Pengertian Micromanagement, Ciri, Penyebab, Dampak Negatif, Cara Mengatasi, Kelebihan, dan Kekurangannya
Micromanagement |
A. Pengertian Micromanagement
Micromanagement (micromanaging) adalah cara berpikir atau metode pengelolaan organisasi yang bertumpu pada hal-hal kecil dan detail. Hal kecil di sini juga berarti ego, di mana seorang manajer bekerja atas egonya bahkan sangat memperhatikan hal-hal kecil yang sebenarnya tidak patut untuk dipermasalahkan.
Micromanagement dari kata micro dan manage. Micro artinya kecil, manage berarti pengelolaan, mengatur, mengurus, atau cara untuk mencapai sesuatu. Gaya manajemen satu ini menunjukkan bahwa atasan memiliki kontrol yang berlebihan, menuntut detail terkecil terhadap semua pekerjaan dari masing-masing anggota timnya.
Menurut International Journal of Business and Management Invention, micromanage adalah sebuah manajemen kepemimpinan di mana seorang atasan melakukan pengamatan berlebih terhadap kinerja bawahannya.
B. Ciri Micromanagement
Sistem micromanage adalah sebuah perilaku yang dapat menurunkan kualitas kerja serta moral para karyawan. Berikut beberapa ciri micromanage di antaranya,
1. Tidak pernah puas dengan hasil kerja karyawan
Micromanagement adalah sebuah sistem di mana atasan tidak akan memberi feedback. Pada gaya manajemen ini, atasan justru cenderung memberikan kritik yang tidak solutif. Bentuk kritik seperti ini akan menjatuhkan mental dan semangat para karyawan.
Maka, wajar saja bila produktivitas mereka terhambat. Tipe budaya kerja seperti ini bisa dibilang toxic. Tak hanya mengurangi angka produktivitas, micromanage juga bisa menimbulkan gosip di antara sesama pekerja.
2. Emosi yang berlebihan
Bukan hanya kritik kosong, perkataan micromanager biasanya sangat menyinggung sehingga dapat merusak suasana di kantor. Seorang micromanager tidak akan merasa malu untuk meluapkan emosinya.
Bila ia frustrasi terhadap hasil kinerjamu, biasanya emosi micromanager akan meluap-luap dan melupakan batas etika profesional. Mereka akan menghiraukan perasaan dan psikis pekerjanya tetapi akan selalu menuntut hasil yang sempurna.
3. Fokus berlebih pada progres pekerjaan
Bukannya memberikan detail dan deskripsi tugas yang memadai, micromanage adalah sebuah sistem yang justru mendorong atasan untuk berfokus pada proses pelaksanaan tugas. Mengacuhkan cara kerja tim yang dipimpin, atasan hanya akan memerintahkanmu untuk bekerja sesuai standarnya.
Selain itu, ia juga akan memberikan opini pada setiap tahap pekerjaan. Parahnya, atasan akan memberikan hukuman bila detail pekerjaanmu tidak sesuai rencana yang telah ia rancang.
4. Ingin selalu tahu di mana timnya berada dan apa yang sedang dikerjakan
Dalam micromanage, fokus atasan adalah untuk mengetahui di mana pekerjanya berada, serta detail tugas yang mereka kerjakan. Bagi mereka, mengetahui keberadaan pekerja serta rincian tugas itu penting untuk menerapkan kendali yang ketat.
Atasan juga tak segan untuk memberi tumpukan pekerjaan baru bila karyawannya sedang memiliki waktu luang. Setelah itu, ia akan memperhatikan bagaimana cara karyawan menuntaskan tugas barunya. Ia akan memonitor kinerja dalam setiap kesempatan tanpa memberi sebuah jarak agar pekerja bisa fokus.
5. Menuntut update secara terus-menerus
Anggap kamu ada deadline karya pada jam 7 malam. Tugas ini merupakan sebuah perintah yang kamu terima pada pukul 10 pagi sebelumnya. Agar dapat mempresentasikan hasil kerja yang apik, penting bagimu dan anggota tim lain untuk bekerja secara independen tanpa kontrol yang berlebih.
Wajar bagi pekerja bila mereka membutuhkan ruang dan waktu agar dapat bekerja secara maksimal. Akan tetapi, tugas seorang atasan adalah untuk membantu proses kerja karyawan yang terkadang cukup rumit dan memakan waktu. Dalam masa proses kerja ini, masukan dari atasan akan terasa bermanfaat untuk menghadapi semua pekerjaan yang sudah menumpuk.
Sayangnya, seorang micromanager tidak akan melakukan hal tersebut. Dalam micromanage, tugas seorang atasan adalah untuk menuntut update dari pekerjaanmu secara terus-menerus. Mungkin awalnya hal ini tidak akan terasa tidak berat. Namun, seorang micromanager dapat menyebabkan rasa stres yang cukup tinggi.
