Pengertian Gold Standard, Sejarah, Jenis, Kelebihan, dan Kekurangannya
Gold Standard |
A. Pengertian Gold Standard
Gold standard (standar emas) adalah suatu sistem moneter yang mana unit kegiatan ekonomi menggunakan standar jumlah emas. Dalam standar emas, satuan dasar nilai mata uang ditetapkan berdasarkan jumlah dan berat emas.
Standar emas dijadikan sebagai dasar perbandingan nilai tukar berbagai mata uang. Standar emas pernah diberlakukan di negara Inggris pada tahun 1821. Selain itu, standar emas pernah pula dipakai oleh Amerika Serikat pada tahun 1870-an hingga tahun 1971.
B. Sejarah Gold Standard
Sejarah berhasil mencatat bahwasanya penggunaan emas sebagai uang yang sah sudah dimulai ribuan tahun yang lalu di kawasan Asia Kecil. Selama Abad Pertengahan berlangsung, solidus emas Bizantium yang umumnya dikenal sebagai uang Bezant sudah digunakan secara luas di seluruh daratan Eropa dan Mediterania.
Tapi, saat pengaruh ekonomi kekaisaran Bizantium mengalami penurunan penggunaan, maka uang bezant pun ikut menurun. Sehingga, di daratan Eropa lebih banyak yang memilih perak sebagai uang keduanya, dengan nilai yang lebih kecil daripada emas.
Di era modern, Hindia Barat Inggris menjadi salah satu daratan pertama yang menerapkan standar specie emas ini. Pasca proklamasi dari Ratu Anne di tahun 1704, standar emas di Hindia Barat Inggris kala itu adalah standar emas de facto.
Lalu di tahun 1717, Isaac Newton berhasil menetapkan rasio mint terbaru antara emas dan perak. Hal tersebut lantas mulai mengikis keberadaan perak dari peredaran, sehingga membuat kerajaan Inggris menggunakan standar emas.
Ketika menerapkan standar emas, lantas banyak negara Eropa yang mengubah nama mata uangnya, seperti Daler atau Gulden menjadi Crown. Hal ini dikarenakan secara tradisional nama uang sebelumnya adalah koin perak dan yang terakhir adalah koin emas.
Ketika Perang Dunia I terjadi, standar specie emas di seluruh Kerajaan Inggris pun berakhir. Meskipun begitu, hal tersebut lantas tidak menandakan bahwa standar emas pun ikut berakhir. Tepat di tahun 1925, British Gold standard lantas mengumumkan standar emas batangan. Hal tersebut sekaligus mengakhiri periode standar specie emas, itu artinya peredaran koin emas pun ikut berakhir.
John Maynard Keynes, seorang spekulan ekonomi, lantas menentang diberlakukannya kembali standar emas. Dirinya berpendapat bahwa standar emas yang kembali diterapkan akan rawan deflasi. Hal itu dibuktikan dengan adanya banyak negara lain yang mengikuti Kerajaan Inggris dalam memberlakukan kembali standar emas.
Mereka mengalami periode stabilitas relatif dan juga mengalami deflasi. Keadaan ini berlangsung hingga pada periode Great Depression atau depresi hebat yang berlangsung dari tahun 1929 sampai tahun 1939, yang pada akhirnya memaksa banyak negara keluar dari standar emas.
C. Jenis Gold Standard
Setidaknya ada tiga jenis gold standard yang biasa digunakan di antaranya,
1. Standar exchange atau pertukaran emas, adalah standar yang umumnya tidak melibatkan sirkulasi dari koin emas. Fitur utama dari standar pertukaran emas ini adalah pihak pemerintah memberikan jaminan nilai tukar emas pada mata uang negara lain yang menggunakan standar emas, terlepas dari jenis mata uang yang digunakan sebagai alat pertukaran, uang kertas atau koin.
2. Standar bullion atau emas batangan, adalah sistem dimana koin emas yang tidak beredar. Pihak berwenang sudah sepakat untuk menjual batangan emas tersebut berdasarkan permintaan dengan harga yang tetap sebagai suatu imbalan dari mata uang yang beredar.
3. Standar specie, unit moneter yang bersangkutan akan dikaitkan dengan nilai koin emas yang beredar. Standar specie hadir dari adanya penerimaan emas secara luas sebagai uang yang sah.
