Pengertian Self Disclosure (Pengungkapan Diri), Aspek, Tujuan, Faktor, Tingkatan, Manfaat, dan Risikonya

Pengertian Self Disclosure atau Pengungkapan Diri
Self Disclosure (Pengungkapan Diri)

A. Pengertian Self Disclosure (Pengungkapan Diri)
Self disclosure (pengungkapan diri) adalah bentuk komunikasi interpersonal di mana individu membagikan, menceritakan atau menginformasikan tentang dirinya kepada orang lain. Self disclosure merupakan kesediaan individu membagi informasi diri pribadi berupa ide, perasaan dan fantasi serta mengungkapkan reaksi dan tanggapan terhadap suatu situasi yang umumnya disembunyikan namun disampaikan sehingga orang lain mengetahui apa yang dipikirkan, dirasakan dan diinginkan.

Pengungkapan diri yang dilakukan secara tepat merupakan indikasi dari kesehatan mental seseorang. Di mana salah satu aspek penting dalam keterampilan sosial adalah pengungkapan diri. Pengungkapan diri haruslah dilandasi dengan kejujuran dan keterbukaan dalam memberikan informasi, atau dengan kata lain apa yang disampaikan kepada orang lain hendaklah bukan merupakan suatu topeng pribadi atau kebohongan belaka sehingga hanya menampilkan sisi yang baik saja.

Pengungkapan diri dapat bersifat deskriptif maupun evaluatif. Pengungkapan diri deskriptif yaitu seseorang melukiskan berbagai fakta mengenai dirinya yang mungkin belum diketahui oleh pendengar, seperti pekerjaan, tempat tinggal, dan sebagainya. Pengungkapan diri evaluatif yaitu seseorang mengemukakan pendapat atau perasaan pribadinya, seperti perasaannya menyukai orang-orang tertentu, merasa cemas karena terlalu gemuk, tidak suka bangun pagi, dan sebagainya.

Self Disclosure (Pengungkapan Diri) Menurut Para Ahli
1. Jourard (dalam Sari, 2006), pengungkapan diri berarti pembicaraan mengenai diri sendiri kepada orang lain sehingga orang lain mengetahui apa yang dipikirkan, dirasakan dan diinginkan oleh seseorang.
2. Devito (1995), pengungkapan diri merupakan sebuah tipe komunikasi tentang informasi diri pribadi yang umumnya disembunyikan, namun dikomunikasikan kepada orang lain.
3. Lukaningsih (2010), self disclosure adalah perilaku komunikasi yang dilakukan individu secara sengaja menjadikan dirinya diketahui oleh pihak lain.
4. Johnson (dalam Supratiknya, 1995), self disclosure adalah mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan atau yang berguna untuk memahami tanggapan kita dimasa kini tersebut.
5. Wrightsman (dalam Dayakisni, 2009), self disclosure adalah proses menghadirkan diri yang diwujudkan dalam kegiatan membagi perasaan dan informasi pada orang lain.
6. Morton (dalam Dayakisni, 2009), self disclosure merupakan kegiatan membagi perasaan dan informasi yang akrab dengan orang lain.
7. Sears, dkk (dalam Asandi dan Rosyidi, 2010), self-disclosure ini dapat bersifat deskriptif atau evaluatif. Deskriptif artinya individu melukiskan berbagai fakta mengenai diri sendiri yang mungkin belum diketahui oleh pendengar seperti, jenis pekerjaan, alamat dan usia, sedangkan evaluatif artinya individu mengemukakan pendapat atau perasaan pribadinya seperti tipe orang yang disukai atau hal-hal yang tidak disukai atau dibenci.
8. Altman dan Taylor (dalam Gainau, 2009), self disclosure merupakan kemampuan seseorang untuk mengungkapkan informasi diri kepada orang lain yang bertujuan untuk mencapai hubungan yang akrab.
9. Supratiknya (1995), pengungkapan diri adalah mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan atau yang berguna untuk memahami tanggapan kita di masa kini tersebut.
10. Gainau (2009), pengungkapan diri adalah tindakan seseorang dalam memberikan informasi yang bersifat pribadi pada orang lain secara sukarela dan disengaja untuk maksud memberi informasi yang akurat tentang dirinya.
11. Barker dan Gaut (1996), pengungkapan diri adalah kemampuan seseorang menyampaikan informasi kepada orang lain yang meliputi pikiran atau pendapat, keinginan, perasaan maupun perhatian.
12. Karina dan Suryanto (2012), pengungkapan diri adalah kesediaan individu dalam mengungkapkan informasi yang bersifat pribadi tentang diri sendiri kepada orang lain secara sukarela dalam rangka mengembangkan kedekatan (intimacy) terhadap lawan interaksinya.

