Pengertian Lean Manufacturing, Prinsip, Parameter, Tujuan, Manfaat, Implementasi, dan Perhitungannya

Pengertian Lean Manufacturing
Lean Manufacturing

A. Pengertian Lean Manufacturing
Lean manufacturing adalah praktik produksi yang mempertimbangkan segala pengeluaran sumber daya yang ada untuk mendapatkan nilai ekonomis terhadap pelanggan tanpa adanya pemborosan. Pemborosan inilah yang menjadi target untuk dikurangi. Sebagian besar perusahaan yang bergerak di bidang produksi akan menggunakan lean manufacturing.

Lean merupakan upaya yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk mencegah serta menghilangkan pemborosan sehingga bisa meningkatkan nilai tambah produk untuk konsumen. Konsep lean ini akan tergambar jelas di lapangan pada tingkat rasio nilai tambah terhadap pemborosan.

Konsep lean pada awalnya dikenalkan pada ford production system yang disusun pada tahun 1990-an oleh Henry Ford. Beliau mengemukakan mengenai flow production yang berarti saat suatu tugas atau aktivitas diselesaikan, maka tugas atau aktivitas yang selanjutnya harus dimulai. Konsep tersebut selanjutnya dikembangkan dan dipraktikkan pada Toyota Production System oleh Kichiro Toyoda.

Lean Manufacturing Menurut Para Ahli
Gaspersz (2006), lean merupakan suatu pendekatan sistematik untuk mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan (waste) atau aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai tambah (non value adding activities) melalui perbaikan yang berkelanjutan (continous improvement).

Menurut Gaspersz (2006), konsep dasar lean adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi nilai produk (barang dan/jasa) berdasarkan perspektif pelanggan, di mana pelanggan menginginkan produk (barang/jasa) berkualitas superior, dengan harga yang kompetitif pada pelayanan yang tepat waktu.
2. Mengidentifikasi value stream process mapping (pemetaan proses pada value stream) untuk setiap produk (barang/jasa).
3. Menghilangkan pemborosan yang tidak bernilai tambah dari semua aktivitas sepanjang value stream.
4. Mengorganisasikan agar material, informasi, dan produk itu mengalir secara lancar dan efisien sepanjang proses value stream menggunakan sistem tarik (pull system).
5. Mencari terus menerus berbagai teknik dan alat-alat peningkatan untuk mencapai keunggulan dan peningkatan terus menerus.

B. Prinsip Dasar Lean Manufacturing
Terdapat lima prinsip utama dari lean menurut Graban (2009) di antaranya,
1. Mengidentifkasi Value
Value adalah produk yang memiliki kualitas, harga dan waktu yang tepat sehingga dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Value juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat ditawarkan kepada konsumen untuk dimiliki, digunakan, dikonsumsi, ataupun dinikmati guna memenuhi suatu kebutuhan dan keinginan.

Persepsi value suatu produk antara produsen dan konsumen mempunyai cara pandang yang berbeda. Dari pihak produsen value suatu produk atau jasa adalah efisiensi bahan baku, cost, tenaga, waktu dan sebagainya. Namun dari pihak konsumen, suatu produk atau jasa memiliki value apabila memiliki fungsi bagi dirinya, cepat dalam pengantaran, indah, tahan lama, kualitas baik dan sebagainya.

Pelaksanaan konsep lean merupakan bentuk penyesuaian mengenai value suatu produk dari sudut pandang konsumen terhadap sudut pandang produsen berupa kemampuan penyediaan sumber daya sehingga timbul harapan terciptanya suatu produk atau jasa yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.

2. Menetapkan Value Stream
Value Stream adalah langkah yang harus diterapkan setelah mengetahui apa yang dianggap bernilai dimata pelanggan meliputi proses-proses membuat, memproduksi dan menyerahkan produk atau jasa ke pasar. Langkah ini ditujukan untuk mengidentifikasi semua tahapan proses mana yang memberikan nilai tambah bagi konsumen akhir dan mana yang tidak memberikan nilai tambah sehingga harus dieleminasi.

3. Melakukan One Piece Flow
Permasalahan yang ada akan dimunculkan ke permukaan, hal ini sangat penting dalam lean. Ketika permasalahan itu muncul akan segera dicarikan solusi yang tepat. Pengambilan strategi untuk memunculkan permasalahan ke permukaan adalah dengan mengorganisasi materi, proses dan aliran sumber daya yang kontinyu.

