Angin Fohn: Pengertian, Mekanisme terjadinya, Penyebab, Dampak, dan Angin Fohn di Berbagai Belahan Dunia

Pengertian Angin Fohn atau angin lokal
Angin Fohn (Angin Lokal)

Pengertian Angin Fohn
Angin fohn (angin lokal) atau angin terjun adalah angin yang bertiup kencang, bersifat kering dan panas yang menuruni lereng yang muncul di sisi bawah angin pegunungan. Angin ini terjadi apabila ada gerakan massa udara yang menaiki suatu pegunungan dengan ketinggian lebih dari 200 meter. Massa udara yang mencapai puncak pegunungan akan mengalami kondensasi dan akhirnya timbul hujan pada satu sisi lereng.

Daerah yang tidak mengalami hujan disebut daerah bayangan hujan. Pada daerah bayangan hujan itu angin dari atas pegunungan akan bergerak menuruni lereng pegunungan dengan kecepatan tinggi. Hal itu menyebabkan naiknya suhu udara, karena setiap turun 100 meter udara naik 1 °C. Dengan demikian angin yang turun bersifat panas dan kering. Angin itulah yang disebut angin fohn.

Kata Fohn berasal dari bahasa latin ventus atau favionus, personifikasi salah satu dewa angin yunani. Kata ini kemudian berubah menjadi favuogn atau fougn dalam bahasa romanik. Bangsa Jerman kuno yang tinggal di wilayah pegunungan Alps menyerap kata ini menjadi Phonno dalam basa old high german.

Adapun angin fohn yang terjadi di Indonesia di antaranya,
1. Angin Bahorok (Deli, Sumatra Utara)
2. Angin Kumbang (Cirebon, Jawa Barat)
3. Angin Gending (Probolinggo, Jawa Timur)
4. Angin Brubu (Makassar, Sulawesi Selatan)
5. Angin Wambraw (Biak, Irian Jaya)

Mekanisme Terjadinya Angin Fohn
Secara umum, proses terbentuknya angin fohn diawali dengan udara dingin yang bergerak menaiki lereng gunung. Seiring dengan meningkatnya ketinggian, udara tersebut mengalami pendinginan adiabatik. Pada ketinggian tertentu, uap air yang berada dalam udara tersebut akan mengalami kondensasi sehingga menyebabkan timbulnya hujan orografis.

Setelah melewati puncak gunung/bukit, angin tersebut akan kembali bergerak menuruni lereng pada sisi leeward. Seiring dengan menurunnya ketinggian, udara akan mengalami pemanasan adiabatik. Namun, karena udara tersebut sudah kehilangan uap air, laju pemanasan yang terjadi lebih tinggi dibandingkan dengan laju pendinginan pada saat udara naik di sisi windward.

Selisih antara laju adiabatik basah (Saturated Adiabatic Lapse Rate) dan laju adiabatik kering (Dry Adiabatic Lapse Rate) inilah yang menyebabkan angin fohn menjadi lebih panas dibandingkan dengan udara sekitar. Namun, setelah diteliti lebih lanjut, terdapat lebih dari satu cara terjadinya angin fohn. Sudah terdapat 4 penyebab angin fohn yang sudah diteliti dan diverifikasi.
 
Penyebab Angin Fohn
Terdapat empat penyebab efek pemanasan dan pengeringan angin fohn yang diketahui.  Mekanisme ini sering bertindak bersama, dengan kontribusinya bervariasi tergantung pada ukuran dan bentuk penghalang gunung dan pada kondisi meteorologi, seperti kecepatan angin hulu, suhu dan kelembaban.
1. Kondensasi dan presipitasi
Ketika angin bertiup di atas dataran tinggi, udara yang dipaksa ke atas mengembang dan mendingin karena penurunan tekanan dengan ketinggian. Karena udara yang lebih dingin dapat menampung lebih sedikit uap air, uap air mengembun untuk membentuk awan dan mengendap saat hujan atau salju di lereng angin melawan gunung.

Perubahan keadaan dari uap menjadi air cair melepaskan energi panas laten yang memanaskan udara, sebagian melawan pendinginan yang terjadi saat udara naik. Penghapusan uap air berikutnya karena curah hujan menyebabkan panas ini tidak dapat dibalikkan, menyebabkan kondisi hangat, kering, dan dingin ketika udara turun di tanggul gunung.

2. Penarikan isentropik
Isentropic draw-down adalah penarikan udara yang lebih hangat dan kering dari atas. Ketika angin yang mendekat tidak cukup kuat untuk mendorong udara tingkat rendah ke atas dan melewati penghalang gunung, aliran udara dikatakan ‘terhalang’ oleh gunung dan hanya udara yang lebih tinggi di dekat tingkat puncak gunung yang dapat melewati dan turun tungkai miring seperti angin Fohn.

