Teori Pembentukan Permukaan Bumi: Pengertian, Periode, dan Macamnya

Pengertian Teori Pembentukan Permukaan Bumi
Teori Pembentukan Permukaan Bumi

A. Pengertian Teori Pembentukan Permukaan Bumi
Teori pembentukan permukaan Bumi adalah berbagai teori yang diajukan sebagai penjelasan asal usul terbentuknya permukaan Bumi. Bumi yang kita tinggali ini memiliki proses perkembangan yang panjang hingga seperti keadaan yang kita lihat saat ini.

Berbagai teori konspirasi tentang bumi menyebutkan bahwa bumi memiliki beberapa bagian atau lapisan mulai dari inti bumi hingga kerak bumi yang merupakan lapisan terluarnya. Kerak bumi yang merupakan lapisan terluar yang membentuk permukaan bumi bentuknya berubah dari waktu ke waktu.

Namun, proses tersebut tidak bisa diamati atau diselidiki secara langsung, maka perlu suatu metode dan pendekatan yang dapat menghasilkan suatu teori. Maka dari itu, banyak ahli atau ilmuwan yang mengemukakan teori pembentukan permukaan bumi.

B. Periode Pembentukan Permukaan Bumi
Menurut kalender geologi, perkembangan bumi dapat dibagi menjadi empat zaman, yakni Arkeozoikum, Paleozoikum, Mesozoikum, dan Neozoikum (Kenozoikum). Pada Masa Arkaekum Berlangsung sekitar 2,5 miliar tahun lalu, bumi pada masa itu masih seperti bola panas sehingga belum ada kehidupan.

Masa selanjutnya adalah Masa Paleozoikum yang Berlangsung sekitar 500–245 juta tahun lalu. Suhu bumi masih belum stabil, namun curah hujan cukup tinggi dan terdapat makhluk bersel satu. Paleozoikum dibagi menjadi lima periode, yaitu Kambrium (hewan-hewannya yakni ubur-ubur dan ikan), Silur (makhluk hidupnya, yakni lumut, tanaman vaskular, dan jenis artropoda kecil di darat), Devon (hewan-hewannya, yakni beberapa jenis hiu dan amfibi), Karbon (mulai muncul hewan jenis reptilia), dan Permian (berkembangnya hewan jenis amfibi dan hewan-hewan lain di darat dan air).

Pada Masa Mesozoikum Berlangsung sekitar 245–65 juta tahun yang lalu. Suhu bumi sudah semakin stabil dan bermunculan hewan raksasa (dinosaurus). Periode ini dibagi tiga masa, yaitu Trias (didominasi oleh jenis reptilia), Jura (salah satu hewannya, yakni jenis reptilia), dan Kapur (muncul primata dan tumbuhan berbunga, periode terjadinya kepunahan massal dinosaurus). Masa ini berakhir ketika sebuah meteor menghantam bumi yang menyebabkan hampir 75% kehidupan di bumi mengalami kepunahan, sekaligus mengakhiri zaman dinosaurus.

Pada masa Neozoikum atau Kenozoikum Berlangsung sekitar 60 juta tahun lalu dan keadaan alam bumi semakin stabil. Masa Neozoikum terbagi menjadi dua, yakni Zaman Tersier dan Zaman Kuarter. Zaman Tersier, muncul berbagai jenis mamalia, yakni sejenis kera dan monyet. Zaman Kuarter, berlangsung 600.000 tahun lalu. Mulai muncul tanda-tanda kehidupan manusia purba. Zaman Kuarter dibagi menjadi dua masa, yakni Pleistosen (Diluvium) dan Holosen (Alluvium).

C. Macam Teori Pembentukan Permukaan Bumi
Terdapat beberapa teori pembentukan permukaan bumi yang dikemukakan para ahli di antaranya,
1. Teori Kontraksi dan Pemuaian (Contraction and Expasion Theory)
Teori ini pada awalnya dicetuskan oleh Descrates (1596-1650) dan kemudian di dukung oleh James Dana (1847) dan Elie de Baumant (1852). Descrates menyebutkan bahwa bumi terus mengalami penyusutan dari masa ke masa karena adanya proses pendinginan. Akibat dari proses penyusutan ini permukaan bumi mengkerut dan terbentuklah relief berupa gunung, lembah dan dataran.

Analogi teori ini di adopsi dari kulit buah apel yang mengering. Dari teori ini dapat dijelaskan mengenai proses terbentuknya lipatan pada permukaan bumi, namun teori belum dapat menjelaskan proses terbentuknya daerah-daerah tekanan.