Aliran kontinu dilakukan dengan maksud ketika terdapat permasalahan maka segera menghentikan proses dan mencari solusi yang tepat. Para pekerja dituntut untuk menyumbangkan ide, gagasan atau apapun bentuknya guna menemukan solusi sehingga kegiatan produksi dapat berjalan kembali.

4. Menerapkan sistem tarik atau pull system (Customer Pull)
Sistem produksi menggunakan dua pendekatan yaitu melakukan perencanaan dan penjadwalan. Pertama adalah product push yaitu perusahaan memproduksi berdasarkan kemampuan atau kapasitas produksinya. Kedua adalah market pull yaitu suatu produk diproduksi sesuai kebutuhan konsumen meliputi jumlah dan jenis pesanannya. Terdapat kesesuaian antara konsep sistem tarik dengan market pull yang mempunyai makna nilai tambah dalam proses pelayanan harus dilihat dari sudut pandang dan kebutuhan konsumen. Apabila tidak memberikan nilai tambah bagi kepuasan konsumen sebaiknya di eleminasi atau diminimalisasi.

5. Melaksanakan perbaikan berkelanjutan atau continuous improvement
Implementasi keempat prinsip di atas belum merupakan akhir dari proses pengurangan waste, waktu, biaya dan kesalahan, melainkan awal dari suatu perbaikan jangka panjang. Proses perbaikan dilakukan tidak hanya satu kali saja melainkan sepanjang masih berdirinya sebuah perusahaan.

Sebaiknya perlu melakukan perbaikan berkelanjutan yang berulang secara terus menerus sehingga terciptalah suatu siklus di mana kondisi terakhir dari siklus pertama menjadi awal tindakan pada siklus kedua. Dengan seiring berjalannya siklus tersebut akan ditemukanlah cara-cara yang terbaik untuk mengatasi masalah yang ada.

C. Parameter Lean Manufacturing
Perusahaan sebaiknya mengidentifikasi kemungkinan pemborosan atau waste yang ada pada keseluruhan tingkat proses. Berikut ini adalah parameter yang dapat diidentifikasi oleh perusahaan agar tercipta keadaan yang lean di antaranya,
1. Inventory, yaitu persediaan atau simpanan cadangan, baik berupa bahan baku, work in process, atau finished goods dalam periode waktu tertentu.
2. Raw material, yaitu bahan baku yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu produk.
3. Work in Process (WIP), yaitu produk yang belum selesai mengalami proses manufaktur secara lengkap. Biasanya karena masih menunggu proses selanjutnya.
4. Finished goods (FG), yaitu produk jadi yang telah mengalami proses tahapan produksi dan siap untuk didistribusikan kepada pelanggan.
5. Scrap, yaitu hasil sisa produksi yang tidak memiliki nilai ekonomis atau hasil sisa produksi yang tidak dapat didaur ulang.
6. Headcount, yaitu jumlah operator yang bertugas pada suatu proses.
7. Transportation, yaitu jarak dan waktu ditempuh suatu produk dari lokasi yang satu ke lokasi yang lain.
8. Changeover time, yaitu waktu pergantian yang dibutuhkan untuk memproduksi satu tipe produk  ke tipe produk yang lain.
9. Setup time, yaitu waktu yang dibutuhkan mesin atau operator untuk dari awal seting mesin sampai menghasilkan satu unit produk.
10. Uptime, yaitu persentase waktu yang tersedia saat proses produksi pada mesin.
11. Cycle time, yaitu waktu yang dibutuhkan oleh suatu mesin atau operator untuk membuat suatu produk.
12. Lead time, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu produk, dari awal kegiatan unloading material sampai loading produk jadi.

