Pengertian Life Satisfaction, Aspek, Karakteristik, Faktor, Tolok Ukur, dan Teorinya

Pengertian Life Satisfaction atau Kepuasan Hidup
Life Satisfaction (Kepuasan Hidup)

A. Pengertian Life Satisfaction (Kepuasan Hidup)
Life satisfaction (kepuasan hidup) adalah penilaian secara kognitif mengenai seberapa baik dan memuaskan hal-hal yang sudah dilakukan individu dalam kehidupannya secara menyeluruh dan atas area-area utama yang mereka anggap penting dalam hidup (domain satisfaction) berdasarkan suatu standar atau patokan yang dibuat oleh individu itu sendiri.

Kepuasan hidup merupakan komponen kognitif dari subjective well being yang mengacu kepada perasaan subjektif individu bahwa kehidupannya berjalan dengan baik. Seseorang yang umumnya puas dengan kehidupannya juga akan mengevaluasi domain penting dalam kehidupan dengan lebih positif, meskipun kepuasan hidup secara umum tidak hanya didasarkan pada kepuasan terhadap domain tersebut saja.

Life Satisfaction (Kepuasan Hidup) Menurut Para Ahli
1. Diener dan Biswas-Diener (2008), kepuasan hidup merupakan penilaian secara kognitif mengenai seberapa baik dan memuaskan hal-hal yang sudah dilakukan individu dalam kehidupannya secara menyeluruh dan atas area-area utama dalam hidup yang mereka anggap penting (domain satisfaction) seperti hubungan interpersonal, kesehatan, pekerjaan, pendapatan, spiritualitas dan aktivitas di waktu luang.
2. Sousa dan Lyubomirsky (2001), kepuasan hidup adalah sebuah penerimaan seseorang terhadap keadaan kehidupannya serta sejauh mana seseorang itu dapat memenuhi apa yang dikehendakinya secara menyeluruh.
3. Frisch (2006), kepuasan hidup adalah penilaian secara kognitif dimana seseorang membandingkan keadaannya saat ini dengan keadaan yang dianggapnya sebagai standar ideal. Semakin kecil perbedaan yang dirasakan yaitu antara apa yang diharapkan dengan apa yang dicapai oleh individu maka semakin besar kepuasan hidup seseorang.
4. Diener dan Biswas-Diener (2008), kepuasan hidup adalah penilaian secara kognitif mengenai seberapa baik dan memuaskan hal-hal yang sudah dilakukan individu dalam kehidupannya secara menyeluruh dan atas area-area utama dalam hidup yang mereka anggap penting (domain satisfaction) seperti hubungan inter-personal, kesehatan, pekerjaan, pendapatan, spiritualitas dan aktivitas di waktu luang.
5. Hurlock (2004), kepuasan hidup adalah kebahagiaan yang timbul dari pemenuhan kebutuhan atau harapan dan merupakan penyebab atau sarana untuk menikmati.
6. Santrock (2002), kepuasan hidup adalah kesejahteraan psikologis secara umum atau kepuasan terhadap kehidupan secara keseluruhan. Kepuasan hidup digunakan sebagai indeks kesejahteraan psikologis pada orang-orang dewasa lanjut, kepuasan hidup berkaitan dengan pendapatan, kesehatan, gaya hidup yang aktif serta jaringan pertemanan dan keluarga.

B. Aspek Life Satisfaction (Kepuasan Hidup)
Terdapat tiga aspek utama dalam kepuasan hidup menurut Harlock (2004) di antaranya,
1. Menerima (acceotance). Menerima timbul dari penyesuaian diri maupun sosial yang baik, kebahagiaan banyak tergantung pada sikap menerima dan menikmati keadaan yang dimiliki orang lain dengan apa yang dimilikinya.
2. Kasih sayang. Kasih sayang merupakan hasil normal dari sikap diterima oleh orang lain, semakin diterima baik orang lain, semakin banyak diharapkan cinta dari orang lain.
3. Prestasi. Kerja keras dan pengorbanan pribadi dapat memperoleh uang dan kekuasaan.

C. Karakteristik Life Satisfaction (Kepuasan Hidup)
Kepuasan hidup seseorang menunjukkan sebuah kesenangan atau penerimaan hidup individu tersebut, atau pemenuhan keinginan dan kebutuhan hidup individu secara keseluruhan. Individu yang puas akan kehidupannya adalah individu yang menilai bahwa kehidupannya memang tidak sempurna tetapi segala sesuatunya berjalan dengan baik, dan selalu mempunyai keinginan untuk berkembang serta menyukai tantangan.

