Pengertian Kebangkrutan, Faktor Penyebab, dan Indikatornya
Kebangkrutan |
A. Pengertian Kebangkrutan
Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan mengalami ketidakcukupan dana untuk menjalankan usahanya. Kebangkrutan juga di artikan sebagai sebuah di mana perusahaan tidak mampu lagi untuk melunasi kewajibannya. Kondisi ini biasanya tidak muncul begitu saja di perusahaan, ada indikasi awal dari perusahaan tersebut yang biasanya dapat dikenali lebih dini kalau laporan keuangan dianalisis secara lebih cermat dengan suatu cara tertentu. Rasio keuangan dapat digunakan sebagai indikasi adanya kebangkrutan di perusahaan (Toto, 2011:332).
Kebangkrutan Menurut Para Ahli
1. Lesmana (2003:174), kebangkrutan adalah ketidakpastian mengenai kemampuan atas suatu perusahaan untuk melanjutkan kegiatan operasinya jika kondisi keuangan yang dimiliki mengalami penurunan.
2. Prihadi (2008:177), kebangkrutan adalah kondisi di mana perusahaan tidak mampu lagi untuk melunasi kewajibannya.
3. Darsono (2005:165), kebangkrutan adalah kegagalan perusahaan di mana menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba.
4. Gitman (2012:738), bankruptcy is business failure that occurs when the started value of a firm’s liabilities exceeds the fair market value of its assets
5. Hadi (2008), kebangkrutan sering disebut likuidasi perusahaan atau penutupan perusahaan atau insolvabilitas.
6. Undang-undang N0.4 tahun 1998 tentang kepailitan, menyatakan bahwa kebangkrutan sebagai suatu situasi yang dinyatakan pailit oleh keputusan pengadilan.
7. Brigham (2012: 2-3), kebangkrutan adalah suatu kegagalan yang terjadi pada perusahaan yang bisa diartikan dengan:
a. Kegagalan Ekonomi (Economic Distressed), merupakan kondisi perusahaan kehilangan uang atau pendapatan perusahaan tidak mampu menutupi biayanya sendiri, artinya ini tingkat labanya lebih kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas perusahaan lebih kecil dari kewajiban. Kegagalan terjadi bila arus kas sebenarnya dari perusahaan tersebut jauh di bawah arus kas yang diharapkan.
b. Kegagalan Keuangan (Financial Distressed), merupakan kondisi perusahaan yang mana kesulitan dana baik dalam arti dana di dalam pengertian kas atau dalam pengertian modal kerja. Sebagian asset liabilty management sangat berperan dalam pengaturan untuk menjaga agar tidak terkena kegagalan keuangan. Kegagalan keuangan dapat diartikan juga sebagai insolvensi yang membedakan antara dasar arus kas dan dasar saham.
B. Faktor Penyebab Kebangkrutan
Terdapat tiga faktor penyebab kebangkrutan atau kegagalan perusahaan (Sartono, 1994) di antaranya,
1. Perusahaan yang menghadapi technically insolvent, jika perusahaan tidak dapat memenuhi kewajibannya yang segera jatuh tempo tetapi asset perusahaan nilainya lebih tinggi daripada hutangnya.
2. Perusahaan yang menghadapi legally insolvent, jika nilai asset perusahaan lebih rendah daripada nilai utang perusahaan.
3. Perusahaan yang menghadapi kebangkrutan yaitu jika tidak dapat membayar utangnya dan oleh pengadilan dinyatakan pailit.
Secara umum faktor-faktor penyebab kebangkrutan (Reny, 2011:28) di antaranya,
1. Faktor Ekonomi. Faktor-faktor penyebab kebangkrutan dari sektor ekonomi adalah gejala inflasi dan deflasi dalam harga barang dan jasa, kebijakan keuangan, suku bunga dan devaluasi uang dalam hubungannya dengan uang asing serta neraca pembayaran, surplus dalam hubungannya dengan perdagangan luar negeri.
2. Faktor Sosial. Faktor sosial yang sangat berpengaruh terhadap kebangkrutan cenderung pada perubahan gaya hidup masyarakat yang mempengaruhi permintaan terhadap produk dan jasa ataupun cara perusahaan berhubungan dengan karyawan.
