Pengertian Consumer Price Indeks, Cara Mengukur, Manfaat, dan Dampaknya
Consumer Price Indeks (CPI) |
A. Pengertian Consumer Price Index (CPI)
Costumer Price Index (CPI) atau Indeks Harga Konsumen adalah alat ukur untuk menilai perubahan rata-rata atas suatu harga barang dan jasa yang dinilai sangat penting. CPI dihitung dengan melakukan pemantauan perubahan harga pada setiap barang.
Komponen yang satu ini juga berguna untuk menentukan tingkat biaya pada harga yang tetap. CPI menjadi clue tingkat rata-rata biaya produk yang berupa barang dan jasa yang disebut sebagai kelompok perwakilan, atau “keranjang” terhadap pembelian rata-rata konsumen.
Cara menghitung CPI dengan cara mentracking perubahan harga, dari setiap produk dalam sekelompok barang, lalu melabelinya. CPI juga diterbitkan dengan beberapa negara yang merilis flash atau data inflasi awal di masa depan. Untuk sistem perilisan CPI adalah satu bulan sesudahnya. Sehingga, CPI yang diterbitkan pada bulan ini adalah CPI yang dirilis pada bulan lalu.
Umumnya, data inflasi diterbitkan setiap periode satu bulan dan dikumpulkan lalu akan dilakukan pengukuran setiap tahun. Ada beberapa negara yang juga menerbitkan data inflasi bulanan, seperti Selandia Baru dan Australia.
Mereka biasanya menyimpan data inflasi tersebut setiap tiga bulan sekali. Menurutnya dengan mengumpulkan setiap tiga bulan sekali, maka CPI akan lebih jelas dalam menyampaikan data-data terkait perubahan harga konsumen.
B. Cara Mengukur Consumer Price Index (CPI)
Consumer Price Index (CPI) adalah suatu perubahan harga rata-rata di kalangan konsumen pada beberapa jenis produk barang dan jasa tertentu. Untuk di negara Amerika Serikat sendiri, cara mengukur CPI terbagi menjadi dua kelompok populasi terbesar, yakni kelompok keluarga atau individu perkotaaan yang disebut CPI-U (CPI-Urban) dan pekerja kantoran yang disebut dengan CPI-W.
Bureau of Labor Statistics (BLS) Amerika Serikat lantas menggunakan acuan dasar pada rata-rata perubahan harga selama 36 bulan untuk dijadikan sebagai acuan dasar perbandingan. Nilai acuan dasar yang digunakan tersebut adalah 100.
Lalu, BLS akan menggunakan pengukuran dengan rumus yang dibuat dengan acuan bilangan dasar referensi tersebut. Sebagai contoh, jika CPI nya adalah 110, maka ada peningkatan harga rata-rata sebanyak 10%, dan jika nilai CPI yang 90, berarti ada penurunan harga rata-rata sebanyak 10%.
Hasil dari penilaian itu tidak bisa dibuat dengan acuan data yang detail dan dihimpun secara keseluruhan, tapi cukup diasumsikan dengan mewakili perubahan tingkat harga pada kedua kelompok populasi besar di Amerika Serikat.
Terdapat 8 kategori barang dan jasa yang diukur di antaranya,
1. Bahan pokok bangunan perumahan
2. Makanan dan minuman
3. Transportasi
4. Kesehatan
5. Pakaian
6. Hiburan dan Rekreasi
7. Pendidikan dan Komunikasi
8. Barang dan jasa lain-lain
Pada CPI terdapat data inflasi yang berupa di antaranya,
1. Inflasi utama. CPI memuat informasi yang berupa perubahan keseluruhan mencakup harga energi yang fluktuatif.
2. Inflasi inti. CPI memuat informasi tanpa harga energi dan makanan yang fluktuatif namun memberikan gambaran yang lebih jelas tentang perubahan harga barang.
Data inflasi utama umumnya bersifat lebih fluktuatif. Ini karena inflasi utama mencakup keseluruhan informasi dan dapat memprediksi inflasi inti. Inflasi utama didesain agar dapat menjadi ukuran terbaik inflasi dan inflasi pokok inilah yang biasanya ditargetkan oleh Bank Sentral. Data inflasi yang dimuat di CPI memiliki potensi untuk menggerakkan pasar jangka pendek dan membentuk keputusan kebijakan moneter. Bank Sentral biasanya diminta untuk menargetkan inflasi.