Daerah sumber yang lebih tinggi ini menyediakan udara bebas yang menjadi lebih hangat dan kering di tepi setelah dikompresi dengan penurunan karena peningkatan tekanan ke permukaan.

3. Pencampuran mekanik
Ketika air sungai melewati bebatuan, turbulensi dihasilkan dalam bentuk jeram, dan air putih mengungkapkan percampuran turbulen air dengan udara di atas. Demikian pula, ketika udara melewati pegunungan, turbulensi terjadi dan atmosfer bercampur secara vertikal.

Pencampuran ini umumnya mengarah ke pemanasan ke bawah dan melembapkannya aliran udara lintas-gunung ke atas, dan akibatnya ke angin fohn yang lebih hangat dan lebih kering di lembah-lembah di bawah angin.

4. Pemanasan radiasi
Kondisi angin fohn kering bertanggung jawab atas terjadinya bayangan hujan di  pegunungan, di mana kondisi cerah dan cerah berlaku. Hal ini sering menyebabkan pemanasan radiasi (matahari) siang hari yang lebih besar di bawah kondisi angin fohn. Jenis pemanasan ini sangat penting di daerah dingin di mana salju atau pencairan es menjadi perhatian atau longsoran adalah risiko.

Dampak Angin Fohn
1. Memberikan Cuaca yang Lebih Hangat
Jika pada daerah dataran tinggi, suhu rata-ratanya cenderung rendah sehingga membuat keadaan sekitar menjadi lebih dingin. Dengan adanya angin Fohn ini, keadaan di daerah pegunungan menjadi lebih hangat.

2. Menyebabkan Kekeringan
Sifatnya yang kering tentu memberikan dampak yang signifikan terutama bagi pertumbuhan tanaman pertanian karena akan membuat tanaman pertanian menjadi layu. Jika angin jatuh kering atau Fohn ini terus terjadi, bencana alam kekeringan pun tidak bisa dihindarkan.

Selain itu, terjadinya angin jatuh kering yang terus menerus juga bisa menyebabkan kebakaran hutan bahkan bisa mencapai tahap yang parah. Di beberapa tempat, angin jatuh kering ini bisa melelehkan salju sehingga juga bisa menyebabkan bencana yang lebih besar seperti banjir dan tanah longsor.

3. Menurunkan Sistem Kekebalan Tubuh Manusia
Dampak dari terjadinya angin Fohn juga bisa dirasakan secara langsung oleh manusia, yakni membuat sistem kekebalan dalam tubuh manusia semakin menurun. Hal ini sudah dibuktikan melalui penelitian oleh para ahli. Dampak dari angin ini pada manusia terkadang bisa meningkatkan terjadinya migrain bagi penduduk yang merasakannya.

Angin Fohn di Berbagai Belahan Dunia
1. Amerika
a. Brookings Effect/Chetco Effect, Oregon
b. Chinook, Pegunungan Rocky dan Cascadia
c. Foehn, Pegunungan Appalachian
d. Santa Anna, California
e. Puelche, Chile
f. Suetes, Kanada dan Nova Scotia
g. Zona, Argentina
 
2. Afrika
a. Bergwind, Afrika Selatan
b. Ghibli, Afrika Utara
 
3. Asia
a. Garmesh/Garmij/Garmbad, Iran
b. Kumagaya, Jepang
c. Loo, India
d. Sio-Hong, Taiwan
e. Wuhan, China
f. Wambraw, Papua
g. Gending, Jawa Timur
h. Bahorok, Sumatra Utara
i. Brubu, Sulawesi Selatan
j. Kumbang, Jawa Timur
 
4. Australia-Oceania
a. Fohn, Australia
b. Nor’Wester, New Zealand

5. Eropa
a. Favonio, Itali
b. Fen, Slovenia
c. Fogony, Pegunungan Pyrennes Catalan (Spanyol-Prancis)
d. Fohn/Foehn, Austria, Jerman, Swiss, Prancis
e. Fohn, Finlandia
f. Halny, Pegunungan Carpathia, Polandia
g. Helm, Inggris
h. Hnjukabeyr, Islandia
i. Livas, Yunani
j. Kosava, Serbia
k. Nortada, Portugal
l. Ponenta, Spanyol
m. Terral, Spanyol
n. Vantul Marre, Pegunungan Carpathia, Romania
o. Viento del Sur, Spanyol
 
6. Antarktika
Tembok Foehn, Kepulauan Orkney
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Angin Fohn: Pengertian, Mekanisme terjadinya, Penyebab, Dampak, dan Angin Fohn di Berbagai Belahan Dunia"