2. Teori Dua Benua (Laurasia-Gondwana Theory)
Teori dua benua dikemukakan oleh Eduard Zuess dan Frank B Taylor. Mereka berpendapat bahwa pada mulanya terdapat dua benua besar yaitu Laurasia di belahan bumi bagian utara dan Gondwana di belahan bumi bagian selatan yang dipisahkan oleh Samudera Tethis.

Kedua benua ini perlahan-lahan bergerak kea rah equator hingga akhirnya terpecah menjadi benua kecil. Gondwana terpecah menjadi benua Afrika, Australia, Amerika Selatan, dan sub Benua India. Sementara itu, Laurasia terpecah menjadi Benua Asia, Eropa, dan Amerika Utara.

3. Teori Pengapungan Benua (Continental Drift Theory)
Teori Apungan Benua (Continental Drift Theory) Teori apungan benua dikemukakan oleh Alfred Lothar Wegener tahun 1912 dalam bukunya The Origin of the Continents and Oceans. Wegener mengemukakan teori tentang perkembangan bentuk permukaan bumi berhubungan dengan pergeseran benua. Menurut Wegener, di permukaan bumi pada awalnya hanya terdapat sebuah benua besar yang disebut Pangea (dalam bahasa Yunani berarti keseluruhan bumi), serta sebuah samudra bernama Panthalasa.

Benua tersebut kemudian bergeser secara perlahan ke arah ekuator dan barat mencapai posisi seperti sekarang. Teori apungan benua diperkuat dengan adanya kesamaan garis pantai antara Amerika Selatan dan Afrika, serta kesamaan lapisan batuan dan fosil-fosil pada lapisan di kedua daerah tersebut.
Gerakan tersebut menurut Wegener disebabkan oleh adanya rotasi bumi yang menghasilkan gaya sentrifugal sehingga gerakan cenderung ke arah ekuator, sedangkan adanya gaya tarik-menarik antara bumi dan bulan menghasilkan gerak ke arah barat. Gerakan ke arah barat tersebut terjadi seperti halnya pada saat terjadinya gelombang pasang, yaitu akibat revolusi bulan yang bergerak dari arah barat ke timur.

Akan tetapi, sekitar tahun 1960-an muncul kritik terhadap teori itu yang mempertanyakan kemungkinan massa benua yang sangat besar dan berat dapat bergeser di atas lautan yang keras.

4. Teori Konveksi (Convection Theory)
Teori konveksi ini pertama kali dicetuskan oleh Arthur Holmes sekitar tahun 1927 dan kemudian dikembangkan oleh Harry H. Hess dan Robert Diesz. Teori ini menyebutkan bahwa terdapat arus konveksi dari dalam mantel bumi yang terdiri dari massa berupa lava.

Ketika arus konveksi ini membawa lava sampai ke permukaan bumi di bagian punggung tengah samudra (mid oceanic ridge), akan menyebabkan lava tersebut membeku dan membentuk lapisan kulit bumi yang baru sehingga menggeser dan menggantikan kulit bumi yang lama.

Teori ini didukung dengan adanya bukti bahwa terdapatnya bagian mid oceanic ridge itu sendiri, seperti mid Atlantic Ridge dan Pasific Atlantic Ridge. Selain itu berdasarkan sebuah penelitian mengenai umur laut juga dibuktikan bahwa semakin jauh dari punggung tengah samudra, umur batuan-batuannya semakin tua.

5. Teori Lempeng Tektonik (Tectonic Plate Theory)
Oleh banyak ahli, teori ini diyakini sebagai teori yang dapat menerangkan proses dinamika bumi. Teori ini pertama kali dikemukakan oleh F. Vibe dan D. Matthews pada tahun 1963 yang menjelaskan bahwa bumi terdiri atas lempengan-lempengan yang bergerak dengan arah dan kecepatan masing-masing. Ada lempeng yang bergerak saling mendekat dan saling menjauh. Akibat pergerakan lempeng tektonik terbentuklah batasan-batasan sebagai berikut :
a. Batasan Konvergen (Convergent Boundaries), adalah perbatasan lempeng yang geraknya saling mendekat dari arah yang berlawanan. Pada perbatasan ini lempeng saling bertubrukan sehingga terjadi patahan yang mengakibatkan munculnya gunung apo dan palung laut. Contohnya, pertemuan lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia di Indonesia sehingga menghasilkan jalur gunung api di Sumatera, Jawa, dan Nusa Tenggara.
b. Batasan Divergen (Divergent Boundaries), adalah perbatasan lempeng yang bergerak dengan arah yang berlawanan atau saling menjauh. Dalam batasan ini kedua lempeng tidak terpisah meskipun bergerak saling menjauh karena di belakang setiap lempeng terbentuk kerak yang baru. Contohnya, terbentuknya gunung api di punggung tengah Samudra Pasifik dan Benua Afrika.
c. Batas Menggunting (Shear Boundaries), dalam batas menggunting kedua perbatasan lempeng hanya saling bergesekan sehingga tidak terjadi penambahan atau pengurangan luas permukaan. Contohnya, patahan San Andreas di California.

