Pengertian Return on Assets, Unsur, Fungsi, Faktor, Perhitungan, Kelebihan, dan Kekurangannya

Pengertian Return on Assets atau ROA
Return on Assets (ROA)

A. Pengertian Return on Assets (ROA)
Return on asset adalah suatu indikator tentang seberapa andal perusahaan dalam pemanfaatan aset untuk menghasilkan keuntungan (profit). ROA biasanya dihitung melalui pembagian laba bersih dengan aset perusahaan. Aset atau aktiva yang dimaksud adalah keseluruhan harta perusahaan, yang diperoleh dari modal sendiri maupun dari modal asing yang telah diubah perusahaan menjadi aktiva-aktiva perusahaan yang digunakan untuk kelangsungan hidup perusahaan.

Return On Assets dipakai untuk mengevaluasi apakah manajemen telah mendapat imbalan yang memadai (reasobable return) dari aset yang dikuasainya. Rasio ini merupakan ukuran yang berfaedah jika seseorang ingin mengevaluasi seberapa baik perusahaan telah memakai dananya. Oleh karena itu, Return On Assets kerap kali dipakai oleh manajemen puncak untuk mengevaluasi unit-unit bisnis di dalam suatu perusahaan multinasional (Henry Simamora, 2000:530).

Return on asset biasanya tampil dalam bentuk persentase yang dihitung dengan rumus ROA. Semakin besar persentasenya, berarti semakin produktif dan efisien suatu perusahaan. Begitu pun sebaliknya, semakin kecil persentase ROA, maka tandanya perusahaan kurang produktif. Untuk itu, ROA sering digunakan oleh pihak manajemen teratas untuk bisa mengevaluasi berbagai unit bisnis dalam suatu perusahaan multinasional.

Return on Assets (ROA) Menurut Para Ahli
1. Eduardus Tandelilin (2010:372), Return On Assets menggambarkan sejauh mana kemampuan aset-aset yang dimiliki perusahaan bisa menghasilkan laba.
2. Kasmir (2014:201), Return On Assets merupakan rasio yang menunjukkan hasil atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan.
3. Fahmi (2012:98), Return On Assets melihat sejauh mana investasi yang telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan yang diharapkan dan investasi tersebut sebenarnya sama dengan aset perusahaan yang ditanamkan atau ditempatkan.
4. Horne dan Wachowicz (2005:235), ROA mengukur efektivitas keseluruhan dalam menghasilkan laba melalui aktiva yang tersedia; daya untuk menghasilkan laba dari modal yang diinvestasikan.
5. Bambang Riyanto (2001:336) menyebut istilah ROA dengan Net Earning Power Ratio (Rate of Return on Investment / ROI) yaitu kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan neto. Keuntungan neto yang beliau maksud adalah keuntungan neto sesudah pajak.
6. Sawir (2005:18), Return On Assets (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu perusahaan, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan asset.

B. Unsur Return on Assets (ROA)
Indikator (alat ukur) yang digunakan didalam Return on Assets (ROA) melibatkan unsur laba bersih dan total asset (total aktiva) di mana laba bersih dibagi dengan total asset atau total aktiva perusahaan dikalikan 100% (Brigham dan Houston 2010:148). Demikian, maka komponen-komponen pembentuk Retrun on Assets (ROA) menurut Kieso, Weygant, Warfield (2002:153) di antaranya,
1. Pendapatan, adalah arus masuk aktiva atau peningkatan lainnya dalam aktiva entitas atau pelunasan kewajibannya selama suatu periode yang ditimbulkan oleh pengiriman atau produksi barang, penyedia jasa, atau aktivitas lainnya yang merupakan bagian dari operasi utama perusahaan.
2. Beban, adalah arus keluar atau penurunan lainnya dalam aktiva sebuah entitas atau penambahan kewajibannya selama satu periode, yang ditimbulkan oleh pengiriman atau produksi barang, penyedia jasa, atau aktivitas lainnya yang merupakan bagian dari operasi utama perusahaan.
3. Keuntungan, adalah kenaikan ekuitas (aktiva bersih) perusahaan dari transaksi sampingan atau insidentil kecuali yang dihasilkan dari pendapatan atau investasi oleh pemilik.
4. Kerugian, adalah penurunan ekuitas (aktiva bersih) perusahaan dari transaksi sampingan atau insidentil kecuali yang berasal dari beban atau distribusi kepada pemilik.