3. Faktor Teknologi. Penggunaan teknologi informasi juga menyebabkan biaya yang ditanggung perusahaan membengkak terutama untuk pemeliharaan dan implementasi yang tidak terencana, sistemnya tidak terpadu dan para manajer pengguna kurang profesional.
4. Faktor Pemerintah. Kebijakan pemerintah terhadap pencabutan subsidi pada perusahaan dan industri, pengenaan tarif ekspor dan impor barang yang berubah, kebijakan undang-undang baru bagi perbankan atau tenaga kerja dan lain-lain.
5. Faktor Pelanggan. Perusahaan harus mengidentifikasi sifat konsumen, untuk menghindari kehilangan konsumen, juga untuk menciptakan peluang, menemukan konsumen baru dan menghindari menurunnya hasil penjualan dan mencegah konsumen berpaling ke pesaing.
6. Faktor Pemasok. Perusahaan dan pemasok harus tetap bekerjasama dengan baik karena kekuatan pemasok untuk menaikkan harga dan mengurangi keuntungan pembelinya tergantung pada seberapa besar pemasok ini berhubungan dengan perdagangan bebas.
7. Faktor Pesaing. Perusahaan juga jangan melupakan persaingan karena kalau produk pesaing lebih diterima di masyarakat, maka perusahaan akan kehilangan konsumen dan hal tersebut akan berakibat menurunnya pendapatan perusahaan.
Penyebab kebangkrutan biasanya merupakan akibat keputusan yang tidak tepat di masa lalu atau mungkin karena pihak manajemen perusahaan gagal mengambil tindakan yang tepat pada saat yang dibutuhkan (Yanuar, 2009:12):
1. Kredit yang diberikan pada pelanggan terlalu besar karena persyaratan kredit yang sangat longgar atau jangka waktu kredit sangat panjang.
2. Ketidakmampuan manajemen, sering kali suatu bisnis gagal karena kualifikasi personalia pihak manajemen yang kurang bagus dan kurangnya kemampuan, pengalaman, keterampilan, serta kurang inisiatif dapat menyebabkan tidak tercapainya tujuan perusahaan.
3. Kekurangan modal. Jika perusahaan mengalami kerugian operasi juga mengalami kekurangan modal maka kemungkinan besar perusahaan tidak akan mampu lagi untuk membiayai operasi dan membayar kewajibannya tepat pada tanggal jatuh tempo.
C. Indikator Kebangkrutan
Dalam perusahaan jika akan terjadi kebangkrutan dapat diprediksi dengan adanya indikator menurut Hanafi (2003: 264) di antaranya,
1. Analisis arus kas untuk saat ini atau masa mendatang
2. Analisis strategi perusahaan, adalah analisis yang berfokus pada persaingan yang dihadapi oleh perusahaan.
3. Struktur biaya relatif terhadap pesaingnya.
4. Kualitas manajemennya
5. Kemampuan manajeman untuk mengendalikan biaya.
Kebangkrutan perusahaan dapat ditemukan beberapa tanda atau indikator manajerial dan operasional menurut Fahkrurozie (2007:18) di antaranya,
1. Indikator Lingkungan Bisnis. Pertumbuhan ekonomi yang rendah bisa jadi indikator yang penting pada lemahnya peluang bisnis, terlebih lagi jika di saat yang sama banyak perusahaan baru yang masuk pasar. Besarnya perusahaan tertentu bisa jadi sebab mengecilnya perusahaan lain.
2. Indikator Internal. Jika manajemen tidak bisa melakukan perkiraan bisnis dengan alat analisa apapun yang dipakai, sehingga manajemen kesulitan mengembangkan sikap proaktif. Lebih cenderung bersikap reaktif dan karena hal tersebut biasanya terlambat mengatisipasi perubahan.
3. Indikator Kombinasi. Sering terjadi perusahaan bangkrut dikarenakan interaksi ancaman yang berasal dari lingkungan bisnis dan kelemahan yang asalnya dari lingkungan perusahaan itu sendiri. Jika hal ini disebabkan oleh keduanya, maka akan membawa akibat yang lebih kompleks dibanding disebabkan oleh salah satu saja.
Dari berbagai sumber
Post a Comment