Pengertian EBITDA, Komponen, Fungsi, Cara Menghitung, Contoh, dan Kelemahannya

Table of Contents
Pengertian EBITDA
EBITDA

A. Pengertian EBITDA (Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization)

EBITDA (Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization) adalah pendapatan perusahaan yang belum dikurangi bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi. Catatan pendapatan ini dapat digunakan untuk melihat profitabilitas perusahaan, hanya saja belum benar-benar tuntas. Karena masih banyak hal yang belum dikeluarkan oleh perusahaan.

EBITDA bukanlah laporan keuangan yang memperlihatkan arus kas dengan baik, dan kemudian dapat digunakan untuk menilai bisnis. Karena, beban-beban perusahaan tidak terhitung dalam EBITDA. Meskipun tidak mencerminkan besarnya keuntungan suatu bisnis, EBITDA sering digunakan untuk memberikan gambaran umum terkait performa finansial bisnis tersebut.

Perusahaan dengan keuntungan yang tidak terlalu besar sering menggunakan EBITDA untuk menyiasati laporan keuangan mereka kepada calon investor.

B. Komponen EBITDA (Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization)

Komponen-komponen yang memengaruhi EBITDA di antaranya,
1. Bunga
Bunga merupakan kewajiban yang harus dibayarkan atas utang suatu perusahaan terhadap pihak ketiga, contohnya bank. Dalam menjalankan kegiatan operasional, suatu bisnis dapat melakukan pinjaman kepada bank, misalnya untuk permodalan, dengan kewajiban pembayaran secara berkala dengan nilai persentase bunga tertentu.

2. Pajak
Pajak merupakan kewajiban yang harus dibayarkan suatu perusahaan kepada pemerintah atas kepemilikan atau kegiatan bisnis yang dilakukan. Nilai pajak biasanya sudah ditetapkan oleh pemerintah. Contoh pajak yang dikenakan adalah pajak penghasilan penjualan barang atau pajak ekspor/impor.

3. Depresiasi
Depresiasi adalah nilai penyusutan terhadap aset tetap selama masa ekonomis atau masa fungsional aset tersebut. Aset tetap yang terkena depresiasi misalnya gedung kantor dan kendaraan operasional.

4. Amortisasi
Amortisasi adalah nilai pengurangan atas aset yang tidak berwujud, misalnya pinjaman dari pihak ketiga, atau hak paten yang dimiliki perusahaan. Nilai amortisasi yang ditambahkan sebagai komponen EBITDA adalah nilai pengurangan dari pinjaman, atau nilai penggunaan/pengembangan yang dilakukan atas hak paten tersebut.

C. Fungsi EBITDA (Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization)

Terdapat beberapa fungsi yang bisa diperoleh melalui perhitungan pendapatan ini di antaranya,
1. Membandingkan Tingkat Keuntungan
Fungsi pertama dari EBITDA adalah menganalisis dan membandingkan tingkat keuntungan antar perusahaan dan industri. Hal ini dikarenakan EBITDA dapat mengeliminasi dampak dari keputusan keuangan dan akuntansi.

2. Memberikan keleluasaan
Fungsi kedua adalah memberikan kekuasaan kepada perusahaan terhadap laporan keuangan. Karena ia merupakan catatan non-GAAP atau non kombinasi dan standar otoritatif dewan perusahaan, terkait pembuatan dan perekaman laporan keuangan.

Dengan kata lain, perhitungan EBITDA merupakan perhitungan yang tidak terikat dengan aturan ketat perusahaan. Sehingga, dapat dikatakan bahwa pendapatan sebelum pajak ini memberikan keleluasaan lebih kepada akuntan, khususnya dalam membuat laporan keuangan.

3. Melihat Keuntungan
Selanjutnya, EBITDA dapat dijadikan metrik. Gunanya adalah untuk melihat dan mengevaluasi keuntungan sebuah perusahaan. Hanya saja, EBITDA tidak dapat digunakan untuk melihat arus kas.

4. Mempercantik Laba Perusahaan
EBITDA juga dapat difungsikan untuk mempercantik laba perusahaan. Karena laba atau profit yang tercatat dalam pendapatan ini belum dikurangi bunga, pajak, dan lainnya. Hal ini membuat keuangan perusahaan tampak sehat-sehat saja, padahal perusahaan masih memiliki beberapa beban yang harus dituntaskan.

D. Cara Hitung EBITDA (Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization)

Sesuai dengan pengertian EBITDA, nilai EBITDA dihitung dengan menambahkan kembali komponen pengeluaran nontunai suatu perusahaan, yakni depresiasi dan amortisasi, terhadap pendapatan atau laba perusahaan tersebut. Secara formula, pengertian EBITDA dapat dituliskan sebagai berikut:
EBITDA = EBIT + Depresiasi + Amortisasi

Sebagai catatan, EBIT adalah Earnings Before Interest and Taxes, atau pendapatan suatu perusahaan, sebelum dikurangi dengan bunga dan pajak. Namun apabila dihitung dari laba bersihnya, maka pengertian EBITDA dapat diformulasikan sebagai berikut:
EBITDA = Laba Bersih + Bunga + Pajak + Depresiasi + Amortisasi

E. Contoh Perhitungan EBITDA (Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization)

Perusahaan mempunyai laba operasional sebesar Rp. 950.000.000, kemudian biaya amortisasinya adalah Rp. 55.000.000. Selanjutnya, perusahaan tersebut memiliki beban depresiasi sebesar Rp. 15.000.000, maka EBITDA-nya adalah sebagai berikut.
EBITDA = LABA Operasional + Biaya Penyusutan (Depresiasi) + Amortisasi
EBITDA = Rp. 950.000.000 + Rp. 15.000.000 + Rp. 65.000.000 = Rp. 1 030.000.000

F. Kelemahan EBITDA (Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization)

Di samping beberapa fungsinya bagi perusahaan, terdapat beberapa kelemahan EBITDA yang juga harus kita perhitungkan di antaranya,
1. Pencatatan yang Tidak Sesuai
Dalam perhitungannya, EBITDA mengabaikan perubahan modal kerja yang terjadi dalam suatu perusahaan. Selain itu, ia juga berpotensi memberikan bobot lebih terhadap arus kas perusahaan, dalam suatu periode pertumbuhan kas.

2. Tidak Sensitif terhadap Tagihan Aktual
Kedua, EBITDA tidak sensitif terhadap tagihan aktual perusahaan. Hal ini karena ia mengabaikan perubahan-perubahan fundamental dalam modal kas.

3. Alat Ukur Likuiditas yang Menyesatkan
Pada praktiknya, perhitungan likuiditas adalah dinamis. Namun, EBITDA memberikan pembatasan terhadap perhitungannya. Ia tidak memberikan informasi kualitatif terkait sumber penggunaan dana perusahaan. Ia juga tidak memberikan informasi detail terkait likuiditas.

Beberapa elemen penting dalam likuiditas yang tidak turut dipertimbangkan oleh EBITDA di antaranya,
a. Potensi klaim jangka pendek terkait dana kas. Termasuk di dalamnya kewajiban langsung dan kontingensi.
b. Sensitivitas perusahaan publik, yang bertugas sebagai penerbit surat utang.
c. Stabilitas serta kekuatan arus kas.
d. Komitmen atas belanja modal ataupun tingkat kebutuhan.
e. Kebutuhan akan dana yang digunakan untuk mendukung modal kerja.
f. Kerapuhan untuk mengurangi akses pada pasar modal.
g. Kekuatan pos-pos likuiditas perusahaan.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment