Pengertian Siklus PDCA, Fase, Kelebihan, Kekurangan, dan Contohnya

Pengertian Siklus PDCA atau Plan Do Check Act
Siklus PDCA (Plan-Do-Check-Act)

A. Pengertian Siklus PDCA (Plan-Do-Check-Act)
Siklus PDCA (Plan-Do-Check-Act) adalah teknik berulang empat langkah pemecahan masalah yang digunakan untuk meningkatkan proses bisnis. Model manajemen ini bisa digunakan untuk membantu industri atau perusahaan agar keluar dari stagnasi. Selain itu, siklus ini digunakan untuk mewujudkan sistem yang selalu berkembang agar menjadi lebih baik.

Siklus PDCA awalnya dikembangkan oleh fisikawan Amerika Walter A. Shewhart selama tahun 1920-an. Siklus ini mengambil inspirasi dari evaluasi berkelanjutan atas praktik manajemen dan kesediaan manajemen untuk mengadopsi dan mengabaikan ide-ide yang tidak didukung.

Metode ini dipopulerkan oleh pelopor kontrol kualitas Dr. W. Edwards Deming pada 1950-an yang menciptakan istilah “Shewhart” Cycle setelah mentornya. Deming-lah yang menyadari bahwa Siklus PDCA dapat digunakan untuk meningkatkan proses produksi di Amerika Serikat selama Perang Dunia II.

Oleh karena itu, siklus PDCA juga dikenal sebagai siklus Deming, siklus Shewhart, atau siklus kendali. Siklus ini cukup populer dan banyak digunakan di perusahaan manufaktur, bidang manajemen, dan lain-lain. Sesuai namanya, PDCA adalah siklus yang terus berulang.

B. Fase Siklus PDCA (Plan-Do-Check-Act)
Sesuai namanya, siklus PDCA terbagi menjadi empat fasa yang masing-masing fasenya saling berkaitan. Keempat fase tersebut adalah Plan, Do, Check, dan Act.
1. Plan (Merencanakan)
Tahap plan merupakan tahap untuk menetapkan Target dalam peningkatan proses ataupun permasalahan yang ingin dipecahkan. Lalu menentukan Metode yang akan digunakan untuk mencapai Target atau Sasaran yang sudah ditetapkan tersebut. Jadi dalam Tahap PLAN ini juga dapat meliputi pembentukan Tim Peningkatan Proses (Process Improvement Team).

Selain itu juga melakukan pelatihan-pelatihan pada sumber daya manusia yang berada di dalam Tim tersebut. Dan batas-batas waktu yang diperlukan untuk melakukan perencanaan-perencanaan yang sudah ditentukan. Jadi dalam perencanaan terhadap penggunaan sumber daya lainnya contohnya seperti Biaya dan Mesin juga perlukan dipertimbangkan dalam Tahap plan ini.

2. Do (Melaksanakan)
Tahap do untuk melaksanakan semua yang sudah direncanakan di tahap plan termasuk menjalankan proses-nya. Memproduksi dan melakukan pengumpulan data yang lalu akan digunakan untuk tahap check dan act.

3. Check (Memeriksa)
Tahap check merupakan tahap pemeriksaan dan peninjauan ulang serta mempelajari hasil-hasil dari penerapan di tahap do. Untuk melakukan perbandingan antara hasil aktual yang sudah dicapai dengan Target yang ditetapkan dan juga ketepatan jadwal yang sudah ditentukan.

4. Act (Menindak)
Tahap act merupakan sebuah tahap untuk mengambil tindakan yang seperlunya pada hasil-hasil dari tahap check. Adapun 2 jenis tindakan yang wajib dilakukan berdasarkan hasil yang dicapainya, contohnya di antaranya,
a. Tindakan Perbaikan (Corrective Action) berupa solusi terhadap masalah yang dihadapi dalam pencapaian Target. Tindakan Perbaikan ini perlu diambil jika hasilnya tidak sesuai apa yang telah ditargetkan.
b. Tindakan Standarisasi (Standardization Action) berupa tindakan untuk men-standarisasi-kan cara. Tindakan Standarisasi ini dilakukan jika hasilnya sudah mencapai Target yang telah ditetapkan.

Maka siklus itu akan kembali ke tahap PLAN dan untuk melakukan peningkatan proses selanjutnya. Dan maka yang terjadi siklus peningkatan proses yang terus menerus (Continuous Process Improvement). Dan untuk versi yang lain adalah pengembangan dari PDCA untuk melakukan peningkatan dan perbaikan proses ataupun mempunyai fungsi yang hampir sama di antaranya,
PDCA = Plan Do Check Adjust.
PDSA = Plan Do Study Act.
OPDCA = Observe Plan Do Check Act.
DMAIC = Define, Measure, Analysis, Improve Control.

C. Kelebihan dan Kekurangan Siklus PDCA (Plan-Do-Check-Act)
1. Kelebihan Siklus PDCA (Plan-Do-Check-Act)
Pada dasarnya, kelebihan PDCA adalah sangat banyak sekali jika dilakukan dengan tepat dalam menemukan pekerjaan tertentu yang sesuai dengan harapan perusahaan.
a. Berkesinambungan
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, setiap tahapan atau siklus pada PDCA memungkinkan adanya peningkatan dan juga penyempurnaan untuk masa depan karena dilakukan dengan konsep yang sangat terorganisir.

Dengan adanya implementasi yang berkesinambungan, tepat dan dijalankan dengan konsisten, tentunya akan mampu memberikan peluang terkait kontrol dan analisa, sehingga setiap kegiatan yang dilakukan akan selalu tepat dan bisa dipantau setiap perkembangannya. Perlu digaris bawahi juga bahwa PDCA harus dilakukan oleh mereka yang sangat kompeten dan proaktif.

b. Alur Mudah Dipahami
Seluruh alur yang ada pada PDCA sifatnya lebih statis, namun setiap tahapannya sangat mudah untuk dipahami oleh banyak orang. Sehingga lebih memudahkan pihak manajemen dan perusahaan untuk memperkenalkan dan juga mengimplementasikannya dalam operasional perusahaan. Selain itu, proses pelaksanaannya pun cukup signifikan. Oleh karena itu, proses ini sangat terkenal di kalangan perusahaan.

c. Perkembangan Bisnis yang Berkelanjutan
Penerapan PDCA ini bisa dilakukan di semua lini bisnis karena sangat mudah untuk dipahami. Siklus PDCA memungkinkan adanya peningkatan secara berkelanjutan dan tepat karena bisa bekerja secara siklikal.

Setiap bagian yang ada pada proyek di dalamnya akan melalui tahapan yang sama secara terus menerus untuk bisa memastikan kesalahan tersebut bisa diperbaiki dan juga disesuaikan sesuai dengan kebutuhan dan situasi terkini perusahaan.

d. Mendeteksi Resiko Sedari Dini
Saat suatu perencanaan sudah ditetapkan dengan metode yang lebih terstruktur, maka pengendalian manajemen risiko, dampak negatif, atau berbagai hambatannya akan bisa diperkirakan atau dideteksi dari jauh hari.

2. Kekurangan Siklus PDCA (Plan-Do-Check-Act)
a. Statis
PDCA dinilai sebagai framework manajemen yang statis, kenapa? Karena alur di dalamnya hanya berkutat pada siklus Plan – Do – Check – Act, sehingga tidak bisa diimplementasikan pada berbagai proyek yang harus ditindak secara paralel. Jika nantinya ada perubahan, maka proses perubahan tersebut memerlukan waktu yang sangat lama karena harus kembali lagi ke siklus awal.

b. Proses Harus Berurutan
Konsep ini juga menuntut adanya pembagian dan lingkungan kerja yang cukup ideal di dalam manajemen perusahaan. Proses di dalamnya harus dilakukan sesuai dengan siklus. Jika ada seorang saja yang tidak mampu melakukan pekerjaannya dengan baik, maka konsep ini akan menjadi sia-sia. Selain itu, tahapan berikutnya juga akan sangat berdampak bila ada perubahan di tengah-tengahnya. Sehingga akan sulit untuk melakukan perubahan ketika sedang dikerjakan.

c. Implementasi Tak Saling Berhubungan
Pada pelaksanaannya, banyak proses yang melewati tahapan Act namun tidak dilakukan seperti seharusnya. Implementasi tersebut tidak dilakukan dengan aktif sehingga ketika ada proyek baru, cara ini tidak bisa membuahkan hasil seperti sebelumnya. Untuk itu, PDCA juga harus dijelaskan secara terang di awal pelaksanaannya kepada seluruh orang yang terlibat, karena gagal paham akan berdampak buruk pada proyek yang tengah dikerjakan.

D. Contoh Siklus PDCA (Plan-Do-Check-Act)
1. Klinik Mayo
Mayo Clinic, sebuah rumah sakit dan pusat penelitian nirlaba kelas dunia, melakukan studi peningkatan kualitas yang mengamati waktu tunggu pasien yang mungkin menjadi kandidat untuk operasi implan koklea besar. Idenya adalah untuk menerapkan prinsip Kaizen untuk menghilangkan hambatan dan meningkatkan akses bagi pasien.

Studi ini melihat penyempurnaan perawatan khusus, pengelolaan catatan pasien, dan waktu ruang tunggu. Pada akhirnya, ada hasil positif bagi pasien. Di antara hasilnya, waktu siklus rata-rata untuk pengujian pencalonan menurun dari 7,3 menjadi 3 jam, dan total persediaan stok klinik berkurang sebesar 31%.1

2. Toyota
Pada tahun 2021, Toyota Motor Corporation adalah perusahaan terbesar ketujuh di dunia berdasarkan pendapatan, menurut FXSSI.2 Kaizen dan Toyota sama artinya karena prinsip-prinsip Toyota dan “The Toyota Way” mendefinisikan gagasan perbaikan berkelanjutan dalam sistem produksi. Karyawan Toyota menerima insentif untuk menemukan praktik yang tidak efisien dan merancang cara untuk memperbaikinya, dan penerapan siklus PDCA mendukung pengambilan keputusan yang cepat.

3. Nike
Nike menganut prinsip bisnis “ramping”, filosofi yang mirip dengan Kaizen. Manifesto inovasi perusahaan menyatakan, “Lean adalah fondasi bagaimana kami memajukan manufaktur berkelanjutan.” Manifesto tersebut mencerminkan budaya peningkatan berkelanjutan Nike yang mengandalkan orang-orang terdekat untuk memecahkan masalah dan memberikan produk berkualitas tepat waktu.

Ketika pembuat sepatu olahraga terkemuka dikritik karena membayar upah rendah, perusahaan mempekerjakan PDCA untuk memberdayakan karyawan, mitra, dan pelanggannya. Insentif ditawarkan kepada pabrik untuk memperbaiki kondisi kerja, dan sistem penilaian menilai kinerja fasilitas produksi.

Perusahaan memperbaiki kondisi pekerja, menghilangkan pemborosan, dan mempekerjakan manajer yang berorientasi nilai. Komitmen terhadap metode lean dan Kaizen membantu Nike menggandakan ukurannya dari sekitar $100 miliar pada tahun 2015 menjadi lebih dari $200 miliar pada tahun 2021.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Pengertian Siklus PDCA, Fase, Kelebihan, Kekurangan, dan Contohnya"