6. Teori Big Bang
Teori Big Bang merupakan teori yang paling populer dan ditemukan paling akhir oleh para ilmuwan. Dalam teori ini dikemukakan bahwa tata surya tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan melalui proses selama miliaran tahun lamanya. Teori ini sendiri menyebutkan bahwa di alam semesta ini terdapat gumpalan kabut raksasa yang berputar pada porosnya.

Putarannya ini sangat cepat sehingga menyebabkan beberapa terlepas dari pusatnya. Dalam teori ini disebutkan juga bahwa ada bagian besar yang membentuk cakram raksasa. Cakram raksasa ini meledak membentuk nebula.

Nebula (asap) ini mendingin selama 4.6 miliar tahun. Dari proses ini akhirnya terbentuklah Bima Sakti. Namun, bagian-bagian kecil dari kabut raksasa mendingin dan memadat hingga akhirnya menjadi planet-planet, salah satunya bumi yang kita tempati sekarang.

7. Teori Pasang Surut Gas (Tidal)
Teori yang dikemukakan James Jeans dan Harold Jeffrey tahun 1918, bintang besar yang mendekati matahari dengan jarak pendek, yang pada akhirnya membuat pasang surut pada badan matahari, pada saat matahari dalam keadaan gas. Penyebab terjadinya pasang surut air laut adalah massa bulan serta jauhnya jarak antara bulan ke bumi 60 kali radius orbit di bumi.

Namun jika bintang yang massanya mendekati masa besarnya dengan matahari mendekat, lalu akan membentuk semacam gunung gelombang pada badan matahari, yang terjadi karena gaya tarik bintang. Gunung-gunung tadi akan menjadi tinggi yang sangat luar biasa kemudian terbentuk semacam lidah pijar yang sangat besar, yang menjulur oleh massa matahari dan mengarah ke arah bintang besar. Lambat laun kolom-kolom ini akan pecah kemudian akan menjadi benda tersendiri.

Dalam lidah yang panas ini terjadi perapatan gas-gas dan akhirnya kolom-kolom ini akan pecah, lalu berpisah menjadi benda-benda tersendiri, yaitu planet-planet. Bintang besar yang menyebabkan penarikan pada bagian-bagian tubuh matahari tadi, melanjutkan perjalanan di jagat raya, sehingga lambat laun akan hilang pengaruhnya terhadap planet yang berbentuk tadi.

Planet-planet akan mengelilingi matahari namun tetapi ketika mengelilingi planet-planet yang besar proses pendinginannya akan lambat sedangkan pada planet-planet kecil akan berjalan lebih cepat.

8. Teori Planetsimal
Teori ini dikemukakan oleh Forest Ray Morton, seorang astronom Amerika dan Thomas C. Chamberlein, ahli geologi pada 1916. Dalam teorinya mereka mengemukakan bahwa matahari sudah ada sejak awal. Suatu ketika, ada bintang yang lebih besar dari ukuran matahari mendekati matahari.

Hal ini mengakibatkan terjadinya daya tarik pasang pada matahari sehingga ada sebagian materi matahari yang terlepas dan bertebaran pada orbitnya. Lama kelamaan, material tersebut menyerupai lidah api raksasa dan menjauh dari matahari. Namun, material-material yang kecil tersapu oleh material yang lebih besar kemudian bersatu dan berputar pada orbitnya. Pada akhirnya, terciptalah planet-planet dari material tersebut, salah satunya bumi yang kita tempati ini.

9. Teori Nebula
Teori kabut atau yang sering disebut (nebula) dari zaman sebelum Masehi, para ahli sudah memikirkan bagaimana proses terjadinya bumi. Dan salah satunya adalah teori kabut atau yang disebut nebula yang diperkenalkan oleh Immanuel Kant pada tahun 1755 serta Piere de Laplace pada tahun 1796.

Di mana mereka berdua terkenal dengan teori kabut Kant Laplace. Dalam teori tersebut mengatakan bahwa di dalam jagat raya terdapat gas yang berkumpul menjadi kabut atau nebula. Di mana gaya tarik menarik antara gas yang kemudian membentuk kumpulan kabut yang sangat besar serta berputar semakin cepat. Di mana proses perputaran yang sangat cepat ini, materi kabut di bagian khatulistiwa terlempar dan terpisah serta memadat yang disebabkan karena pendinginan.

Pada bagian yang terlempar ini menjadi planet – planet di dalam tata surya. Teori nebula terbagi menjadi beberapa tahap .Matahari beserta planet-planet yang masih berbentuk gas, di mana kabut yang masih sangat pekat dan besar. Kabut yang masih berputar serta berpilin dengan kuat dan pemadatan terjadi pada pusat lingkaran dan kemudian membentuk matahari.

Lalu pada saat bersamaan materi lainnya membentuk menjadi massa yang lebih kecil dai pada matahari dan kemudian menjadi planet, serta bergerak memutari matahari. Kemudian materi tersebut semakin besar dan selalu melakukan gerakan yang teratur mengitari matahari dalam satu orbit yang tetap kemudian membentuk tingkatan keluarga matahari.

Pada saat ini di permukaan bumi terdapat enam lempeng utama.
a. Lempeng Eurasia, wilayahnya meliputi Eropa, Asia, dan daerah pinggirannya termasuk Indonesia.
b. Lempeng Amerika, wilayahnya meliputi Amerika Utara, Amerika Selatan, dan setengah bagian barat Lautan Atlantik.
c. Lempeng Afrika, wilayahnya meliputi Afrika, setengah bagian timur Lautan Atlantik, dan bagian barat Lautan Hindia.
d. Lempeng Pasifik, wilayahnya meliputi seluruh lempeng di Lautan Pasifik.
e. Lempeng India-Australia, wilayahnya meliputi lempeng Lautan Hindia serta subkontinen India di- Australia bagian barat.
f. Lempeng Antartika, wilayahnya meliputi kontinen Antartika dan lempeng Lautan Antartika. Pergerakan lempeng tektonik dapat menimbulkan bentukan-bentukan di permukaan bumi yang berbeda-beda.

Keragaman bentuk tersebut dipengaruhi oleh arah dan kekuatan gerak lempeng. Ada 3 kemungkinan kekuatan pergerakan 2 lempeng, yaitu sama-sama kuat, sama-sama lemah, dan yang satu kuat, sedangkan yang lain lemah. Batas lempeng-lempeng tektonik ditandai oleh adanya bentukan-bentukan alam akibat aktivitas lempeng itu sendiri. Batas lempeng tektonik dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu batas konvergen, batas divergen, dan batas sesar mendatar.
 

Dari berbagai sumber

Download

Ket. klik warna biru untuk link

Lihat Juga  

Materi Sosiologi SMA
1. Materi Sosiologi Kelas XI Bab 3.1 Perbedaan, Kesetaraan, dan Harmoni Sosial (Kurikulum Revisi 2016)
2. Materi Sosiologi Kelas XI Bab 3.2 Perbedaan, Kesetaraan, dan Harmoni Sosial (Kurikulum Revisi 2016)
3. Materi Sosiologi Kelas XI Bab 3.3 Perbedaan, Kesetaraan, dan Harmoni Sosial (Kurikulum Revisi 2016)
4. Materi Sosiologi Kelas XI Bab 3.4 Perbedaan, Kesetaraan, dan Harmoni Sosial (Kurikulum Revisi 2016)   
5. Materi Sosiologi Kelas XI. Bab 3. Perbedaan, Kesetaraan, dan Harmoni Sosial (Kurikulum 2013)
6. Materi Sosiologi Kelas XI. Bab 1. Bentuk-bentuk Struktur Sosial (KTSP)
7. Materi Ujian Nasional Kompetensi Dinamika Struktur Sosial 
8. Materi Sosiologi Kelas XI. Bab 6. Masyarakat Multikultural (KTSP)
9. Materi Ujian Nasional Kompetensi Masyarakat Multikultural
10. Materi Ringkas Struktur Sosial dan Diferensiasi Sosial

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Teori Pembentukan Permukaan Bumi: Pengertian, Periode, dan Macamnya"