Karakteristik individu yang menunjukkan kepuasan hidup ditandai dengan ciri atau hal-hal menurut Ryff (1989) di antaranya,
1. Self acceptance (penerimaan diri). Self Acceptance didefinisikan sebagai suatu ciri sentral dari kesehatan mental sebagaimana karakteristik dari aktualisasi diri, fungsi individu yang optimal.
2. Positive relations with others (hubungan positif dengan orang lain). Orang yang telah mencapai self actualization digambarkan mempunyai perasaan yang kuat terhadap empati dan afeksi terhadap semua orang, dan mempunyai kecakapan dalam memberikan cinta, pertemanan yang dalam, dan mengidentifikasi orang lain secara lebih lengkap. Kehangatan berhubungan dengan orang lain merupakan suatu kriteria dari kematangan seseorang.
3. Outonomy (kemandirian). Pribadi yang mempunyai otonomi yang tinggi diidentifikasikan sebagai pribadi yang mempunyai ketentuan diri dan mandiri, mampu mengatur perilaku dan mengevaluasi diri dengan standar dirinya sendiri.
4. Environmental mastery (penguasaan lingkungan). Individu dengan penguasaan lingkungan yang baik adalah seseorang yang mempunyai kemampuan dalam penguasaan dan kecakapan dalam mengatur lingkungannya, mempunyai kontrol terhadap aktivitas eksternal, membuat segala sesuatu menjadi efektif dengan menggunakan kesempatan yang ada, mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dan nilai pribadi.
5. Purpose in life (tujuan hidup). Individu yang mempunyai tujuan hidup terarah, merasakan kebermaknaan dalam hidup saat ini dan masa lalunya, percaya terhadap tujuan hidupnya. Individu yang kurang mempunyai tujuan hidup digambarkan sebagai individu yang kurang memiliki rasa bermakna dalam hidup, mempunyai banyak tujuan dan sasaran hidup, kurang terarah, tidak melihat tujuannya pada masa lalu, tidak memiliki harapan, pandangan, atau kepercayaan.
6. Personal growth (perkembangan pribadi). Pribadi yang mempunyai personal growth yang baik digambarkan mempunyai perasaan untuk melanjutkan perkembangan, melihat dirinya sebagai pribadi yang selalu berkembang, terbuka terhadap pengalaman baru, mempunyai keinginan untuk merealisasikan potensi yang dimilikinya, selalu berusaha dan memperbaiki diri dan perilakunya sepanjang waktu, berubah ke cara yang merefleksikan efektivitas dan pengetahuan diri yang lebih baik.

D. Faktor Life Satisfaction (Kepuasan Hidup)
Komponen afektif dan kognitif dari subjective well being dipengaruhi oleh faktor penyebab yang berbeda. Predikator perubahan pada komponen kognitif lebih kepada perubahan yang terjadi pada domain penting dalam hidup individu (Headey et al.). Beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya kebahagiaan secara umum dan khususnya kepuasan hidup pada seorang individu di antaranya,
1. Kesehatan
Diener (dalam Carr, 2004) mengatakan bahwa hal yang berkaitan dengan kebahagiaan adalah penilaian subjektif individu mengenai kesehatannya dan bukan atas penilaian objektif yang didasarkan pada analisa medis. Kesehatan yang baik memungkinkan orang pada usia berapa pun dapat melakukan aktivitas. Sedangkan kesehatan yang buruk atau ketidakmampuan fisik dapat menjadi penghalang untuk mencapai kepuasan bagi keinginan dan kebutuhan individu, sehingga menimbulkan rasa tidak bahagia (Hurlock, 1980).

Diener dan Biswas-Diener (2008) juga mengatakan bahwa individu yang bahagia lebih jarang mengalami sakit daripada individu yang tidak bahagia. Hal ini dikarenakan kebahagiaan dapat menangkis infeksi penyakit, pertahanan melawan gaya hidup yang dapat menimbulkan penyakit dan melindungi dari penyakit jantung. Sementara itu, ketidakbahagiaan dan depresi dikatakan dapat membahayakan kesehatan individu.

Olahraga juga dikatakan mempunyai dampak jangka pendek dan jangka panjang terhadap kesehatan dan kebahagiaan individu. Hal ini dikemukakan oleh Argyle dan Serafino (dalam Carr, 2004) yang menyatakan bahwa dampak jangka pendek dari olahraga adalah dapat menimbulkan emosi positif yaitu dengan adanya pengeluaran endorphin diotak.

Lebih lanjut, dampak jangka panjangnya adalah mengurangi depresi dan kecemasan, meningkatkan kecepatan dan ketepatan kerja, memperbaiki konsep diri dan meningkatkan kebugaran tubuh dan fungsi kardiovaskuler yang baik serta mengurangi risiko timbulnya penyakit sehingga pada akhirnya mengarah pada kebahagiaan.

