Pengertian Employee Engagement, Aspek, Prinsip, Karakteristik, Faktor, Tingkatan, dan Cara Menciptakannya

Pengertian Employee Engagement atau Keterikatan Karyawan
Employee Engagement

A. Pengertian Employee Engagement
Employee engagement (keterikatan karyawan) adalah karyawan yang sepenuhnya terikat dan sepenuhnya mendedikasikan dirinya terhadap pekerjaan dan organisasinya. Ia terhubung baik secara fisik, kognitif, emosi dan attitude-nya untuk kinerja organisasi di mana ia berkarya.

Karyawan yang memiliki engaged meyakini pekerjaan yang dilakoni berarti bagi dirinya dan lingkungan kerjanya. Selain itu, karyawan tersebut juga memahami dengan baik tugas dan perannya di organisasi, kontribusinya memiliki dampak yang positif bagi kemajuan organisasi, dan merasa dilibatkan dalam perumusan dan pencapaian target organisasi.

Seorang karyawan yang memiliki tingkat keterikatan (engagement) yang tinggi pada organisasi memiliki pemahaman dan kepedulian terhadap lingkungan operasional organisasi, antusias dalam bekerja, mampu bekerja sama dengan karyawan lain, berbicara positif mengenai organisasi dan berbuat melebihi harapan organisasi.

Istilah employee engagement ini pertama kali diperkenalkan oleh William Khan pada tahun 1990, yang menyatakan bahwa engagement merupakan pemanfaatan diri anggota suatu organisasi untuk peran pekerjaan mereka dengan menggunakan dan mengekspresikan diri, baik secara fisik, kognitif dan emosional selama menjalankan peran mereka di dalam organisasi.

Demikian, sebuah organisasi atau perusahaan tentunya membutuhkan karyawan yang cekatan, gesit, dan proaktif antisipatif. Untuk menciptakan karyawan yang dimaksud, organisasi harus membangun karyawan yang memiliki keterikatan (employee engagement) terhadap pekerjaan dan organisasinya. Organisasi yang dikelilingi oleh karyawan yang engaged dalam pekerjaannya akan dengan mudah mencapai tujuan organisasi.

Employee Engagement Menurut Para Ahli
1. Hughes dan Rog (2008), employee engagement adalah hubungan emosional dan intelektual yang tinggi yang dimiliki oleh karyawan terhadap pekerjaannya, organisasi, manajer, atau rekan kerja yang memberikan pengaruh untuk menambah discretionary effort dalam pekerjaannya.
2. Nurofia (2005), employee engagement merupakan antusiasme karyawan dalam bekerja yang terjadi karena karyawan mengarahkan energinya untuk bekerja yang selaras dengan prioritas strategic perusahaan. Antusiasme ini terbentuk karena karyawan merasa engage (feel engaged) sehingga berpotensi untuk menampilkan perilaku yang engaged. Perilaku yang engage memberikan dampak positif bagi organisasi yaitu peningkatan revenue.
3. Robinson, Perryman dan Hayday (2004), employee engagement adalah sikap positif individu karyawan terhadap organisasi dan nilai organisasi. Seorang karyawan yang memiliki tingkat keterikatan tinggi pada organisasi memiliki pemahaman dan kepedulian terhadap lingkungan operasional organisasi, mampu bekerja sama untuk meningkatkan pencapaian unit kerja/organisasi melalui kerja sama antara individu karyawan dengan manajemen.
4. Schaufeli dan Bakker (2004), employee engagement adalah pemikiran positif, yaitu pemikiran untuk menyelesaikan hal yang berhubungan dengan pekerjaan dan dikarakteristikkan dengan vigor (resiliensi energi dan mental ketika bekerja), dedication (berpartisipasi dalam pekerjaan mengalami rasa antusiasme dan tantangan), dan absorption (konsenterasi dan senang dalam bekerja).

B. Aspek Employee Engagement
Terdapat tiga aspek yang membangun dimensi employee engagement menurut Schaufeli dan Bakker (2003) di antaranya,
1. Kekuatan (Vigor)
Kekuatan dikarakteristikkan dengan energi dan resiliensi mental yang tinggi ketika sedang bekerja, kemauan berusaha sungguh-sungguh dalam pekerjaan dan gigih dalam menghadapi kesulitan. Individu dengan skor tinggi pada aspek kekuatan biasanya memiliki energi dan stamina tinggi serta bersemangat ketika bekerja. Sedangkan individu dengan skor rendah pada aspek kekuatan memiliki tingkat energi, semangat dan stamina yang rendah saat bekerja.

2. Dedikasi (Dedication)
Dedikasi mengacu pada perasaan yang penuh makna, antusias, inspirasi, kebanggaan dan tantangan. Individu yang memiliki skor tinggi pada aspek dedikasi secara kuat mengidentifikasi diri dengan pekerjaan karena adanya pengalaman bermakna, menginspirasi dan menantang. Selain itu, mereka selalu antusias dan bangga dengan pekerjaannya. Sedangkan individu dengan skor rendah tidak mengidentifikasi diri dengan pekerjaannya karena tidak memiliki pengalaman yang bermakna, menginspirasi dan menantang.

3. Keasyikan (Absorption)
Absorpsi atau keasyikan dikarakteristikkan dengan konsentrasi penuh, minat terhadap pekerjaan dan sulit melepaskan diri dari pekerjaan. Individu yang memiliki skor tinggi pada aspek absorpsi biasanya merasa tertarik dengan pekerjaan dan sulit untuk melepaskan diri dari pekerjaannya, begitu pun sebaliknya.

C. Prinsip Employee Engagement
Dalam menciptakan employee engagement antara karyawan dengan organisasinya bukanlah suatu hal yang mudah. Peran baik dari karyawan maupun organisasi harus sama-sama mampu bekerja sama untuk dapat menciptakan engagement di tempat kerja. Terdapat beberapa prinsip untuk menciptakan employee engagement di antaranya,
1. Kapasitas atau capability karyawan dalam dunia kerja
2. Motivasi karyawan untuk bekerja
3. Karyawan memiliki kesempatan untuk bebas mengekspresikan output terbaik setiap harinya
4. Karyawan memahami apa yang diharapkan organisasi pada dirinya
5. Organisasi memberikan sarana kerja yang layak
6. Pegawai memperoleh reward atau penghargaan yang pantas
7. Terjalinnya hubungan yang hangat antara atasan dan rekan kerja
8. Organisasi memberikan peluang untuk berkembang

D. Karakteristik Employee Engagement
Karakteristik karyawan yang memiliki rasa engaged akan ditunjukkan melalui perilakunya di antaranya,
1. Presistence, yaitu perilaku karyawan yang berhubungan dengan keteguhan dalam menyelesaikan tugasnya.
2. Proactivity, yaitu perilaku kritis dan cenderung bersikap proaktif, tidak pasif (tidak menunggu diperintah baru mau bekerja)
3. Role expansion, yaitu perilaku karyawan yang memperluas tugas dan perannya, artinya kerelaan untuk menerima tambahan tugas baik berasal dari inisiatif manajemen ataupun inisiatif sendiri.
4. Adaptability, yaitu kemampuan beradaptasi karyawan sehingga akan terbangun kebersamaan di mana dalam menjalankan tugasnya menjadi suatu kegembiraan dan tumbuh saling kepercayaan.

Karyawan yang bisa mencapai engaged dalam pekerjaannya akan bersedia memberikan kontribusi dan gagasannya karena ia merasa menjadi bagian penting organisasi. Karyawan ini bukan hanya memburu renumerasi atau take home pay bulanan. Jelaslah, karyawan yang seperti ini adalah dambaan dan andalan atasan dan organisasi. Organisasi dan atasan tentu takut kehilangan karyawan yang berkinerja baik.