C. Penyebab Micromanagement
Micromanagement lahir karena tidak adanya kepercayaan atas tim itu sendiri. Pertama bisa disebabkan karena pengalaman dari tim sebelumnya, kedua memang watak dari atasan tersebut yang sulit percaya dengan orang lain.
Hilangnya kepercayaan akhirnya membuat atasan melakukan kontrol yang berlebih. Atasan pun seringkali memerintahkan hal-hal yang kurang jelas, tergesa-gesa dan cenderung tumpang tindih sehingga proses delegasi tugas yang kacau, emosi atasan yang berlebihan, dan kadang semua pekerjaan dianggap salah.
Akhirnya karyawan pun kehilangan kepercayaan diri untuk melakukan tugasnya secara mandiri, karyawan akan cenderung bergantung pada perintah atasan, tidak kreatif, dan hanya akan mengambil bola. Produktivitas dan performa karyawan pun jadi berkurang. Satu hal yang pasti, karyawan pun akhirnya kehilangan kepercayaan kepada atasan.
Hal ini akan terus menjadi siklus yang akan terus berputar dalam ruang lingkup kerja tim dan akhirnya lahirlah lingkungan kerja yang tidak sehat. Karyawan pun kehilangan moralnya, di mana potensi fraud akan terjadi. Tidak ada perkembangan potensi karyawan.
Dan yang paling buruknya, karyawan bisa saja stres dan memutuskan untuk keluar dari perusahaan. Bahkan menurut Kathleen Rao dalam bukunya yang berjudul, My Boss is a Jerk: How to Survive and Thrive in a Difficult Work Environment Under the Control of a Bad Boss selain stres dan masalah kesehatan pada karyawan, manajemen mikro juga menyebabkan masalah ekonomi karyawan itu sendiri.
Dampak dari micromanaging yang dilakukan oleh atasan adalah rasa tidak aman saat bekerja. Karyawan akan kehilangan fokus pekerjaan dan lebih khawatir terhadap hal-hal kecil yang sebenarnya bukan masalah besar. Berbicara tentang sumber daya manusia bukanlah hal yang sepele. Berbicara karyawan berarti berbicara tentang bisnis secara keseluruhan. Jika dari segi manajemen unit kerja saja kacau, jangan harap bisnis berjalan dengan sehat.
D. Dampak Negatif Micro Management
Bisa dikatakan bahwa seorang micromanager juga memiliki beberapa sifat dan kepribadian yang sama dengan bos yang kejam dan buruk. Seorang bos atau pemimpin yang buruk tidak akan memberikan kesempatan berbicara kepada karyawan yang berbuat kesalahan, walaupun hanya berniat untuk menjelaskan beberapa hal penyebabnya saja.
Dengan perilaku yang seperti itu, maka yang akan dirasakan oleh karyawan hanyalah ketakutan untuk berkomunikasi dengan bos atau pemimpinnya, karena mereka berpikir sia-sia untuk berdiskusi atau hanya sekedar berbicara karena akhirnya hanya akan mendapatkan celaan saja. Dalam sebuah kasus yang ekstrem, perasaan tidak nyaman karyawan bisa menjadi sangat parah sehingga mereka akan merasa khawatir kehilangan pekerjaan karena perilaku bos yang semena-mena.
Dalam sebuah buku yang ditulis oleh Kathleen Rao yang berjudul “My Boss is a Jerk: How to Survive and Thrive in a Difficult Work Environment Under the Control of a BadBoss” terdapat 7 gejala umum serta konsekuensi yang akan didapatkan karyawan ketika bekerja kepada seorang bos atau pemimpin yang melakukan micromanaging di antaranya,
1. Stres. Hal ini akan berdampak parah para pekerjaan karyawan di perusahaan dan juga berdampak pada kehidupan sehari-hari karyawan di rumah.
2. Masalah Kesehatan. Tidak sedikit pula karyawan korban micro management yang mengalami gangguan kesehatan seperti gangguan fungsi jantung dan tekanan darah tinggi.
3. Masalah Ekonomi dan Insecure dalam pekerjaan. Karyawan akan selalu merasa tidak aman dengan posisi dan jabatan mereka di perusahaan. Mereka setiap hari akan merasa dihantui oleh pemecatan yang bisa dilakukan oleh bos sewaktu-waktu.
4. Emosi Tidak Stabil. Hal ini dikarenakan pelecehan verbal yang dilakukan oleh micromanager dan juga bisa saja juga dikarenakan pelecehan secara emosional yang akan berdampak negatif terhadap harga diri setiap karyawan.
5. Kelelahan. Banyak karyawan yang akan merasa overload dengan semua pekerjaan yang diberikan oleh seorang bos atau pemimpin yang menerapkan micromanagement pada perusahaan mereka.
