Pengertian Social Intelligence (Kecerdasan Sosial), Aspek, Faktor, dan Cara Meningkatkannya

Pengertian Social Intelligence atau Kecerdasan Sosial
Social Intelligence (Kecerdasan Sosial)

A. Pengertian Social Intelligence (Kecerdasan Sosial)
Kecerdasan sosial adalah kemampuan untuk secara efektif menavigasi dan bernegosiasi dalam interaksi dengan lingkungan sosialnya. Kecerdasan sosial merupakan ketrampilan untuk menjalin hubungan dengan kelompok masyarakat, yang dicirikan dengan kematangan diri memahami orang lain, memberikan motivasi dan mampu bekerja-sama dengan orang lain.

Kemampuan untuk memahami dan mengelola hubungan, mengatur emosi dan perilaku untuk menjalin interaksi yang efektif dengan orang lain atau lingkungannya ini yang membuat seseorang yang memiliki kecerdasan sosial yang baik akan mempunyai banyak teman, pandai berkomunikasi, mudah beradaptasi dalam sebuah lingkungan sosial dan hidupnya bisa bermanfaat tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga bagi orang lain.

Definisi tentang kecerdasan sosial ini pertama kali dikemukakan oleh Edward Thorndike pada tahun 1920.  Kecerdasan sosial setara dengan kecerdasan interpersonal, salah satu jenis kecerdasan yang diidentifikasi dalam teori kecerdasan majemuk Howard Gardner, dan terkait erat dengan teori pikiran.

Thorndike (dalam Goleman, 2016) mengklasifikasikan kecerdasan menjadi tiga tipe, yaitu kecerdasan riil (concrete intelligence), kecerdasan abstrak (abstract intelligence), dan kecerdasan sosial (social intelligence). Kecerdasan sosial dikenal sebagai kemampuan untuk memahami dan mengelola orang lain baik laki-laki dan perempuan.

Social Intelligence (Kecerdasan Sosial) Menurut Para Ahli
1. Sean Foleno, kecerdasan sosial adalah kemampuan seseorang untuk memahami lingkungannya secara optimal dan bereaksi dengan tepat untuk sukses secara sosial.
2. Ross Honeywill, kecerdasan sosial adalah gabungan dari kesadaran diri dan kesadaran sosial, evolusi keyakinan sosial dan sikap, serta kapasitas dan kemampuan mengelola perubahan sosial yang kompleks.
3. Syamsu (2004), kecerdasan sosial adalah kemampuan untuk memahami dirinya atau lingkungannya secara optimal dan bereaksi dengan tepat untuk melakukan keberhasilan perilaku sosial.
4. Goleman (2006), kecerdasan sosial adalah ukuran kemampuan diri seseorang dalam pergaulan di masyarakat dan kemampuan berinteraksi sosial dengan orang-orang di sekeliling atau sekitarnya.
5. Prawira (2012), kecerdasan sosial adalah kemampuan individu untuk menghadapi dan mereaksi situasi-situasi sosial atau hidup di masyarakat. Kecerdasan sosial bukan emosi seseorang terhadap orang lain, melainkan kemampuan seseorang untuk mengerti kepada orang lain, dapat berbuat sesuatu dengan tuntutan masyarakat.
6. Zuchdi (2011), kecerdasan sosial merupakan keterampilan atau kecakapan sosial, mencakup kecakapan berkomunikasi dan bekerja-sama.
7. Khilstrom dan Cantor (Suyono, 2007), kecerdasan sosial adalah suatu simpanan pengetahuan mengenai dunia sosial, menjalin hubungan dengan orang lain, dan kemampuan dalam menghadapi orang-orang yang berbeda latar belakang dengan cara bijaksana.

B. Aspek Social Intelligence (Kecerdasan Sosial)
Menurut Goleman (2016) aspek-aspek kecerdasan sosial diorganisir ke dalam dua kategori besar di antaranya,
1. Kesadaran sosial, merujuk secara instan merasa keadaan batiniah orang lain sampai memahami perasaan dan pikirannya, untuk mendapatkan situasi sosial yang baik, ada beberapa komponen di antaranya,
a. Memiliki empati dasar. Suatu kemampuan untuk merasakan isyarat-isyarat emosi nonverbal dengan orang lain dalam berinteraksi dengan orang lain. Dan kemampuan merasakan emosi orang lain berupa sebuah kemampuan yang berlangsung cepat dan spontan atau muncul dan gagal dengan cepat dan otomatis.
b. Kemampuan penyelarasan. Perhatian yang melampaui empati sesaat yang bertahan untuk melancarkan hubungan yang baik, yaitu dengan menawarkan perhatian total kepada seseorang dan mendengarkan sepenuhnya, berusaha memahami orang lain lebih daripada menyampaikan maksud tertentu. Mendengarkan secara mendalam merupakan kemampuan alamiah.
c. Kemampuan ketepatan empatik. Ketepatan empatik dibangun di atas empati dasar namun menambahkan suatu pengertian lagi yaitu adanya suatu kemampuan untuk memahami pikiran, perasaan dan maksud orang lain dalam berinteraksi dengan orang lain sehingga tercipta interaksi yang baik dan harmonis.
d. Kemampuan pengertian sosial. Pengertian sosial merupakan aspek keempat dari kesadaran sosial adalah pengetahuan tentang bagaimana dunia sosial itu sebenarnya bekerja. Orang yang memiliki kemahiran dalam proses mental ini tahu apa yang di harapkan dalam kebanyakan situasi sosial. Kemahiran sosial ini dapat di lihat pada diri mereka yang secara tepat membaca arus-arus politik dalam sebuah organisasi.