2. Status Kerja
Argyle (dalam Carr, 2004) mengatakan bahwa individu dengan status bekerja lebih bahagia daripada individu yang tidak bekerja dan begitu juga dengan individu yang profesional dan terampil tampak lebih bahagia daripada individu yang tidak terampil. Wright (dalam Diener, 2009) juga mengatakan bahwa individu yang bekerja dengan menerima upah lebih bahagia daripada individu bekerja yang tidak menerima upah.

Diener et al. (2008) juga mengatakan bahwa ketika individu menikmati pekerjaannya dan merasa pekerjaan tersebut adalah hal yang penting dan bermakna maka individu akan puas terhadap kehidupannya. Sebaliknya, ketika individu merasa pekerjaannya buruk oleh karena lingkungan pekerjaan yang buruk dan kurang sesuai dengan diri individu tersebut maka individu akan merasa tidak puas pada kehidupannya.

Lebih lanjut, Hurlock (1980) mengatakan bahwa semakin rutin sifat pekerjaan dan semakin sedikit kesempatan untuk mempunyai otonomi dalam pekerjaan, maka kepuasan akan semakin berkurang. Hal ini dapat dilihat pada tugas sehari-hari yang diberikan kepada anak-anak dan juga pekerjaan orang-orang dewasa.

3. Penghasilan/Pendapatan
Penghasilan berkaitan dengan kepuasan finansial dan kepuasan finansial berkaitan dengan life satisfaction (Diener & Oishi dalam Eid & Larsen, 2008). Diener dan Seligman (dalam Weiten & Llyod, 2006) juga mengatakan bahwa penghasilan mempunyai hubungan yang lemah dengan kebahagiaan. Dalam hal ini, kemiskinan dilaporkan dapat menyebabkan individu tidak bahagia, namun kekayaan juga dikatakan tidak selamanya menyebabkan individu bahagia.

4. Realisme dari Konsep-Konsep Peran
Masa dewasa dini merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Orang dewasa muda diharapkan memainkan peran baru, seperti peran suami/istri, orang tua dan pencari nafkah dan mengembangkan sikap-sikap baru, keinginan-keinginan dan nilai- nilai baru sesuai dengan tugas-tugas baru ini. Semakin berhasil seseorang melaksanakan tugas tersebut semakin hal itu dihubungkan dengan prestise, maka semakin besar kepuasan yang ditimbulkan (Hurlock, 1980).

Myers juga mengatakan bahwa individu baik pria maupun wanita yang telah menikah lebih bahagia daripada individu yang tidak menikah, baik yang bercerai, berpisah maupun tidak pernah menikah sama sekali. Hal tersebut dikarenakan pernikahan menyediakan intimasi psikologis dan fisik, yang meliputi memiliki anak dan membangun rumah, peran sosial sebagai orangtua dan pasangan, dan menegaskan identitas dan menciptakan keturunan.

5. Pernikahan
Meskipun hubungan romantis dapat menimbulkan keadaan stres, namun hubungan romantis juga adalah sumber kebahagiaan (Weiten & Llyod, 2006). Penelitian menunjukkan bahwa individu yang telah menikah memiliki subjective well being yang lebih tinggi daripada kelompok individu yang tidak menikah (Diener, 2009).

Glenn juga mengatakan bahwa meskipun wanita yang menikah mungkin dilaporkan mengalami gejala stress yang lebih besar daripada wanita yang tidak menikah, mereka juga dilaporkan memiliki life satisfaction yang lebih tinggi. Lebih lanjut, pernikahan merupakan predictor utama dari subjective well being ketika faktor pendidikan, pendapatan, dan status pekerjaan dikontrol.

Pernikahan yang memiliki komunikasi yang saling menghargai dan jelas serta saling memaafkan kesalahan masing-masing berkaitan dengan tingkat kepuasan yang tinggi sehingga mengakibatkan kebahagiaan yang lebih tinggi.

6. Usia
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Bradburn dan Caplovitz menemukan bahwa individu usia muda lebih bahagia daripada individu yang berusia lanjut. Akan tetapi, sejumlah tokoh mengadakan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan penelitian tersebut dan hasilnya menunjukkan dua hal, ada penelitian yang menunjukkan tidak ada efek usia terhadap kebahagiaan tetapi ada juga penelitian yang menemukan adanya hubungan yang positif antara usia dengan life satisfaction (Diener, 2009).

7. Pendidikan
Pendidikan tidak mempunyai dampak yang signifikan terhadap subjective well being (Palmore; Palmore & Luikart, 2009) dan memiliki interaksi dengan variabel lain yaitu pendapatan (Bradburn & Caplovitz, 2009). Namun, beberapa penelitian juga menemukan bahwa pendidikan mempunyai dampak positif terhadap kebahagiaan wanita (Freudiger; Glenn & Weaver; dan Mitchell, 2009).

