Pengertian Creative Accounting, Tujuan, Alasan, Jenis, dan Penerapannya
Creative Accounting |
A. Pengertian Creative Accounting (Akuntansi Kreatif)
Creative accounting (akuntansi kreatif) adalah penggunaan kemampuan tertentu oleh semua pihak untuk memahami pengetahuan akuntansi (termasuk standar, teknik, dan lain-lain) dan menggunakannya untuk memanipulasi semua proses pelaporan keuangan. Akuntansi kreatif mengacu pada permainan angka dalam laporan keuangan.
Akuntansi kreatif melibatkan banyak manipulasi, penipuan, dan kesalahan penyajian laporan keuangan, seperti permainan pembukuan (memilih untuk menggunakan metode alokasi untuk mempercepat atau menunda konfirmasi transaksi dari satu periode ke periode lainnya). Pengertian negatif ini melekat pada istilah akuntansi kreatif.
Akan tetapi, tidak semua akuntansi kreatif itu adalah sebuah kecurangan. Misalnya saja penyederhanaan beberapa bentuk laporan atau penggabungan sebuah biaya menjadi satu dalam biaya lain-lain karena di anggap jarang timbul. Hanya saja akuntansi kreatif itu sendiri adalah tidak di benarkan ketika akan melakukan kecurangan dan manipulasi data keuangan.
Creative Accounting (Akuntansi Kreatif) Menurut Para Ahli
1. Investopedia, metode creative accounting adalah metode dari praktik akuntansi yang mengikuti hukum dan peraturan yang disyaratkan, tetapi menyimpang dari standar yang ingin dicapai. Akuntansi kreatif memanfaatkan celah dalam standar akuntansi untuk secara salah menggambarkan citra perusahaan yang lebih baik. Meskipun praktik akuntansi kreatif legal, Anda bisa menggunakan aplikasi pendukung membuat pembukuan.
2. Amat, Blake dan Dowd (1999), metode creative accounting adalah sebuah proses di mana beberapa pihak menggunakan kemampuan pemahaman pengetahuan akuntansi (termasuk di dalamnya standar, teknik dsb.) dan menggunakannya untuk memanipulasi pelaporan keuangan.
3. Naser (1993), metode creative accounting adalah proses memanipulasi angka-angka akuntansi dengan mengambil keuntungan dari celah dalam aturan akuntansi dan pilihan pengukuran dan praktik pengungkapan di dalamnya untuk mengubah laporan keuangan daripada melaporkan transaksi secara netral dan konsisten.
B. Tujuan Creative Accounting (Akuntansi Kreatif)
Berbagai perusahaan yang pernah melakukan metode creative accounting pastinya memiliki tujuan agar manfaat metode creative accounting itu didapatkan secara maksimal di antaranya,
1. Bertujuan untuk terhindar dari pungutan pajak.
2. Rekayasa data keuangan untuk perbankan agar mendapatkan pinjaman.
3. Mencapai target yang ditentukan oleh analisis pasar.
4. Mempertahankan kepercayaan yang diberikan pinjaman bank dengan syarat-syarat tertentu.
5. Untuk mengecoh pemegang saham agar terkesan telah berhasil mencapai hasil yang cemerlang.
6. Memanipulasi harga saham
C. Alasan Menggunakan Creative Accounting (Akuntansi Kreatif)
Keragaman perlakuan akuntansi berasal dari fleksibilitas pelaporan keuangan, karena standar akuntansi memungkinkan hal ini. Menurut standar ini, perusahaan dapat secara fleksibel memilih dan menerapkan berbagai model pengukuran.
Oleh karena itu, perusahaan yang bergerak di area bisnis yang sama dapat memberikan laporan yang berbeda. Begitu pula untuk transaksi keuangan, kondisi ekonomi yang ada tidak selalu sama, sehingga untuk perusahaan sejenis pun dapat digunakan model pengukuran yang berbeda.
Beberapa contoh fleksibilitas ini adalah: menentukan biaya persediaan (FIFO dan rata-rata), pengakuan pendapatan (kas, tingkat angsuran atau penyelesaian), model pengukuran aset (tersedia dua metode pengukuran: metode biaya dan metode revaluasi dan berbagai yang tersedia. metode). Jenis metode penyusutan aset), tes penurunan nilai (standar memberikan opsi untuk menilai penurunan nilai) dan estimasi cadangan (tergantung pada pertimbangan manajemen).
Menerapkan prinsip akuntansi secara aktif. Terkadang perusahaan akan secara aktif mengadopsi PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) agar kinerja laporan keuangannya terlihat lebih menarik dan lebih baik, daripada menggunakan PSAK yang fleksibel untuk menampilkan laporan keuangan yang wajar. Beberapa dari praktik ini termasuk melebih-lebihkan biaya restrukturisasi perusahaan, menetapkan persentase pekerjaan yang diselesaikan, menunda biaya proyek dan mengimbangi hutang dagang.
Untuk alasan manajemen pendapatan, entitas berusaha untuk menunjukkan pendapatan yang stabil atau stabil di setiap periode pelaporan. Menurut keadaan saat ini, pengelolaan pendapatan dapat dilakukan dengan cara menunda atau mempercepat pendapatan atau pengeluaran.