C. Fungsi Return on Assets (ROA)
Kegunaan dari analisa Return On Assets menurut Munawir (2007;91) di antaranya,
1. Sebagai salah satu kegunaannya yang prinsipil ialah sifatnya yang menyeluruh. Apabila perusahaan sudah menjalankan praktek akuntansi yang baik maka manajemen dengan menggunakan teknik analisa Return On Assets dapat mengukur efisiensi penggunaan modal yang bekerja, efisiensi produksi dan efisiensi bagian penjualan.
2. Apabila perusahaan dapat mempunyai data industri sehingga dapat diperoleh rasio industri, maka dengan analisa Return On Asset dapat dibandingkan efisiensi penggunaan modal pada perusahaannya dengan perusahaan lain yang sejenis, sehingga dapat diketahui apakah perusahaannya berada di bawah, sama, atau di atas rata-ratanya. Dengan demikian akan dapat diketahui di mana kelemahannya dan apa yang sudah kuat pada perusahaan tersebut dibandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis.
3. Analisa Return On Asset juga dapat digunakan untuk mengukur efisiensi tindakan-tindakan yang dilakukan oleh divisi/bagian yaitu dengan mengalokasikan semua biaya dan modal ke dalam bagian yang bersangkutan. Arti pentingnya mengukur rate of return pada tingkat bagian adalah untuk dapat membandingkan efisiensi suatu bagian dengan bagian yang lain di dalam perusahaan yang bersangkutan.
4. Analisa Return On Asset juga dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masing-masing produk yang dihasilkan perusahaan dengan menggunakan product cost system yang baik, modal dan biaya dapat dialokasikan kepada berbagai produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang bersangkutan, sehingga dengan demikian akan dapat dihitung profitabilitas dari masing-masing produk. Dengan demikian manajemen akan dapat mengetahui produk mana yang mempunyai profit potential.
5. Return On Assets selain berguna untuk keperluan kontrol, juga berguna untuk keperluan perencanaan. Misalnya Return On Assets dapat digunakan sebagian dasar untuk pengembalian keputusan kalau perusahaan akan mengadakan ekspansi.

D. Faktor Return on Assets (ROA)
Kasmir berpendapat bahwa ROA terdapat hal utama yang mempengaruhi ROA, yaitu margin laba bersih dan perputaran total aktiva karena jika ROA rendah bisa juga disebabkan oleh rendahnya margin laba yang mengakibatkan rendahnya margin laba bersih yang juga diakibatkan oleh minimnya perputaran total aktiva.

Munawir juga berpendapat bahwa besaran ROA juga dipengaruhi oleh dua faktor. Pertama, adanya tingkat perputaran aktiva yang dimanfaatkan dari untung operasi. Kedua, profit margin yang besarnya keuntungan dicatat dalam persentase dan jumlah penjualan bersih. Profit margin ini akan mengukur tingkat keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan yang selanjutnya dihubungkan dengan tingkat penjualan

Sementara profitabilitas adalah rasio yang menilai kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba, maka ROA adalah salah satu rasio profitabilitas tersebut. Berikut ini adalah faktor lain yang mampu mempengaruhi ROA di antaranya,
1. Perputaran Kas (Cash Turnover)
Tingkat efisiensi yang diperoleh pihak perusahaan dalam usaha hal  mendayagunakan suatu persediaan kas yang ada guna mewujudkan tujuan perusahaan bisa diketahui dengan menghitung tingkat perputaran kas. Kasmir menjelaskan bahwa rasio perputaran kas atau cash turnover ini berguna untuk mengukur tingkat kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar suatu tagihan dan membiayai proses penjualan perusahaan. Sederhananya, rasio ini dimanfaatkan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas guna membayar tagihan utang serta biaya lainnya yang berhubungan dengan penjualan.