D. Kelebihan Gold Standard
Meskipun telah berakhir, penerapan standar emas memiliki beberapa keuntungan di antarany,
1. Stabilitas Ekonomi Jangka Panjang
Hal ini terjadi karena standar emas mempersulit pemerintah untuk menaikkan harga melalui perluasan pasokan uang. Standar emas juga menyebabkan inflasi jarang terjadi. Di samping itu, hiperinflasi pada dasarnya tidak mungkin terjadi karena jumlah uang beredar hanya akan bertambah saat pasokan emas juga meningkat.
Namun, hiperinflasi bisa saja terjadi dikarenakan peperangan yang menghancurkan sebagian besar perekonomian, mengurangi produksi barang, atau ketika sumber emas utama baru tersedia.
2. Nilai Tukar Internasional Tetap
Implikasi dari nilai tukar internasional yang tetap adalah berkurangnya ketidakpastian dalam perdagangan internasional. Emas yang digunakan untuk membayar impor menyebabkan pasokan uang negara-negara pengimpor berkurang. Keadaan tersebut menyebabkan terjadinya deflasi. Saat terjadi deflasi, negara tersebut akan lebih kompetitif.
Di sisi lain, jika keadaan impor emas oleh eksportir digunakan untuk meningkatkan pasokan uang di negara tersebut, maka inflasi akan terjadi. Akibatnya, negara tersebut menjadi kurang kompetitif dalam segi perdagangan internasional.
3. Mencegah Beberapa Jenis Represi Finansial
Represi finansial dianggap berhasil dalam mengurangi utang jika disertai dengan inflasi. Represi finansial juga dapat dianggap sebagai bentuk perpajakan. Pada tahun 1966, Alan Greenspan menyatakan bahwa pengeluaran defisit hanyalah sebuah skema untuk penyitaan kekayaan. Emas berperan untuk menghalangi proses yang berbahaya tersebut, sehingga emas dapat dikatakan sebagai pelindung hak-hak properti.
E. Kekurangan Gold Standard
Walaupun memiliki keuntungan yang besar, pemberlakuan standar emas juga menyebabkan banyak kerugian di antaranya,
1. Distribusi Emas Tidak Merata
Memang, tidak dipungkiri bahwa tiap negara memiliki sumber daya alam yang berbeda. Ada negara yang memiliki emas berlimpah, ada pula yang tidak. Keadaan ini membuat standar emas menjadi lebih menguntungkan bagi negara-negara yang menghasilkan banyak emas.
2. Standar Emas Menjadi Pembatas Pertumbuhan Ekonomi
Pendapat tersebut dipercayai oleh beberapa ekonom. Mereka berpendapat bahwa saat kapasitas produksi suatu ekonomi tumbuh, maka persediaan uang juga harus tumbuh. Standar emas memungkinkan keadaan di mana kelangkaan logam akan membatasi kemampuan negara untuk menghasilkan lebih banyak modal serta pertumbuhan ekonomi suatu negara.
3. Kebijakan Moneter Tidak bisa Digunakan untuk Menstabilkan Perekonomian
Para ekonom percaya bahwa resesi ekonomi dapat dikurangi dengan cara meningkatkan pasokan uang selama krisis ekonomi. Namun, pemberlakuan standar emas menyebabkan uang beredar akan ditentukan oleh pasokan emas. Oleh sebab itu, kebijakan moneter tidak lagi dapat digunakan untuk menstabilkan perekonomian.
4. Volatilitas Harga Jangka Pendek yang Tinggi
Meskipun standar emas membawa stabilitas harga jangka panjang, namun standar emas menyebabkan volatilitas harga jangka pendek yang tinggi. Ketidakstabilan dalam tingkat harga jangka pendek dapat menyebabkan ketidakstabilan keuangan karena pemberi pinjaman dan peminjam menjadi tidak pasti mengenai nilai utang.
5. Deflasi Merugikan Peminjam Utang
Saat terjadi deflasi, beban utang riil akan naik. Hal ini menyebabkan peminjam utang akan memotong pengeluaran untuk membayar utangnya. Di sisi lain, pemberi pinjaman akan menjadi lebih kaya.
Dari berbagai sumber
Post a Comment