D. Tujuan Lean Manufacturing
Penerapan lean manufacturing pada suatu sistem produksi memiliki beberapa tujuan di antaranya,
1. Untuk mengurangi pemborosan (waste) di semua aspek produksi atau dalam rantai pasokan.
2. Untuk meningkatkan kualitas output (keluaran) atau produknya dan produktivitas.
3. Untuk memperpendek lead time (waktu yang dibutuhkan dalam produksi)

E. Manfaat Lean Manufacturing
Lean manufacturing menjadi strategi terobosan yang memungkinkan perusahaan mendapatkan banyak manfaat di antaranya,
1. Mampu menekan biaya produksi sehingga harga jual produk bisa lebih rendah dan dapat bersaing dengan kompetitor.
2. Mampu meningkatkan produktivitas produksi perusahaan
3. Mampu memenuhi lonjakan permintaan dari para pelanggan.
4. Mampu meningkatkan efisiensi proses dalam menghasilkan produk.

F. Implementasi Lean Manufacturing
Hal-hal yang dapat dilakukan dalam menjalankan prinsip lean seperti yang dijalankan pada Toyota Production System menurut Liker (2004) di antaranya,
1. Philosophy (pemikiran jangka panjang)
Buat keputusan manajemen berdasarkan filosofi jangka panjang, bahkan dengan mengorbankan tujuan keuangan jangka pendek.

2. Process (hilangkan pemborosan)
a. Ciptakan proses yang mengalir untuk mengungkap masalah.
b. Gunakan sistem tarik untuk menghindari produksi berlebih.
c. Ratakan beban kerja.
d. Hentikan jika terjadi masalah kualitas.
e. Lakukan standardisasi pekerjaan untuk peningkatan berkelanjutan.
f. Gunakan alat kendali visual sehingga tidak ada masalah yang tersembunyi.
g. Gunakan hanya teknologi yang handal dan benar-benar teruji.

3. People and Partners (hormati, tantang, dan kembangkan mereka)
a. Kembangkan pemimpin yang menjiwai dan menjalankan filosofi.
b. Hormati, kembangkan, dan tantang orang-orang dan tim Anda.
c. Hormati, bantu, dan tantang pemasok Anda.

4. Problem Solving (peningkatan dan pembelajaran berkesinambungan)
a. Pembelajaran organisasi secara terus-menerus melalui Kaizen.
b. Lihatlah dengan mata kepala sendiri agar lebih memahami situasi dengan benar.
c. Buatlah keputusan secara perlahan melalui konsensus, dengan hati-hati mempertimbangkan semua kemungkinan; Implementasi dengan cepat.

Adapun tahapan dalam implementasi lean di perusahaan di antaranya,
1. Berusaha melihat waste yang ada di perusahaan dan melakukan eliminasi terhadap waste yang ada. Apabila perusahaan tidak mengatasi pemborosan tersebut, maka masalah tersebut akan muncul terus-menerus.
2. Mengidentifikasi waste yang terjadi, dimana tahap ini membantu untuk menganalisa penyebab waste dengan menggunakan berbagai metode yaitu: value stream mapping, diagram fishbone, pareto chart.
3. Menemukan solusi untuk mengatasi permasalahan waste yang telah diidentifikasi. Dengan melihat permasalahan secara keseluruhan maka dapat membuat sebuah solusi untuk mengurangi waste yang ada.
4. Melakukan implementasi dari solusi yang telah dibuat. Tahap ini memerlukan waktu yang lama dan diperlukan proses pelatihan pekerja agar dapat menerapkan solusi yang dipilih. Selain itu perlu adanya perbaikan secara kontinu agar waste dapat di evaluasi dan dikurangi.

G. Perhitungan Matriks Lean Manufacturing
Untuk melakukan penerapan lean pada suatu perusahaan, hal pertama yang harus dilakukan adalah melakukan pengukuran metrik lean. Pengukuran metrik lean ini akan memberikan gambaran awal mengenai kondisi perusahaan sebelum diterapkan lean dan bila lean telah diterapkan maka akan terlihat perubahan pada nilai yang baik pada metrik-metrik ini.

Salah satu metrik lean yang pelu diukur antara lain Efisiensi Siklus Proses (Process Cycle Efficiency). Efisiensi siklus proses adalah suatu cara dengan melakukan pengukuran untuk melihat keefisienan suatu pabrik, karena dengan menggunakan metrik ini dapat dilihat bagaimana persentase antara waktu proses terhadap waktu keseluruhan produksi yang dilakukan oleh pabrik. Suatu proses dapat dikatakan Lean jika nilai PCE > 30%.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Pengertian Lean Manufacturing, Prinsip, Parameter, Tujuan, Manfaat, Implementasi, dan Perhitungannya"