2. Fasilitas sosial. Semata-mata dengan merasakan bagaimana orang lain merasa, atau mengetahui apa yang mereka pikirkan tidak akan menjamin interaksi yang kaya, maka dari itu adanya fasilitas sosial, namun fasilitas sosial juga bertumpu pada kesadaran sosial untuk memungkinkan interaksi yang mulus dan efektif, yang meliputi di antaranya,
a. Kemampuan sinkroni. Berinteraksi secara mulus pada tingkat nonverbal. Sebagai landasan fasilitas sosial, sinkroni adalah batu fondasi yang menjadi landasan di bangunnya aspek-aspek lain. Kegagalan dalam sinkroni merusak kompetensi sosial, membuat interaksi menjadi tidak selaras. Sinkroni memungkinkan kita bergerak dengan anggun melalui tarian nonverbal bersama orang lain dengan tanda-tanda sinkroni mencakup rentang interaksi yang terkonsentrasi secara harmonis, dari senyuman atau mengangguk pada waktu yang tepat untuk semata-mata mengarahkan tubuh kita pada orang lain.
b. Kemampuan presentasi diri. Suatu kemampuan untuk mempresentasikan atau menampilkan diri sendiri secara efektif untuk menghasilkan kesan yang di kehendaki. Salah satu hal yang di pandang penting dalam presentasi diri yaitu adanya kemampuan untuk ”mengendalikan dan menutupi ”. Orang yang mahir dalam pengendalian itu merasa percaya diri dalam segala situasi sosial, memiliki kemampuan untuk tindakan yang pada tempatnya. Mereka dengan mudah bisa tampil tenang dan penuh kendali diri.
c. Kemampuan pengaruh. Adanya suatu kemampuan untuk mempengaruhi orang lain agar dapat membentuk hasil interaksi sosial yang baik. Dengan menggunakan kemampuan bicara yang hati-hati dan adanya kendali diri dan mendekati orang lain dengan perilaku profesional, tenang dan penuh perhatian.
d. Kepedulian. Kepedulian adalah kemampuan seseorang untuk berbelas kasihan, peduli akan kebutuhan orang lain dan melakukan tindakan yang sesuai dengan hal itu. Kepedulian mendorong kita untuk mengambil tanggung jawab apa yang perlu di lakukan dengan baik dan akan menimbulkan orang-orang yang prihatin, yaitu seseorang yang paling bersedia mengambil waktu dan berusaha untuk membantu seorang koleganya.

C. Faktor Social Intelligence (Kecerdasan Sosial)
Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kecerdasan sosial Menurut Goleman (2006) di antaranya,
1. Keluarga. Lingkungan keluarga merupakan pilar utama anak untuk bersosialisasi. Menurut Goleman, keluarga yang memiliki waktu untuk berkumpul bersama pada malam hari dan memberikan kasih sayang menyebabkan anak memiliki emosi yang positif terhadap orangtuanya, sehingga memudahkan anak untuk bersosialiasi dan memiliki hubungan yang positif dengan orang lain.
2. Ekonomi. Menurut Goleman, tekanan ekonomi membuat orangtua lebih lama dalam bekerja, sehingga ketika pulang sekolah anak lebih menghabiskan waktu sendirian di rumah atau tempat penitipan anak, sehingga waktu tersebut terlewatkan untuk bersama dengan orangtua. Orangtua yang bekerja harus lebih meluangkan waktu bersama dengan anak agar anak dapat berinteraksi dengan orangtuanya.
3. Teknologi. Kemajuan dalam teknologi memudahkan manusia memperoleh informasi dan melakukan segala hal. Menurut Goleman anak-anak yang lebih senang menonton tayangan televisi akan menyebabkan anak tersebut melewatkan waktu untuk berinteraksi dengan orang lain, sehingga anak-anak perlu untuk melakukan interaksi seperti aktivitas bermain di luar rumah untuk membantu belajar bergaul dengan lebih baik.