CPI menjadi indikator yang memiliki efek signifikan pada pasar keuangan. Data di dalamnya begitu penting karena pertumbuhan tenaga kerja dan laju inflasi suatu negara saling berhubungan. Angka inflasi merupakan hal yang sensitif karena menentukan berapa harga yang dibayar konsumen untuk mendapatkan suatu barang atau jasa. Apabila harga berada pada tingkatan yang mahal, maka iklim bisnis juga terpengaruh akibat beban kenaikan biaya.
C. Manfaat Consumer Price Index (CPI)
CPI penting karena mampu menunjukkan seberapa cepat harga naik atau turun. Saat harga konsumen naik, berarti sedang terjadi inflasi. Sebaliknya, saat harga stuck, maka terjadi deflasi. Inflasi konsumen digunakan oleh Bank Sentral sebagai ukuran untuk memutuskan sesuatu, baik menaikkan, memotong, ataupun menahan suku bunga, yang bertindak sebagai tuas untuk merangsang atau menahan pengeluaran konsumen yang pada gilirannya mempengaruhi inflasi.
Data CPI ditutup dan diawasi karena naik turunnya inflasi yang kuat dan berkepanjangan biasanya berdampak pada beberapa Bank Sentral bertindak berdasarkan kebijakan moneter. Mayoritas Bank Sentral saat ini membangun kebijakan moneter mereka pada penargetan inflasi. Ini berarti bahwa Bank Sentral memiliki target tingkat inflasi tertentu untuk dicapai, yang biasanya 2%, atau dalam beberapa kasus, mencapai 3%. Suku bunga dan alat kebijakan moneter digunakan sesuai dengan menjaga stabilitas harga.
Seperti yang sudah diketahui bahwa inflasi dipengaruhi jumlah uang yang beredar di masyarakat. Apabila suplai uang lebih cepat daripada luaran produksi barang dan jasa, maka harga produk-produk komponen inflasi akan naik. Ada teori lain yang mengatakan bahwa inflasi dipicu oleh permintaan keseluruhan barang dan jasa (baik dari konsumen, bisnis, pemerintah, maupun pembeli dari negara lain) yang melebihi kapasitas produksi suatu negara. Kurangnya pasokan inilah yang menaikkan harga barang dan jasa sehingga laju inflasi akan semakin cepat.
D. Dampak Perilisan Consumer Price Index (CPI)
Ketika data Consumer Price Index (CPI) dikeluarkan, banyak bank yang harus memotong suku bunganya. Bahkan beberapa ada yang menjadi negatif dan harus menggunakan alat lain seperti pelonggaran kuantitatif guna memberikan rangsangan pada pengeluaran konsumen, sehingga akan memicu inflasi yang lebih tinggi.
Namun, ada contoh yang menguntungkan tentang perilisan data inflasi, yaitu dari Bank of Japan dan Bank Sentral Eropa, kedua bank tersebut berupaya untuk mendorong tingkat inflasi ke target yang sudah dipercayakan. Jadi, saat laporan inflasi yang dikeluarkan setiap tiga bulan menunjukkan adanya lonjakan atau penurunan, maka pasar bisa dengan cepat berspekulasi terkait tindakan kebijakan apa yang akan ditetapkan oleh Bank Sentral.
Jika Anda adalah seorang pebisnis, maka Anda tentu paham bahwa harga yang tinggi akan membuahkan pendapatan yang lebih tinggi pula. Ketika laba perusahaan meningkat, maka harga sahamnya pun akan turut meningkat sehingga akan mampu memperkaya nilai aset pemodal. Selain itu, perusahaan juga akan lebih senang jika jumlah pendapatannya bisa meningkat.
Walaupun demikian, inflasi masih menjadi mimpi yang menyeramkan karena akan menimbulkan ketidakstabilan yang mampu memicu distorsi dalam suatu perekonomian negara. Kebijakan yang umumnya diambil untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan tidak meningkatkan harga barang, tapi meningkatkan volume produksi.
Di sisi lain, perusahaan juga berpotensi menerima kerugian karena adanya inflasi, terlebih lagi jika pihak supplier memilih untuk meningkatkan harga bahan pokok. Beban lainnya pun bisa meningkat apabila karyawan menuntut peningkatan gaji untuk bisa mengimbangi peningkatan biaya hidupnya.
Dari berbagai sumber
Post a Comment