E. Faktor yang Mempengaruhi Employee Engagement
Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi employee engegement menurut Bakker dan Demerouti (2007) di antaranya,
1. Job Resources. Merujuk pada aspek fisik, sosial, maupun organisasional dari pekerjaan yang memungkinkan individu untuk : mengurangi tuntutan pekerjaan dan biaya psikologis maupun fisiologis yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut, mencapai target pekerjaan, dan menstimulasi pertumbuhan, perkembangan, dan perkembangan personal.
2. Salience of Job Resources. Faktor ini merujuk pada seberapa penting atau bergunanya sumber daya pekerjaan yang dimiliki oleh individu.
3. Personal Resources. Merujuk pada karakteristik yang dimiliki oleh karyawan seperti kepribadian, sifat, usia, dan lain-lain. Karyawan yang engaged akan memiliki karakteristik personal yang berbeda dengan karyawan lainnya karena memiliki skor extraversion dan concientiousness yang lebih tinggi serta memiliki skor neuoriticism yang lebih rendah.

F. Tingkatan Employee Engagement
Terdapat tiga tingkatan engegement pada karyawan menurut Gallup (2004) di antaranya,
1. Engaged. Karyawan yang engaged adalah seorang pembangun (builder). Mereka selalu menunjukkan kinerja dengan level yang tinggi. Karyawan ini akan bersedia menggunakan bakat dan kekuatan mereka dalam bekerja setiap hari serta selalu bekerja dengan gairah dan selalu mengembangkan inovasi agar perusahaan berkembang.
2. Not Engaged. Karyawan dalam tipe ini cenderung fokus terhadap tugas dibandingkan untuk mencapai tujuan dari pekerjaan itu. Mereka selalu menunggu perintah dan cenderung merasa kontribusi mereka diabaikan.
3. Actively Disengaged. Karyawan tipe ini adalah penunggu gua (cave dweller). Mereka secara konsisten menunjukkan perlawanan pada semua aspek. Mereka hanya melihat sisi negatif pada berbagai kesempatan dan setiap harinya, tipe actively disengaged ini melemahkan apa yang dilakukan oleh pekerja yang engaged.

G. Cara Menciptakan Employee Engagement
Agar karyawan dapat merasakan engaged dalam bekerja, maka perusahaan atau organisasi harus memperhatikan hal-hal berikut di antaranya,
1. Feelings of urgency
Urgensi merupakan energi atau keaktifan kognitif yang diarahkan pada pencapaian tujuan. Top management (manajemen puncak) bersama dengan bawahannya perlu untuk merumuskan tujuan atau target dan cara mencapainya. Sehingga para karyawan tersebut akan merasakan arti penting dirinya, arti penting pekerjaan yang dikerjakan, arti penting kontribusi dirinya, serta dampak langsung dari keluaran kerjanya.
 
2. Feelings of being focused
Karyawan yang merasa engaged akan fokus pada pekerjaannya. Mereka akan fokus dalam mengerjakan apa yang sudah menjadi tugasnya, dan tidak akan mudah terganggu dengan keadaan sekitarnya.  

3. Feelings of intensity
Intensitas merupakan karyawan yang bekerja keras, meskipun terdapat gangguan dari luar. Feeling of intensity ini di atasnya being focused. Karyawan akan mencurahkan perhatian dan energinya dalam menjalankan tugasnya agar selesai dengan cepat dan benar.
 
4. Feelings of enthusiasm
Banyak yang menafsirkan pegawai yang engage adalah pegawai yang memiliki antusias yang tinggi terhadap pekerjaannya. Karyawan ini bersedia menerima tantangan atau tugas yang bukan bersifat rutin, serta mau berbagi dan bekerja sama dengan partner kerjanya.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Pengertian Employee Engagement, Aspek, Prinsip, Karakteristik, Faktor, Tingkatan, dan Cara Menciptakannya"