8. Agama/Kepercayaan
Myers mengatakan bahwa agama dapat memberikan tujuan dan makna hidup, membantu individu mensyukuri kegagalannya, memberikan individu komunitas yang supportif, dan memberikan pemahaman mengenai kematian secara benar. Agama menyediakan manfaat bagi kehidupan sosial dan psikologis individu sehingga akhirnya meningkatkan life satisfaction. Agama dapat menyediakan perasaan bermakna dalam kehidupan setiap hari terutama saat masa krisis. Selain itu, juga menyediakan identitas kolektif dan jaringan sosial dari sekumpulan individu yang memiliki kesamaan sikap dan nilai. (Diener et al., 2009).

9. Hubungan sosial
Hubungan sosial memiliki dampak yang signifikan terhadap life satisfaction. Individu yang memiliki kedekatan dengan orang lain, memiliki teman dan keluarga yang supportif cenderung puas akan seluruh kehidupannya. Sebaliknya, kehilangan orang yang disayangi akan menyebabkan individu menjadi tidak puas akan hidupnya dan individu tersebut memerlukan waktu untuk kembali menilai kehidupannya secara positif (Diener et al., 2009).

E. Tolok Ukur Life Satisfaction (Kepuasan Hidup)
Tolok ukur kepuasan hidup terdiri dari beberapa aspek menurut Diener dan Biswas-Diener (2008) di antaranya,
1. Keinginan untuk mengubah kehidupan. Individu yang memiliki kepuasan hidup, maka dalam dirinya juga memiliki perasaan untuk menjadikan hidupnya lebih baik, dalam hal ini bagian kehidupan yang hendak diubah tidak hanya pada satu aspek seperti kesehatan, namun juga sebagian besar aspek yang akan menambah kualitas kepuasan hidup.
2. Kepuasan terhadap hidup saat ini. Aspek kedua dalam dimiliki seseorang dengan tingkat kepuasan hidup yang baik adalah dengan merasa bahwa kehidupan yang sekarang ini di jalani adalah kehidupan yang baik serta memuaskan.
3. Kepuasan hidup di masa lalu. Kepuasan hidup juga ditandai dengan ketidak-adanya penyesalan tentang apapun yang terjadi di masa lalu, masa lalu terasa ringan untuk dilupakan namun juga sebagai salah satu pengalaman untuk evaluasi diri dimasa kini.
4. Kepuasan terhadap kehidupan di masa depan. Masa depan adalah misteri kehidupan, namun orang-orang dengan tingkat kepuasan hidup yang tinggi memiliki optimisme yang baik terhadap kehidupan di masa depan.
5. Penilaian orang lain terhadap kehidupan seseorang. Penilaian orang lain terhadap kehidupan individu juga merupakan salah satu aspek kepuasan kehidupan, dikarenakan pertimbangan orang lain selalu individu perlukan mengingat keterbatasan individu secara manusiawi.

F. Teori Life Satisfaction (Kepuasan Hidup)
Secara konsep, domain satisfaction merupakan bagian dari kepuasan hidup. Hubungan antara kepuasan hidup dan domain satisfaction tersebut dapat dijelaskan melalui 2 pendekatan teori subjective wellbeing  di antaranya,
1. Bottom up theories mengasumsikan bahwa penilaian kepuasan hidup dilakukan berdasarkan pengukuran satisfaction pada sejumlah domain kehidupan. Hubungan kepuasan hidup dan domain satisfaction menggambarkan pengaruh sebab akibat domain satisfaction terhadap kepuasan hidup.

Sebagai contoh, individu yang memiliki marital satisfaction (domain satisfaction) tinggi juga memiliki kepuasan hidup tinggi karena marital satisfaction merupakan aspek penting dari kepuasan hidup. Menurut teori ini, perubahan yang terjadi pada domain satisfaction juga akan mengakibatkan perubahan pada kepuasan hidup.

2. Top down theories menjelaskan kebalikan dari asumsi bottom up theories. Seorang individu yang puas atas hidupnya secara keseluruhan juga akan menilai area (domain) penting dalam kehidupannya secara lebih positif, meskipun kepuasan hidup tidak berdasar pada kepuasan atas area penting tersebut. Menurut teori ini, perubahan yang terjadi pada domain satisfaction tidak akan mengakibatkan terjadinya perubahan pada kepuasan hidup.

Schimmack juga menjelaskan hubungan antara kepuasan hidup dan kepuasan hidup dengan mengatakan bahwa apabila kepuasan hidup semakin meningkat, maka domain satisfaction mungkin meningkat tanpa adanya perubahan objektif pada domain tersebut.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Pengertian Life Satisfaction, Aspek, Karakteristik, Faktor, Tolok Ukur, dan Teorinya"