B. Aspek Self Disclosure (Pengungkapan Diri)
Aspek-aspek pengungkapan diri atau self disclosure menurut Devito (1997) di antaranya,
1. Amount, yaitu kuantitas dari pengungkapan diri dapat diukur dengan mengetahui frekuensi dengan siapa individu mengungkapkan diri dan durasi dari pesan self-disclosing atau waktu yang diperlukan untuk mengutarakan statemen self disclosure individu tersebut terhadap orang lain.
2. Valence, Valensi merupakan hal yang positif atau negatif dari penyingkapan diri. Individu dapat menyingkapkan diri mengenai hal-hal yang menyenangkan atau tidak menyenangkan mengenai dirinya, memuji hal-hal yang ada dalam dirinya atau menjelek-jelekkan diri individu sendiri. Faktor nilai juga mempengaruhi sifat dasar dan tingkat dari pengungkapan diri.
3. Accuracy/Honesty, yakni ketepatan dan kejujuran individu dalam mengungkapkan diri. Ketepatan dari pengungkapan diri individu dibatasi oleh tingkat di mana individu mengetahui dirinya sendiri. Pengungkapan diri dapat berbeda dalam hal kejujuran. Individu dapat saja jujur secara total atau dilebih-lebihkan, melewatkan bagian penting atau berbohong.
4. Intention, yaitu seluas apa individu mengungkapkan tentang apa yang ingin diungkapkan, seberapa besar kesadaran individu untuk mengontrol informasi-informasi yang akan dikatakan pada orang lain.
5. Keakraban/Intimacy, yaitu individu dapat mengungkapkan detail yang paling intim dari hidupnya, hal-hal yang dirasa sebagai periperal atau impersonal atau hal yang hanya bohong.

Sementara Jourard dan Lasakow (dalam Sari 2006) mengembangkan suatu alat ukur untuk mengukur pengungkapan diri dengan identifikasi aspek-aspek pengungkapan diri di antaranya,
1. Sikap dan Pendapat. Ungkapan sikap dan pendapat seseorang tentang isu-isu atau masalah yang berada atau terjadi di sekitar individu di mana hal-hal tersebut menjadi bagian dari identitasnya secara pribadi dan secara sosial.
2. Selera dan Minat. Ungkapan tentang hal-hal apa saja yang dapat menggugah selera dan minat seseorang yang memiliki kecenderungan pada hal-hal tertentu.
3. Bekerja (atau Studi). Ungkapan tentang apa yang membuat seseorang menjadi tidak dapat menikmati pekerjaan atau hal-hal yang tidak disukai atau mengganggu dalam pekerjaan serta apa saja yang menjadi hal yang menyenangkan dari pekerjaan.
4. Uang. Ungkapan seseorang tentang uang yang umumnya terkait dengan harapan tentang uang, apa yang ingin dilakukan dengan uang dan bagaimana kehidupannya yang diinginkannya dengan uang.
5. Kepribadian. Ungkapan hal-hal yang menurut seseorang hal-hal yang terbaik dalam dirinya serta kemungkinan hal-hal yang paling tidak disukai dalam dirinya.
6. Tubuh. Perasaan seseorang tentang nilai, ekspektasi dirinya tentang hal-hal yang dimiliki secara fisik sejauh mana sesuai atau tidak sesuai dengan harapannya.

C. Tujuan Self Disclosure (Pengungkapan Diri)
Pengungkapan diri memiliki beberapa tujuan menurut Taylor dkk (2000) di antaranya,
1. Ekspresi. Kadang-kadang individu membicarakan perasaannya untuk pelampiasan. Mengekspresikan perasaan adalah salah satu alasan untuk penyingkapan diri.
2. Penjernihan diri. Dalam proses berbagi perasaan atau pengalaman dengan orang lain, individu mungkin mendapat self-awareness dan pemahaman yang lebih baik. Bicara kepada teman mengenai masalah dapat membantu individu untuk mengklarifikasi pikirannya tentang situasi yang ada.
3. Keabsahan sosial. Dengan melihat bagaimana reaksi pendengar pada pengungkapan diri yang dilakukan, individu mendapat informasi tentang kebenaran dan ketepatan pandangannya.
4. Kendali sosial. Individu mungkin mengungkapkan atau menyembunyikan informasi tentang dirinya, sama seperti arti dari kontrol sosial. Individu mungkin menekan topik, kepercayaan atau ide yang akan membentuk pesan yang baik pada pendengar. Dalam kasus yang ekstrem, individu mungkin dengan sengaja berbohong untuk mengeksploitasi orang lain.
5. Perkembangan hubungan. Saling berbagi informasi dan saling mempercayai merupakan sarana yang paling penting dalam usaha merintis suatu hubungan dan semakin meningkatkan keakraban.

D. Faktor Self Disclosure (Pengungkapan Diri)
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pengungkapan diri menurut Devito (1997) di antaranya,
1. Menyingkapkan diri kepada orang lain. Secara umum pengungkapan diri adalah hubungan timbal balik. Dalam pengungkapan diri menyatakan secara tidak langsung bahwa dalam proses ini terdapat saling berhubungan, di mana setiap pengungkapan diri individu diterima sebagai stimulus untuk penambahan pengungkapan diri.
2. Ukuran audiens. pengungkapan diri, mungkin karena sejumlah ketakutan yang dirasakan oleh individu karena mengungkapkan cerita tentang diri sendiri, lebih sering terjadi dalam kelompok yang kecil dari pada kelompok yang besar. Dengan pendengar lebih dari satu seperti monitoring tidak mungkin karena respons yang nantinya bervariasi antara pendengar.
3. Topik. Topik mempengaruhi jumlah dan tipe pengungkapan diri. Menemukan bahwa pengungkapan diri mengenai uang, kepribadian dan fisik lebih jarang dibicarakan daripada berbicara tentang rasa dan minat, sikap dan opini, dan juga pekerjaan.
4. Valensi. Nilai atau kualitas positif dan negatif pengungkapan diri juga berpengaruh secara signifikan. Pengungkapan diri yang positif lebih disukai daripada pengungkapan diri yang negatif.
5. Gender. Banyak penelitian mengindikasikan secara umum, bahwa wanita lebih terbuka daripada pria.
6. Ras, kewarganegaraan, dan umur. Terdapat perbedaan ras dan kebangsaan dalam pengungkapan diri.
7. Penerimaan hubungan (Receiver Relationship). Seseorang yang menjadi tempat bagi individu untuk terbuka mempengaruhi frekuensi dan kemungkinan dari pengungkapan diri. Individu cenderung terbuka pada individu yang hangat, penuh pemahaman, memberi dukungan dan mampu menerima individu apa adanya.

E. Tingkatan Self Disclosure (Pengungkapan Diri)
Pengungkapan diri terdiri dari beberapa tingkatan menurut Dayakisni dan Hudaniah (2006) di antaranya,
1. Basa-basi, merupakan taraf pengungkapan diri yang paling lemah atau dangkal, walaupun terdapat keterbukaan di antara individu, tetapi tidak terjadi hubungan antar pribadi. Masing-masing individu berkomunikasi basa-basi hanya untuk kesopanan.
2. Membicarakan orang lain, yang diungkapkan dalam komunikasi hanyalah tentang orang lain atau hal-hal yang di luar dirinya. Walaupun pada tingkat ini isi komunikasi lebih mendalam tetapi pada tingkat ini individu tidak mengungkapkan diri.
3. Menyatakan gagasan atau pendapat, sudah mulai dijalin hubungan yang erat. Individu mulai mengungkapkan dirinya kepada individu lain, walaupun hanya sebatas pendapat mengenai hal-hal tertentu saja.
4. Perasaan, setiap individu dapat memiliki gagasan atau pendapat yang sama tetapi perasaan atau emosi yang menyertai gagasan atau pendapat setiap individu dapat berbeda-beda. Setiap hubungan yang menginginkan pertemanan antar pribadi yang sungguh-sungguh, haruslah didasarkan atas hubungan yang jujur, terbuka dan menyatakan perasaan-perasaan yang mendalam.
5. Hubungan puncak, pengungkapan diri telah dilakukan secara mendalam, individu yang menjalin hubungan antar pribadi dapat menghayati perasaan yang dialami individu lainnya. Segala persahabatan yang mendalam dan sejati haruslah berdasarkan pada pengungkapan diri dan kejujuran yang mutlak.

F. Manfaat Self Disclosure (Pengungkapan Diri)
Keuntungan ketika kita mampu untuk membuka diri kita terhadap orang lain di antaranya,
1. Keterbukaan memberi manfaat perbaikan secara psikologi, seseorang yang mengalami frustrasi atau kecewa akan cepat bangkit kembali apabila menceritakan masalahnya kepada orang lain.
2. Menceritakan suatu masalah kepada orang yang tepat atau orang yang mau mendengarkan membuat kita lebih memahami permasalahan yang sedang dihadapi. Pendengar yang baik akan dapat memberikan masukan yang dapat memperbaiki perspektif dalam melihat permasalahan.
3. Membuka diri juga akan dapat mengurangi stres atau mengurangi beban yang sedang dipikul.
4. Membuka diri akan meningkatkan jalur komunikasi dengan orang lain, mendorong orang lain juga memberi informasi yang dia miliki sehingga akan terjadi saling memberi
5. Membuka diri dengan orang lain termasuk teman sejawat, bawahan, atau atasan akan mempererat hubungan, yang pada akhirnya akan menciptakan rasa saling mempercayai.
6. Membuka diri dengan orang lain memberi peluang untuk menggunakan potensi yang dimiliki secara bersama-sama untuk kepentingan bersama atau institusi.
7. Semakin membuka diri dengan pegawai lain berarti semakin menikmati pekerjaan dan semakin tinggi produktivitas. Tim yang saling mengenal dan saling membuka diri akan lebih mudah menyelesaikan tugasnya daripada tim yang anggotanya kurang membuka diri dengan sesamanya.
8. Membuka diri dapat menciptakan lingkungan yang saling mempercayai antara para anggota, dengan pelanggan dan dengan lingkungan yang lainnya.

Orang yang terbuka biasanya memiliki kawan yang lebih banyak, lebih ceria dan lebih sukses dari pada yang cenderung tertutup. Berikut ini adalah beberapa manfaat keterbukaan diri berdasarkan buku Interpersonal Skills in Organizations.

G. Risiko Self Disclosure (Pengungkapan Diri)
Terdapat beberapa risiko yang mungkin dialami individu saat mereka sedang mengungkapkan diri menurut Derlega (1993) di antaranya,
1. Pengabaian. Individu berbagi informasi dengan orang lain untuk memulai hubungan. Terkadang hal itu dibalas oleh orang tersebut dan hubungan pun terjalin, tidak menutup kemungkinan karena berbagi informasi juga mengakibatkan hancurnya hubungan pertemanan yang telah terjalin.
2. Penolakan. Informasi yang diungkapkan individu mungkin akan berakibat penolakan sosial, Informasi tersebut seperti buruk yang pernah dilakukan di masa lalu di lingkungan sosial contohnya mencuri dan sebagainya. Maka hal ini akan memberi penilaian negatif terhadap orang tersebut.
3. Kehilangan kontrol. Kadang-kadang orang lain menggunakan informasi yang diberikan sebagai alat untuk menyakiti atau mengontrol perilaku individu.
4. Pengkhianatan. Ketika individu mengungkapkan informasi pada seseorang, individu sering mengingatkan bahwa informasi ini rahasia.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Pengertian Self Disclosure (Pengungkapan Diri), Aspek, Tujuan, Faktor, Tingkatan, Manfaat, dan Risikonya"