Perusahaan sering mendistorsi laporan keuangan karena beberapa alasan. Termasuk: tujuan tinggi yang ditetapkan oleh pemegang saham dan kebijakan ketat yang ditetapkan oleh badan pengatur. Justru karena alasan terakhir inilah banyak manajemen perusahaan yang pada akhirnya melanggar rule of law.
D. Jenis Creative Accounting (Akuntansi Kreatif)
Saat ini, empat jenis CA sering ditemukan di antaranya,
1. Akuntansi agresif, adalah tujuan memilih dan menerapkan standar akuntansi, yang bertujuan untuk membuat pendapatan tahun berjalan lebih tinggi, terlepas dari apakah praktik tersebut sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum.
2. Manajemen laba, mengacu pada, misalnya, manajemen perkiraan yang ditentukan oleh analis atau manipulasi target yang telah ditentukan untuk mendapatkan angka yang konsisten dengan arus laba yang lebih lancar dan berkelanjutan.
3. Perataan pendapatan, adalah bentuk pengelolaan pendapatan yang dirancang untuk menghilangkan aliran laba yang berfluktuasi, termasuk metode untuk mengurangi dan “menyimpan” laba saat kinerja keuangan membaik. Sehingga laba dapat digunakan saat kinerja keuangan menurun. Penelitian sarjana saya secara khusus membahas masalah ini.
4. Laporan keuangan yang mengandung kecurangan, adalah pernyataan atau kelalaian yang sengaja dibuat palsu (dipercayakan). Atau pengungkapan angka-angka dalam laporan keuangan, dan dirancang untuk menipu pengguna laporan keuangan melalui cara-cara administratif, perdata atau pidana. Jenis terakhir kemungkinan besar digunakan untuk tujuan ilegal.
E. Penerapan Creative Accounting (Akuntansi Kreatif)
Menurut Scott (1997), dalam penerapannya ada beberapa pola yang dilakukan dalam rangka metode creative accounting di antaranya,
1. Taking Bath
Jenis pola ini biasanya terjadi adanya tekanan dari manajemen baru dikarenakan adanya kegagalan yang dilakukan oleh manajemen lama sehingga agar terhindar dari kegagalan. Biasanya pola seperti ini melakukan perubahan pada biaya-biaya yang tidak menguntungkan pada periode berjalan.
Sehingga terjadinya perubahan perkiraan-perkiraan biaya mendatang atau dikenal dengan istilah clear the decks. Perkiraan-perkiraan biaya mengakibatkan laba pada periode mendatang akan lebih tinggi dari periode sebelumnya.
2. Income Minimazation
Jenis ini hampir sama dengan jenis pola ‘taking bath’ akan tetapi jenis pola ini dilakukan pada kondisi perusahaan mengalami profit atau keuntungan sangat tinggi. Biasanya jenis pola ini melakukan penghapusan dari barang modal, aktiva tak berwujud, pembebanan biaya iklan, biaya riset dan biaya ekspansi pengembangan usaha.
Penghapusan tersebut difungsikan agar tidak mendatangkan perhatian dari pihak-pihak berkepentingan (pihak pengambil keputusan). Selain itu tujuan dari penghapusan tersebut difungsikan untuk meminimalisir nilai return on asset (ROA) yang sesuai dengan target yang dihendaki oleh pihak pengambil keputusan.
3. Income Maximazation
Jenis pola ini dimaksudkan untuk memaksimalkan tingkat laba perusahaan agar memperoleh keuntungan yang lebih besar, akan tetapi laba tersebut masih di bawah rentang atas yang telah ditetapkan.
4. Income Smoothing
Menurut Biedleman dalam Mahmud (2012), pengertian income smoothing adalah perataan laba merupakan usaha yang disengaja untuk membuat tingkat laba menjadi baik tanpa adanya fluktuasi perusahaan yang signifikan. Income smoothing juga difungsikan untuk mengurangi adanya laba yang abnormal atau di luar dari target perusahaan sehingga income smoothing dapat mempengaruhi terhadap pengambilan keputusan pimpinan dalam melakukan strategi.
5. Timing Revenue and Expense Recognition
Jenis pola ini biasanya dilakukan oleh perusahaan pada saat terjadinya pengakuan pendapatan (revenue recognition) dan pengakuan biaya (expense recognition). Dalam pengertiannya pengakuan biaya (expense recognition) adalah metode pencatatan biaya dalam laporan neraca laba-rugi yang terkait dengan kenyataan bahwa biaya harus diakui pada periode yang sama dengan pendapatan terkait.
Sedangkan pengakuan pendapatan (expense recognition) pengertian secara umum adalah pedoman untuk pengakuan pendapatan sangat luas. Prinsip pengakuan pendapatan memberikan perusahaan pengetahuan bahwa mereka harus mengakui pendapatan (1) pada saat pendapatan tersebut telah direalisasikan dan (2) pada saat telah diterima/didapatkan.
Dari berbagai sumber
Post a Comment