D. Cara Meningkatkan Social Intelligence (Kecerdasan Sosial)
Terdapat empat keterampilan dasar yang harus dikembangkan dalam meningkatkan kecerdasan sosial menurut Goleman (2004) di antaranya,
1. Mengorganisasikan Kelompok. Setiap pribadi adalah pemimpin, sebagai seorang pemimpin dibutuhkan kemampuan dalam mengorganisasi, minimal dalam sebuah kelompok kecil di lingkungan sosialnya, atau paling tidak dalam lingkungan keluarganya. Sebelum menjadi pemimpin dalam mengorganisasi kelompok, seseorang harus terlebih dahulu mampu menjadi pemimpin diri sendiri. Seseorang bisa memimpin diri sendiri akan memunculkan teladan bagi orang lain.
2. Merundingkan Pemecahan Masalah. Bila ada dua orang atau kelompok yang bersikukuh untuk mempertahankan pendapatnya masing-masing yang paling benar, maka dibutuhkan seorang mediator yang baik agar masalah dapat terselesaikan. Di sinilah sesungguhnya bagi setiap pribadi dibutuhkan sebuah kecerdasan sosial tersendiri. Kegagalan dalam memecahkan problem/masalah masyarakat yang dilatarbelakangi ketidakmampuan membaca, menganalisis, dan mengelola dinamika sosial yang berkembang di masyarakat merupakan salah satu ciri dari orang yang memiliki kecerdasan sosial yang tumpul.
3. Menjalin Hubungan. Untuk menumbuhkan kecerdasan sosial yang baik, diperlukan penanaman pentingnya sebuah hubungan yang sehat dengan orang lain yakni hubungan sosial yang baik terus dijalin tanpa melihat apakah kita butuh atau tidak. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan sering bersilaturahmi dengan orang lain, dengan begitu seseorang akan belajar bagaimana membangun suasana keakraban dalam sebuah hubungan sosial.
4. Menganalisis Sosial. Kecerdasan ini sangat penting agar seseorang mempunyai kemampuan bisa memahami pribadi orang lain sehingga mudah pula menjalin sebuah hubungan yang baik. Kemampuan untuk memahami perasaan atau suasana hati orang lain inilah yang disebut sebagai kemampuan dalam menganalisis sosial. Pemahaman akan bagaimana perasaan orang lain ini bisa membawa sebuah hubungan terjalin dengan akrab dan menyenangkan. Seseorang bisa membawa hubungannya dengan orang lain dalam suasana kebersamaan yang baik.

Terdapat lima keterampilan sosial yang bisa dilatih pada anak menurut Shapiro (Azzet, 2014) agar memiliki kecerdasan sosial yang baik di antaranya,
1. Keterampilan Berkomunikasi. Kemampuan berkomunikasi pada anak memang perlu dilatih dengan baik sebagai bekal dalam menjalin hubungan sosial. Keterampilan berkomunikasi bukan sekadar kemampuan berbicara, melainkan mampu menyampaikan dengan baik kepada orang lain sekaligus juga mampu memahami dan memberikan respons atas komunikasi yang dijalin oleh orang lain. Selain itu, juga kita latih untuk bisa mendengarkan dengan baik ketika orang lain menyampaikan sesuatu, kita latih juga memahami ekspresi dan gerak non verbal orang lain dalam berkomunikasi.
2. Keterampilan dalam Membuat Humor. Jalinan hubungan sosial akan terasa hampa bila sama sekali tanpa diselingi dengan humor. Dengan adanya humor seseorang bisa tertawa; atau humor tidak harus membuat tertawa, tetapi cukup membuat tersenyum sehingga melekatkan hubungan dan rasa ringan di hati. Kita juga masih ingat dengan pernyataan bahwa orang yang cerdas adalah orang yang mempunyai selera humor, dan termasuk mempunyai kecerdasan tingkat tinggi apabila seseorang mampu menertawakan diri sendiri.
3. Keterampilan Menjalin Persahabatan. Keterampilan yang mendasar dalam keterampilan menjalin persahabatan ini adalah bisa berbagi dengan orang lain. Satu hal yang perlu digarisbawahi dalam menjalin persahabatan, yakni persahabatan yang baik bukan bersahabat dengan satu orang saja dan mengabaikan atau tidak mau menjalin persahabatan dengan teman-teman yang lainnya. Namun, persahabatan yang baik bisa dijalin dengan banyak teman sehingga pergaulan pun akan semakin luas.
4. Keterampilan Berperan dalam Kelompok. Ketika anak-anak sudah mulai mengenal dunia pergaulan biasanya senang bila mempunyai kelompok. Di sinilah pentingnya orang tua melatih anak-anaknya untuk mempunyai keterampilan berperan dalam kelompok. Hal penting yang perlu dilatih adalah keberanian untuk menyampaikan pendapat. Bila anak kita sudah terlatih dalam menyampaikan pendapat, maka kepercayaan dirinya juga akan terbangun dengan baik. Sementara kepercayaan diri adalah modal yang penting agar seseorang bisa berperan dalam kelompok sosialnya.
5. Keterampilan Bersopan Santun dalam Pergaulan. Sopan santun dalam pergaulan sangat diperlukan di kehidupan masyarakat. Bersopan santun adalah melakukan budi pekerti yang baik atau sesuai dengan tata krama yang dianut dan berlaku di masyarakat. Sangat penting bagi orangtua untuk bisa mengajarkan keterampilan bersopan santun dalam pergaulan ini. Dengan keterampilan bersopan santun yang baik, seseorang akan lebih mudah dan sukses dalam pergaulannya.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Pengertian Social Intelligence (Kecerdasan Sosial), Aspek, Faktor, dan Cara Meningkatkannya"