada udara. Menurut mereka, udara dibutuhkan untuk menyokong kehidupan.
Sampai akhirnya Louis Pasteur, ahli biokimia kebangsaan Perancis, berhasil menyempurnakan percobaan Spallanzani. Sekaligus mematahkan teori abiogenesis. Pasteur memodifikasi salah satu wadah yang digunakan Spallanzani dengan wadah labu berleher panjang. Leher panjang ini berguna sebagai indikator yang memberitahukan bahwa masih ada hubungan antara labu dan udara di luar (masih ada oksigen untuk mikroorganisme hidup).
Setelah dipanaskan dan didiamkan beberapa hari, ternyata air kaldu yang ditempatkan di labu berleher panjang tetap jernih. Tetapi, di bagian ujung lehernya muncul banyak debu dan kotoran. Sementara pada wadah yang terbuka, mengandung mikroorganisme.
Eksperimen ini pun mematahkan teori abiogenesis dan menghasilkan teori baru dengan 3 isi di antaranya,
a) Omne vivum ex ovo: Semua makhluk hidup berasal dari telur
b) Omne ovum ex vivo: Semua telur berasal dari makhluk hidup
c) Omne vivum ex vivo: Semua makhluk hidup berasal dari makhluk hidup.
3. Teori Evolusi Kimia
Walaupun teori abiogenesis telah gugur dan teori biogenesis muncul, tidak membuat para ilmuwan puas dan berdiam diri. Mereka lalu mulai memikirkan bagaimana asal mulanya kehidupan. Sebagian dan mereka mencoba menghubungkannya dengan proses pembentukan bumi dan kondisi kimiawi pada saat itu.
Pada saat bumi mulai terbentuk, suhu permukaannya diperkirakan bisa mencapai 8.000°C. Kemudian, suhu mulai mendingin, senyawa logam dan karbon mulai membentuk lapisan bumi bagian dalam. Diperkirakan pula gas-gas ringan seperti hidrogen, oksigen, helium, dan nitrogen terdapat di atmosfer.
Dengan kondisi ini kemungkinan unsur-unsur tersebut dapat bereaksi membentuk uap air, karbondioksida, metana, dan amonia. Ketika suhu terus menurun hingga 100°C, terjadi hujan air panas. Dengan kondisi ini, terjadinya reaksi kimia sangat besar, karena materi terdapat dalam keadaan berlimpah.
Namun, apakah reaksi kimia tersebut benar-benar dapat terjadi dan dapat membentuk kehidupan, masih merupakan pertanyaan besar. Hal ini menarik perhatian Harold Urey dan Stanley Miller untuk membuat eksperimen tentang reaksi kimia terhadap awal kehidupan.
Harold Urey mengatakan pada masa tertentu atmosfer bumi mengandung metana, amonia, air, dan karbondioksida. Akibat radiasi sinar kosmis dan halilintar, senyawa-senyawa tersebut saling bereaksi kemudian membentuk zat hidup seperti virus. Zat hidup ini kemudian berkembang selama jutaan tahun membentuk makhluk hidup yang lebih kompleks.
Murid dari Harold Urey yang bernarna Stanley Miller merancang suatu perangkat eksperimen untuk membuktikan teori dari gurunya. Alat tersebut berupa tabung kaca yang dilengkapi berbagai kran untuk memasukkan berbagai gas yang diduga terdapat pada awal mula kehidupan (CH4, H20, H2 dan NH3).
Dipasang pula di dalamnya dua elektroda bertegangan tinggi (75.000 volt) untuk membuat lontaran listrik seperti halilintar. Hasil reaksi kemudian ditampung dalam tabung pendingin. Hasil penelitiannya menunjukkan terbentuknya zat-zat organik seperti ribosa, asam amino, dan adenin. Jika ditambahkan fosfat dalam alat, terbentuk ATP.
4. Teori Evolusi Biologi
Alexander I. Oparin didukung oleh J.B.S. Haldane melakukan penelitian tentang pembentukan senyawa sederhana seperti CH4, H2O, H2, dan NH3 yang melimpah kemudian membentuk senyawa kompleks dalam waktu jutaan tahun kemudian memungkinkan lautan menjadi timbunan senyawa organik yang merupakan sup purba atau primordial Soup.
Setelah sup purba terbentuk, pembentukan materi genetik dan membran sel merupakan dua langkah penting sebelum adanya kehidupan. Materi genetik pertama kemungkinan berbentuk RNA rantai pendek yang dapat bereplikasi sendiri tanpa bantuan protein.
Replikasinya dibantu molekul RNA yang berfungsi sebagai katalis, contohnya ribozim. RNA mengadakan translasi menjadi polipeptida yang molekulnya kemudian terkumpul dalam bulatan membran fosfolipid. Kumpulan molekul dalam bulatan membran tersebut dinamakan protobion.
Protobion kemudian dapat melakukan metabolisme, bereplikasi dan berkembang menjadi bentuk kompleks yang mengandung DNA. Perkembangan terjadi terus membentuk organisme heterotrof dan autotrof. Kemudian, organisme prokariot pertama (kingdom Monera) muncul. Prokariot berfotosintesis dan menyebabkan oksigen muncul dan bertambah banyak.
5. Teori Kosmozoan
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Helmholtz, Richter, dan Arrhenius dan memercayai bahwa kehidupan sederhana berupa spora atau biji berpindah dari bagian alam semesta ke bumi yang tandus. Konsep ini juga dikenal sebagai teori Kosmozoan atau kosmos atau panspermia.
Dari berbagai sumber
Post a Comment