Pengertian Deadweight Loss, Penyebab, Cara Menghitung, dan Dampaknya

Pengertian Deadweight Loss
Deadweight Loss

A. Pengertian Deadweight Loss
Deadweight loss (kerugian bobot mati) adalah hilangnya surplus produsen atau konsumen karena pasar berada pada disequilibrium. Kerugian tersebut mengurangi surplus ekonomi karena tidak ditangkap oleh salah satu pihak yang bertransaksi di pasar (produsen dan konsumen) atau pemerintah. Dalam hal ini pasar beroperasi secara inefisiensi sehingga menyebabkan hilangnya kesejahteraan ekonomi.
 
Kerugian bobot mati terjadi ketika pasar berada pada titik disequilibrium. Sebagai hasilnya, harga dan kuantitas tidak mencerminkan kepentingan terbaik permintaan dan penawaran. Hal ini pada akhirnya mengarah pada inefisiensi alokasi sumber daya ekonomi. Surplus yang hilang oleh satu pihak tidak ditransfer ke pihak lain.

B. Penyebab Deadweight Loss
Faktor penyebab deadweight loss (kerugian bobot mati) di antaranya,
1. Kontrol harga
Kontrol harga dapat mengambil dua bentuk di antaranya price floor dan price ceilings. Dengan price floor, pemerintah menetapkan harga minimum untuk barang dan jasa. Tujuannya adalah untuk membantu produsen atau pemasok dengan menjaga harga agar tidak jatuh terlalu rendah. Misalnya upah minimum.
 
Karena upah lebih tinggi, lebih banyak individu yang bersedia pemasok jasa tenaga kerja. Di sisi lain, lebih sedikit pemberi kerja yang bersedia membayar upah tinggi, mengurangi permintaan pasar. Sebagai hasilnya, kuantitas yang ditawarkan melebihi kuantitas yang diminta sehingga terjadi surplus.

Kesejahteraan hilang karena pasar menghadapi lebih banyak pengangguran sebagai akibat permintaan yang lebih rendah. Lapangan kerja menyusut daripada yang seharusnya ketika upah minimum tidak ada. Namun demikian, mereka yang bekerja menerima upah yang lebih tinggi. Perusahaan sekarang harus membayar upah yang lebih tinggi dan menghadapi lebih banyak pasokan tenaga kerja yang kurang berkualitas.

Sementara itu, di bawah price ceiling, pemerintah menetapkan harga maksimum untuk barang dan jasa. Pemerintah melarang produsen untuk menjual pada harga yang lebih tinggi. Tujuan price ceiling adalah untuk melindungi konsumen dari kondisi yang dapat membuat barang sangat mahal.
 
Price ceiling juga dapat menciptakan kerugian bobot mati. Pasar mengalami kelangkaan (shortage). Produsen hanya bersedia memasok lebih sedikit barang dari yang seharusnya karena harus menanggung harga yang lebih rendah. Akibatnya, pasar mengalami kekurangan dan beberapa konsumen tidak mendapatkan barang (surplus konsumen hilang).

2. Pajak
Pajak adalah salah satu sumber inefisiensi pasar dan mendistorsi pasar bebas. Pajak menghasilkan biaya produksi dan harga yang lebih tinggi. Pengenaan pajak pada harga jual akhirnya (pajak pada pembeli) mencegah orang untuk melakukan pembelian yang seharusnya mereka lakukan.

Sebagai hasilnya permintaan terhadap barang berkurang, sehingga surplus konsumen dan produsen berkurang. Surplus konsumen berkurang karena harus membayar lebih mahal. Demikian juga, surplus produsen berkurang. Meski harga lebih tinggi, namun produsen hanya dapat memproduksi dan menjual lebih sedikit barang.

Beberapa dari kedua surplus menjadi pendapatan pajak pemerintah, sisanya hilang menjadi kerugian bobot mati akibat kekurangan produksi.

3. Eksternalitas
Kerugian bobot mati juga muncul akibat eksternalitas. Polusi adalah contoh dari eksternalitas. Biaya akibat polusi bagi pihak ketiga (tidak terlibat dalam produksi atau konsumsi barang) tidak tercermin dari harga pasar. Oleh karena itu, jika harga pasar memperhitungkan biaya polusi, tingkat pasokan optimal akan lebih rendah daripada kuantitas ekuilibrium.

C. Cara Menghitung Deadweight Loss
Langkah-langkah menghitung deadweight loss di antaranya,
1. Tentukan harga asli produk atau layanan
Langkah pertama dalam menghitung kerugian bobot mati adalah menentukan harga asli produk atau jasa yang bersangkutan. Misalnya, jika Anda ingin membeli tiket konser, harga aslinya bisa menjadi 50.000.

2. Tentukan harga baru produk atau layanan
Selanjutnya, tentukan harga baru produk atau layanan setelah pajak, plafon harga, dan/atau harga dasar telah disertakan. Dengan menggunakan contoh di atas, jika pemerintah mengenakan pajak 100% untuk tiket konser, ini akan membuat tiket konser yang akan Anda beli 100.000 dibandingkan dengan 50.000 yang asli.

3. Cari tahu kuantitas produk yang awalnya diminta dan kuantitas baru
Tentukan berapa banyak produk yang awalnya ingin Anda beli. Pada contoh di atas, Anda menginginkan satu tiket konser. Katakanlah Anda menganggarkan 60.000  untuk tiket konser. Alih-alih dapat membeli satu tiket konser, Anda tidak dapat lagi membelinya karena harganya sekarang 100.000 karena pajak pemerintah dibandingkan dengan harga asli 50.000. Oleh karena itu, kuantitas asli adalah satu dan kuantitas baru adalah nol.

4. Hitung deadweight loss
Sekarang setelah Anda menentukan nilai di atas, gunakan rumus untuk menghitung deadweight loss. Untuk menghitung deadweight loss, harus diketahui perubahan harga dan perubahan jumlah produk atau layanan.
Deadweight loss = ((Pn – Po) × (Qo – Qn)) / 2
di mana:
Po = harga asli produk
Pn = harga baru produk setelah pajak, plafon harga dan/atau harga dasar diperhitungkan
Qo = jumlah produk yang awalnya diminta
Qn = kuantitas produk yang diminta setelah pajak, batas harga dan/atau harga dasar diperkenalkan

Contoh Menghitung Deadweight Loss
Katakanlah Anda sedang merencanakan liburan ke Bali. Tiket pesawat akan dikenakan biaya 300.000 dan Anda menghargai perjalanan dengan 500.000. Dalam hal ini, nilai perjalanan (500.000) melebihi biaya tiket pesawat (300.000).

Dengan informasi ini, Anda memutuskan untuk melakukan perjalanan. Nilai bersih yang Anda dapatkan dari perjalanan ke Bali ini adalah 200.000, karena 500.000 dikurangi 300.000 adalah 200.000. Namun, sebelum Anda melakukan perjalanan, pemerintah mengenakan pajak 100% untuk tiket pesawat. Ini akan meningkatkan harga tiket pesawat Anda dari 300.000 menjadi 600.000.

Ini berarti biaya sekarang melebihi manfaat atau nilai yang Anda tetapkan untuk perjalanan Anda. Ini karena Anda sekarang akan membayar 600.000 untuk tiket pesawat ke Bali di mana Anda hanya mendapatkan nilai 500.000.

Jika ini masalahnya, Anda tidak akan melakukan perjalanan. Juga, karena Anda tidak melakukan perjalanan, pemerintah tidak akan mendapatkan pajak dari Anda. Deadweight loss dalam skenario ini adalah nilai tiket pesawat yang tidak dibeli karena pajak baru.

D. Dampak Deadweight Loss
Inefisiensi pasar muncul karena disequilibrium. Akibatnya, ada kesejahteraan ekonomi yang hilang. Idealnya, manfaat yang hilang tersebut ditransfer kepada pihak salah satu pihak yang bertransaksi. Namun, dalam kasus kerugian bobot mati, manfaat yang hilang oleh satu pihak tidak ditangkap sepenuhnya oleh pihak lainnya (baik konsumen maupun produsen), atau pemerintah (melalui pendapatan pajak).

Dalam kasus price floor di atas, harga lebih tinggi daripada harga ekuilibrium. Itu menguntungkan produsen karena menikmati harga yang lebih tinggi. Di sisi lain, itu merugikan pembeli karena harus membayar harga yang lebih tinggi daripada yang seharusnya. Tapi, tidak semua kerugian konsumen (surplus konsumen) ditransfer menjadi keuntungan produsen.

Begitu juga, seperti kasus price ceiling, harga lebih murah bagi konsumen karena di bawah ekuilibrium. Di sisi lain, itu kurang menguntungkan bagi produsen dan mereka kehilangan beberapa manfaat dari pertukaran di pasar. Dan, tidak semua manfaat yang hilang oleh produsen (surplus produsen berkurang) tersebut dikonversi menjadi surplus konsumen.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Pengertian Deadweight Loss, Penyebab, Cara Menghitung, dan Dampaknya"