2. Perputaran Piutang (Receivable Turnover)
Untuk mengukur tingkat keberhasilan kebijakan penjualan kredit pada suatu perusahaan, maka perusahaan tersebut bisa melihat tingkat perputaran piutangnya. Sawir menjelaskan bahwa Receivable Turnover bisa digunakan untuk mengukur berapa lama suatu penagihan piutang dalam kurun waktu satu periode atau berapa kali dana yang mampu ditanam dalam piutang tersebut berputar dalam kurun waktu satu tahun. Tinggi atau rendahnya perputaran piutang tersebut tergantung pada besar atau kecilnya modal yang diinvestasikan dalam piutang. Perputaran modal yang cepat menandakan modal yang kembali dengan cepat.

3. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
Persediaan adalah suatu unsur dari aktiva lancar yang masih tergolong unsur aktif dalam kegiatan perusahaan yang didapatkan secara kontinyu, diubah dan lalu dijual ke konsumen. Diperlukan adanya perputaran persediaan yang baik untuk mempercepat pengembalian kas melalui penjualan.

Kasmir menjelaskan bahwa perputaran persediaan dimanfaatkan untuk menali berapa banyaknya uang yang disetorkan dalam persediaan yang berputar dalam kurun waktu satu tahun. Pada dasarnya, perputaran persediaan akan memudahkan atau memperlancar operasi perusahaan yang harus dilakukan berturut-turut untuk membuat barang dan menyalurkannya kepada para pelanggan. Jumlah modal yang diperlukan akan semakin rendah jika tingkat perputaran persediaannya tinggi.

E. Perhitungan Return on Assets (ROA)
Bigham dan Houston dalam bukunya menjelaskan bahwa pengembalian atas total aktiva akan dihitung dengan metode perbandingan laba bersih yang tersedia untuk pemilik saham dengan total aktiva dengan rumus ROA = laba setelah pajak/ total aset, atau bisa juga dengan rumus ROA = laba bersih setelah pajak/ total aktiva x 100%.

Semakin tinggi hasil nilai ROA maka akan semakin baik pula perusahaan tersebut karena tingkat pengembalian investasinya yang semakin besar. Nilai tersebut akan menggambarkan pengembalian perusahaan dari seluruh aktiva yang diberikan pada pihak perusahaan.

F. Kelebihan dan Kekurangan Return On Assets (ROA)
1. Kelebihan Return On Assets (ROA)
Keunggulan Return On Assets menurut Munawir (2001: 91-92) di antaranya,
a. Dapat diperbandingkan dengan rasio industri sehingga dapat diketahui posisi perusahaan terhadap industri. Hal ini merupakan salah satu langkah dalam perencanaan strategi.
b. Selain berguna untuk kepentingan kontrol, analisis Return On Assets (ROA)
c. Jika perusahaan telah menjalankan praktik akuntansi dengan baik maka dengan analisis Return On Asset (ROA) dapat diukur efisiensi penggunaan modal yang menyeluruh, yang sensitif terhadap setiap hal yang mempengaruhi keadaan keuangan perusahaan.

Sementara keunggulan Return On Asset (ROA) menurut Abdul Halim dan Supomo (2001: 151) di antaranya,
a. Perhatian manajemen dititik beratkan pada maksimalisasi laba atas modal yang diinvestasikan.
b. ROA dapat dipergunakan untuk mengukur efisiensi tindakan-tindakan yang dilakukan oleh setiap divisinya dan pemanfaatan akuntansi divisinya. Selanjutnya dengan ROA akan menyajikan perbandingan berbagai macam prestasi antar divisi secara obyektif. ROA akan mendorong divisi untuk menggunakan dalam memperoleh aktiva yang diperkirakan dapat meningkatkan ROA tersebut.
c. Analisa ROA dapat juga digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masing-masing produksi yang dihasilkan oleh perusahaan.

2. Kekurangan Return On Assets (ROA)
Kelemahan Return On Asset (ROA) menurut Munawir (2001:94) di antaranya,
a. Return On Asset (ROA) sebagai pengukur divisi sangat dipengaruhi oleh metode depresiasi aktiva tetap.
b. Return On Asset (ROA) mengandung distorsi yang cukup besar terutama dalam kondisi inflasi. Return On Asset (ROA) akan cenderung tinggi akibat dan penyesuaian (kenaikan) harga jual, sementara itu beberapa komponen biaya masih dinilai dengan harga distorsi.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Pengertian Return on Assets, Unsur, Fungsi, Faktor, Perhitungan, Kelebihan, dan Kekurangannya"