6. Kehilangan Motivasi. Tidak sedikit pula karyawan korban micromanagement yang menjadi kehilangan motivasi untuk bekerja setelah mendapatkan sikap kurang dihargai atas semua pekerjaan yang telah dilakukan.
7. Koordinasi Memburuk. Mikro manajemen mampu untuk memperburuk koordinasi antara bos dan juga karyawan. Hal ini dikarenakan para micromanager selalu memandang rendah setiap karyawan, maka sulit untuk menemukan waktu yang tepat untuk sekedar berkoordinasi seputar pekerjaan.
E. Cara Mengatasi Micromanagement
Dari semua dampak micromanagement tersebut ternyata masih bisa diatasi dengan beberapa cara. Namun sebuah perusahaan besar biasanya sudah memberikan pelatihan kepada setiap atasan ataupun karyawan untuk bisa menghindari dampak buruk dari micromanaging hingga tak ada kejadiannya. Beberapa cara mengatasi atasan yang sering menggunakan metode micromanaging di antaranya,
1. Bediskusi Dengan Tim atau Karyawan Lain
Cara pertama untuk bisa mengatasi gaya pimpinan yang masih cenderung menganut sistem micromanaging adalah melakukan konsultasi dengan berbagai tim kerja kemudian mintalah pendapat positif dari mereka. Nantinya pihak tim akan memberikan solusi terbaik kemudian seperti apa langkah-langkah tepat untuk mengatasi ataupun menghadapi situasi atasan yang selalu mengekang pekerjaan setiap karyawannya.
2. Meminta Delegasi Tugas
Cara kedua ketika Anda menemukan ataupun memiliki micromanaging boss, maka bisa diselesaikan dengan melakukan tugas sebanyak mungkin mengenai informasi apa saja yang diperlukan dalam sebuah pekerjaan. Tidak hanya itu saja karena micromanagement masih bisa dihindari dengan mengikuti proyek lainnya yang bisa memberikan manfaat terhadap pengembangan diri Anda sendiri. Dari situlah rasa percaya diri Anda kemudian kemampuan untuk memperbaiki diri akan terwujud lebih mudah.
3. Keluar Dari Perusahaan
Jika Anda sudah tidak tahan terhadap gaya micromanagement dari pihak atasan, maka salah satu solusi paling cepat adalah keluar dari perusahaan tersebut. Biasanya micromanaging ini memang cukup sulit dilakukan sehingga siapa saja yang sekarang ini mengalami tekanan batin yang tidak pernah usai. Jadi sebuah perusahaan tidak akan memberi rasa nyaman kepada karyawan ketika atasan masih menggunakan sistem micromanaging ke semua karyawannya. Jadi itulah solusi menarik yang terkadang membuat kita berpikir kembali untuk bisa bekerja lebih nyaman tanpa ada tekanan berlebihan dari pihak atasan.
F. Kelebihan dan Kekurangan Micromanagement
1. Kelebihan Micromanagement
Micromanage adalah sebuah sistem manajemen yang cukup penting untuk tim baru. Meskipun masalah akan datang, pengamatan yang merinci akan memberikan keteraturan dan membentuk sikap disiplin dari para karyawan. Micromanagement juga efektif untuk pegawai yang baru onboarding. Sistem ini diterapkan agar karyawan dapat dengan cepat terbiasa dengan lingkungan kerja yang baru.
Tak selamanya seorang pegawai baru terbiasa dengan cepatnya alur bekerja di perusahaan ternama. Di sinilah peran micromanagement dibutuhkan oleh perusahaan. Instruksi tambahan dan bimbingan yang ketat dapat membantu rekrutan terbaru agar konsisten ketika bekerja.
Dalam kata lain, bila tidak berlebihan, micromanage dapat menjadi pendekatan yang valid dan bermanfaat. Kendati demikian, perlu diingat bahwa micromanagement tidak akan memberikan efek yang baik bila dipertahankan pada tim yang sudah besar dan stabil.
2. Kekurangan Micromanagement
Micromanage adalah sebuah gaya kepemimpinan yang dapat mengganggu para pekerja dari segi fokus hingga psikis. Selain itu, sistem manajemen micromanage tidak memiliki parameter keberhasilan. Hal ini membuat perusahaan tidak dapat memberikan penilaian terhadap sistem manajemen tersebut.
Micromanagement juga tidak lagi dianggap relevan ketika perusahaan semakin berkembang dan stabil. Pekerja yang sudah matang dan mandiri membutuhkan ruang kerjanya masing-masing tanpa ada kontrol berlebih. Bahkan, micromanagement memiliki peran dalam angka turnover rate pegawai yang tinggi.
Hal ini berasal dari rasa tidak puas dan kinerja buruk pekerja yang disebabkan oleh kontrol berlebih dari atasan. Dari penjelasan ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa micromanage menghambat kualitas kerja para pegawai.
Dari berbagai sumber
Post a Comment