Pengertian Obedience, Aspek, Faktor, Indikator, Tahapan, dan Tipenya

Table of Contents
Pengertian Obedience atau Kepatuhan
Obedience (Kepatuhan)

A. Pengertian Obedience (Kepatuhan)

Obedience (kepatuhan) adalah sikap yang menunjukkan rasa patuh dengan menerima dan melakukan tuntutan atau perintah orang lain. Di dalam kepatuhan terdapat suatu kekuasaan yang mengharuskan individu melakukan suatu hal. Kepatuhan atau Obedience berasal dari kata dalam bahasa Latin “obedire” yang berarti untuk mendengar terhadap. Dengan demikian kepatuhan dapat diartikan patuh dengan perintah dan aturan.

Kepatuhan adalah sebagai unsur dasar dalam struktur kehidupan sosial. Kepatuhan terjadi dalam hubungan atau relasi yang bersifat spesifik. Misalnya seorang anak menunjukkan kepatuhannya pada orang tua, seorang siswa menunjukkan kepatuhannya pada guru dan lain-lain. Kepatuhan dapat menunjukkan beberapa sistem kekuasaan dalam kebutuhan semua kehidupan yang tidak dipaksa untuk menanggapi melalui pembangkangan atau penyerahan untuk perintah orang lain.

Obedience (Kepatuhan) Menurut Ahli
1. Matsumoto & Juang (2004), memberi batasan terhadap obedience sebagai salah satu bentuk compliance yang terjadi ketika individu mengikuti perintah langsung yang umumnya diberikan oleh seseorang dalam posisi berkuasa atau memiliki otoritas.
2. Davis & Palladino (1997), kepatuhan merupakan suatu perubahan perilaku yang terjadi ketika merespon perintah langsung.
3. Baron, Branscombe, Byrne (2008), kepatuhan atau obedience adalah jenis lain dari pengaruh sosial, di mana seseorang menaati dan mematuhi permintaan orang lain untuk melakukan tingkah laku tertentu karena adanya unsur power.
4. Feldman (2003), obedience adalah a change behavior in response to the command of others. Dengan kata lain kepatuhan merupakan suatu perubahan perilaku yang ditunjukkan dalam merespons perintah seseorang.
5. Chaplin (1999), kepatuhan adalah pemenuhan, mengalah tunduk dengan kerelaan; rela memberi menyerah, mengalah; membuat suatu keinginan konformitas sesuai dengan harapan atau kemauan orang lain.
6. Lahey (2004), kepatuhan adalah tindakan yang dilakukan berdasarkan apa yang dikatakan atau diperintahkan seseorang.
7. Kenrick, New Berg & Cialdini (2002), kepatuhan (obedience) adalah tipe khusus dari compliance di mana terjadi perubahan perilaku pada diri seseorang ketika merespons perintah yang diberikan oleh seorang figur atau orang yang memiliki kekuasaan.
8. Horowitz (2008), kepatuhan adalah proses pengaruh sosial di mana seseorang mengubah tingkah lakunya dalam menanggapi perintah langsung dari seseorang yang berwenang.
9. Taylor (2006), kepatuhan adalah suatu tindakan atau perbuatan yang dilakukan berdasarkan keinginan orang lain atau melakukan apa-apa yang diminta oleh orang lain, kepatuhan mengacu pada perilaku yang terjadi sebagai respons terhadap permintaan langsung dan berasal dari pihak lain.
10. Blass (1999), kepatuhan adalah sikap dan tingkah laku taat individu dalam arti mempercayai, menerima serta melakukan permintaan maupun perintah orang lain atau menjalankan peraturan yang telah ditetapkan.

B. Aspek Obedience (Kepatuhan)

Seseorang dapat dikatakan patuh terhadap orang lain apabila orang tersebut memiliki tiga dimensi kepatuhan yang terkait dengan sikap dan tingkah (Hartono, 2006) di antaranya,
1. Mempercayai (belief). Individu lebih patuh apabila mereka percaya bahwa tujuan dari dibentuknya suatu peraturan itu merupakan sesuatu yang penting. Individu percaya bahwa mereka diperlakukan secara adil oleh orang yang memberi perintah atau biasa disebut pemimpin, percaya pada motif pemimpin dan menganggap bahwa individu tersebut bagian dari organisasi atau kelompok yang ada dan memiliki aturan yang harus diikuti.
2. Menerima (accept). Individu yang patuh menerima dengan sepenuh hati perintah dan permintaan yang ada dalam peraturan yang telah dipercayainya. Mempercayai dan menerima merupakan aspek yang berkaitan dengan sikap individu.
3. Melakukan (act). Melakukan dan memilih taat terhadap peraturan dengan sepenuh hati dan dalam keadaan sadar. Melakukan sesuatu yang diperintahkan atau menjalankan suatu aturan dengan baik, maka individu tersebut bisa dikatakan telah memenuhi aspek-aspek dari kepatuhan.

