Pengertian Nilai Ekstrinsik Uang, Teori, dan Manfaatnya

Pengertian Nilai Ekstrinsik Uang
Nilai Ekstrinsik Uang

A. Pengertian Nilai Ekstrinsik Uang
Nilai ekstrinsik uang adalah nilai uang yang bergantung terhadap hubungannya dengan hal atau benda lain. Nilai ekstrinsik uang terdiri dari nilai ekstrinsik internal dan nilai ekstrinsik eksternal. Jadi pada nilai ekstrinsik uang dapat dilihat dari hubungannya dengan hal-hal lain, baik internal maupun eksternal. Cakupan internal dan eksternal ini terdapat pada penerapan uang dalam negara yang menerapkan mata uang tersebut.

Nilai ekstrinsik internal uang merupakan kemampuan uang untuk ditukarkan dengan barang dan/atau jasa di dalam negara tersebut. Nilai ekstrinsik internal menunjukkan daya beli uang tersebut di dalam suatu negara. Sebagai contoh, uang senilai Rp10.000 dapat digunakan untuk membeli 1 liter bensin. Inilah yang dimaksud sebagai nilai ekstrinsik internal dari sebuah uang.

Nilai ekstrinsik eksternal uang merupakan kemampuan uang untuk ditukarkan dengan mata uang negara lain (valuta asing) ataupun kemampuannya untuk membeli barang dari negara lain. Dengan kata lain, nilai ekstrinsik eksternal uang merupakan nilai tukar mata uang lokal dengan mata uang asing.

Misalnya nilai tukar mata uang rupiah terhadap dollar Amerika adalah Rp15.000/USD. Hal ini berarti nilai ekstrinsik eksternal mata uang rupiah Indonesia adalah sebesar lima belas ribu rupiah untuk setiap satu dollar Amerika. Bisa dikatakan juga daya beli rupiah terhadap dollar Amerika adalah sebesar Rp 15.000 untuk setiap satu dollar Amerika.

B. Teori Nilai Uang
Secara garis besar teori nilai uang dapat kita bagi menjadi 2 Kelompok di antaranya,
1. Teori Uang Statis
Teori Uang Statis yaitu ialah teori-teori yang membahas tentang nilai uang, tetapi mengabaikan perubahan-perubahan yang akan  terjadi dan juga dapat terjadi pada sebuah nilai uang tersebut. Teori ini lebih fokus guna membahas tentang “Apa itu nilai Uang?”, “Mengapa Uang dapat diterima dalam masyarakat?”, “Bagaimana Uang dapat  Beredar?”.  Beberapa Teori Uang Statis di antaranya,
a. Teori Logam, adalah sebuah teori yang menyatakan bahwa uang diterima pada masyarakat karena bahan dasarnya yaitu (logam) bernilai tinggi. Teori ini di dapat dari oleh Adam Smith.
b. Teori Nilai Batas, ialah teori yang menyatakan bahwa sebuah  uang  dapat diterima dalam masyarakat karena adanya keperluan bagi  barang sehingga membutuhkan uang sebagai sebuah alat transaksi untuk mendapatkan barang yang diinginkan masyarakat.
c. Teori Nominalisme, adalah teori yang menyatakan tentang suatu benda dapat kita diterima sebagai uang karena besar jumlah  nominal yang tertera pada sebuah benda tersebut. Nilai bahan yang digunakan guna membuat uang tersebut diabaikan saja. Beberapa teori lain yang mendukung dan juga melengkapi tentang teori nominalisme di antaranya,
a) Teori pada Perjanjian (Konversi), menyatakan bahwa nilai uang dapat  diterima dalam masyarakat karena adanya sebuah perjanjian terhadap nilai uang dalam hal proses pertukaran. Teori ini dikenalkan dari Thomas Aquinas.
b) Teori Kebiasaan, menyatakan bahwa sebuah nilai uang diterima pada masyarakat karena kebiasaan masyarakat dalam menggunakan atau memakai benda tertentu sebagai acuan dalam sebuah transaksi.
c) Teori Kenegaraan, menyatakan bahwa uang dapat diterima dalam masyarakat di karena adanya ketentuan oleh  pemerintah akan kedudukan atau penggunaan uang.
d) Teori Tuntutan, menyatakan bahwa nilai uang dapat diterima dalam masyarakat karena tuntutan  terhadap hal barang yang dihasilkan oleh masyarakat.
e) Teori Realisme, menyatakan bahwa uang dapat  diterima oleh masyarakat di karena adanya kesadaran dari masyarakat akan pentingnya manfaat uang dalam pertukaran.

2. Teori Uang Dinamis
Teori uang dinamis ialah teori yang membahas tentang sebuah perubahan-perubahan dari nilai uang.
a. Teori Kuantitas (Quantity Teori)
Teori kuantitas yaitu merupakan sebuah  teori yang membahas bahwa tinggi rendahnya nilai uang dapat dipengaruhi oleh jumlah uang yang beredar pada masyarakat. Semakin banyak uang yang beredar pada masyarakat maka harga barang akan semakin tinggi dan sehingga nilai uang menjadi rendah, demikian juga sebaliknya. Teori ini dikenalkan dari David Ricardo, dapat dirumuskan sebagai berikut :
M = k . P
Ket:
M = Jumlah Uang yang Beredar
K = Konstanta (Pembanding Tetap)
P = Harga Barang

b. Teori Transaksi (E Change Equation)
Teori ini merupakan sebuah  pengembangan dari teori kuantitas oleh David Ricardo. Teori Transaksi diperkenalkan oleh Irving Fisher yang mengamati tentang perubahan jumlah  nilai uang berdasarkan jumlah uang yang beredar di masyarakat, kecepatan peredaran uang, jumlah barang yang dapat  diperdagangkan ataupun juga harga barang. Teori transaksi dapat dinyatakan dalam hal rumus yaitu :
M . V = P . T
Ket:
M = Jumlah Uang yang Beredar
V = Kecepatan Peredaran Uang
P = Harga Barang
T = Jumlah Barang yang Diperdagangkan

c. Teori Persediaan Kas (Cash Balance Theory)
Teori yang diperkenalkan oleh Alfred Marshall ini menyatakan tentang  bahwa sebuah nilai uang tergantung kepada jumlah nilai  uang yang disimpan guna persediaan dari sebagian pendapatan pada masyarakat. Persediaan kas tergantung kepada jumlah nilai pendapatan ataupun juga harga barang di pasaran. Secara matematis dapat dirumuskan pula yaitu :
M = k . P . Y
Ket:
M = Jumlah Uang yang Beredar
k = Konstanta (Pembanding Tetap)
P = Harga Barang
Y = Pendapatan

C. Manfaat Nilai Uang
Uang yang memiliki berbagai nilai di dalamnya itu tentu memberikan manfaat bagi kita, terutama dalam penerapannya pada kehidupan sehari-hari di antaranya,
1. Menunjukkan Harga
Nilai yang ada pada uang, terutama nilai nominal, sangat membantu dalam menunjukkan harga dari suatu barang atau jasa. Hal ini menjadi salah satu faktor yang membentuk nilai dari barang atau jasa itu sendiri, di mana harga biasanya sejalan lurus dengan kualitas yang ada. Produk yang bagus akan memiliki nilai uang yang tinggi juga, sehingga kita mengetahui berapa harga yang harus dibayarkan.

2. Sebagai Alat Tukar dan Pembayaran
Tanpa adanya nilai dalam uang akan sulit untuk menjadikannya sebagai alat tukar dan pembayaran dalam membeli suatu produk. Dengan nilai yang ada pada uang, masyarakat jadi mengetahui dengan jelas berapa nilai barang dan harga yang harus dikeluarkan. Hal tersebut yang kemudian menjadikan uang dapat digunakan untuk menjadi alat pembayaran yang sah dan diterima dalam suatu negara.

3. Memfasilitasi Transaksi Jual Beli
Nilai uang membuat masyarakat bisa melakukan transaksi jual beli, mulai dari transaksi dalam negeri hingga internasional. Bayangkan saja jika uang tidak memiliki nilai ekstrinsik yang menunjukkan kemampuannya untuk ditukarkan dengan hal lain, maka transaksi akan sulit dilakukan. Terlebih lagi pada transaksi luar negeri yang memiliki mata uang yang berbeda dengan yang kita miliki, akan sulit jika tidak terdapat nilai yang bisa menjadi standar pertukaran.

4. Sebagai Bentuk Kekayaan
Selama ini uang menjadi salah satu bentuk kekayaan yang paling banyak dimiliki dan disukai manusia, karena sifatnya yang mudah digunakan dan dipindahkan. Uang dapat dikategorikan sebagai kekayaan karena nilai yang terdapat di dalamnya, yang kemudian menjadikannya menjadi sesuatu yang berharga. Uang tentu akan menjadi sia-sia saja bahkan tak berbeda dengan kertas biasa jika tidak ada nilai-nilai yang ada di dalamnya.

5. Mendukung Aktivitas Ekonomi
Dengan keempat manfaat yang didapat dari adanya nilai uang di atas menjadikan uang dapat mendukung aktivitas perekonomian negara, bahkan dunia. Terutama dalam manfaatnya untuk melakukan transaksi dan menjadi alat pembayaran, yang mana kedua hal ini merupakan unsur penting dalam perekonomian. Dengan adanya transaksi yang berjalan dengan lancar, maka perekonomian pun dapat terus bergerak dan tumbuh dengan baik.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Pengertian Nilai Ekstrinsik Uang, Teori, dan Manfaatnya"