C. Faktor Obedience (Kepatuhan)

Terdapat empat faktor yang dianggap dapat mempengaruhi kepatuhan pada diri seseorang menurut Soekanto (1992) di antaranya,
1. Indoctrination. Sejak kecil manusia telah dididik agar mematuhi kaidah-kaidah yang berlaku dalam masyarakat. Melalui proses sosialisasi manusia dididik untuk mengenal, mengetahui serta mematuhi kaidah-kaidah tersebut.
2. Habituation. Proses sosialisasi telah dialami sejak kecil, lama-kelamaan menjadi suatu kebiasaan untuk mematuhi kaidah-kaidah yang berlaku.
3. Utility. Pada dasarnya manusia mempunyai kecenderungan untuk hidup pantas dan teratur. Akan tetapi apa yang pantas dan teratur untuk seseorang, belum tentu pantas dan teratur bagi orang lain. Oleh karena itu, diperlukan suatu patokan tentang kepantasan dan keteraturan tersebut, yang dinamakan kaidah. Dengan demikian, maka salah satu faktor yang menyebabkan orang taat pada kaidah adalah karena kegunaan kaidah tersebut.
4. Group identification. Salah satu sebab seseorang patuh pada kaidah adalah karena kepatuhan tersebut merupakan salah satu sarana untuk mengadakan identifikasi dengan kelompok.

Sementara menurut Toha (2015), terdapat tiga faktor utama yang juga dipercaya mempengaruhi kepatuhan pada individu di antaranya,
1. Kepribadian. Faktor kepribadian adalah faktor internal yang dimiliki individu. Faktor ini berperan kuat mempengaruhi intensitas kepatuhan ketika berhadapan dengan situasi yang lemah dan pilihan-pilihan yang ambigu dan mengandung banyak hal. Dan faktor ini tergantung pada dimanakah individu tumbuh dan peranan pendidik yang diterimanya. Kepribadian dipengaruhi nilai-nilai dan perilaku tokoh panutan atau teladan. Bahkan kepribadian juga dipengaruhi metode pendidikan yang digunakan.
2. Kepercayaan. Suatu perilaku yang ditampilkan individu kebanyakan berdasarkan pada keyakinan yang dianut. Sikap loyalitas pada keyakinannya akan memengaruhi pengambilan keputusan. Suatu individu akan lebih mudah mematuhi peraturan yang didoktrin oleh kepercayaan yang dianut. Perilaku patuh berdasarkan kepercayaan juga disebabkan adanya penghargaan dari hukuman yang berat.
3. Lingkungan. Nilai-nilai yang tumbuh dalam suatu lingkungan nantinya juga akan memengaruhi proses internalisasi yang dilakukan oleh individu. Lingkungan yang kondusif dan komunikatif akan mampu membuat individu belajar tentang arti sebuah aturan dan kemudian menginternalisasi dalam dirinya dan ditampilkan lewat perilaku. Lingkungan yang cenderung otoriter akan membuat individu mengalami proses internalisasi dengan keterpaksaan.

Faktor-faktor lain yang juga dapat mempengaruhi kepatuhan seseorang di antaranya,
1. Informasi. Merupakan faktor utama dalam pengaruh sosial. Seseorang kadang-kadang mau melakukan sesuatu yang tidak ingin mereka lakukan hanya setelah kepada mereka diberikan sejumlah informasi, seseorang sering memengaruhi orang lain dengan memberikan mereka informasi atau argumen yang logis tentang tindakan yang seharusnya dilakukan.
2. Imbalan. Salah satu basis kekuasaan adalah kemampuan untuk memberi hasil positif bagi orang lain, membantu orang lain mendapatkan tujuan yang diinginkan atau menawarkan imbalan yang bermanfaat. Beberapa imbalan bersifat sangat personal, contohnya senyum persetujuan dari teman, atau imbalan impersonal contohnya adalah uang atau barang berharga lainnya.
3. Kekuasaan rujukan. Basis pengaruh dengan relevansi pada relasi personal atau kelompok adalah kekuasaan rujukan. Kekuasaan ini eksis ketika seseorang mengidentifikasi atau ingin menjalin hubungan dengan kelompok atau orang lain. Seseorang mungkin bersedia meniru perilaku mereka atau melakukan apa yang mereka minta karena ingin sama dengan mereka atau menjalin hubungan baik dengan mereka.
4. Paksaan. Kepatuhan dapat tercipta berupa paksaan fisik sampai ancaman hukuman atau tanda ketidaksetujuan. Misalnya, setelah gagal meyakinkan anak untuk tidur siang, si bapak mungkin secara paksa memasukkan anak ke dalam kamar, lalu ia keluar dan mengunci pintu.
5. Pengawasan. Dari percobaan yang dilakukan tentang kepatuhan menunjukkan bahwa kehadiran tetap atau pengawasan dari seorang dapat meningkatkan kepatuhan. Bila pengawas meninggalkan ruangan dan memberikan instruksinya dari jarak jauh, misalnya lewat telepon, maka yang terjadi adalah kepatuhan akan menurun.
6. Kekuasaan dan ideologi. Faktor penting yang dapat menimbulkan kepatuhan sukarela adalah penerimaan seseorang akan ideologi yang mengabsahkan kekuasaan orang yang berkuasa dan membenarkan instruksinya.

D. Indikator Obedience (Kepatuhan)

Menurut Umami (2010), kepatuhan kepada otoritas atau peraturan terjadi jika perintah dilegitimasi dalam konteks norma dan nilai-nilai kelompok. Adapun indikator kepatuhan dalam bentuk perilaku yang dapat diamati di antaranya,
1. Konformitas (conformity). Konformitas adalah suatu jenis pengaruh sosial di mana individu mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial yang ada.
2. Penerimaan (compliance). Penerimaan adalah kecenderungan orang mau dipengaruhi oleh komunikasi persuasif dari orang yang berpengetahuan luas atau orang yang disukai. Dan juga merupakan tindakan yang dilakukan dengan senang hati karena percaya terhadap tekanan atau norma sosial dalam kelompok atau masyarakat.
3. Ketaatan (obedience). Ketaatan merupakan suatu bentuk perilaku menyerahkan diri sepenuhnya pada pihak yang memiliki wewenang, bukan terletak pada kemarahan atau agresi yang meningkat, tetapi lebih pada bentuk hubungan mereka dengan pihak yang berwenang.

E. Tahap Obedience (Kepatuhan)

Djahiri menguraikan perkembangan tahapan dari kepatuhan, yang dapat ditelaah dari aspek proses tahapan maupun landasannya di antaranya,
1. Tahap instruktif (taat karena perintah)
2. Tahap patuh, karena dasar adanya hadiah atau takut
3. Tahap patuh karena kebanggaan dan dosa
4. Tahap patuh karena penerimaan/pengaturan dari dalam diri anak itu sendiri.

F. Tipe Obedience (Kepatuhan)

Ada beberapa tipe kepatuhan (Sarbaini, 2012) di antaranya,
1. Otoritarian. Suatu kepatuhan tanpa reserve, kepatuhan yang “ikut-ikutan atau sering disebut “bebekisme”.
2. Konformist. Kepatuhan tipe ini mempunyai tiga bentuk; konformist yang directed, yaitu penyesuaian diri terhadap masyarakat atau orang lain, konformist hedonis, kepatuhan yang berorientasi pada “untung-ruginya” bagi diri sendiri, dan konformist integral adalah kepatuhan yang menyesuaikan diri sendiri dengan kepentingan masyarakat berdasarkan kesadaran dan pertimbangan rasional.
3. Compulsive deviant. Kepatuhan yang tidak konsisten, atau apa yang sering disebut “plinplan”.
4. Hedonik psikopatik. Kepatuhan pada kekayaan tanpa memperhitungkan kepentingan orang lain.
5. Supra moralist. Kepatuhan karena keyakinan yang tertinggi terhadap nilai-nilai moral.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment