Pengertian Simile dan Cirinya

Table of Contents
Pengertian Simile dan Cirinya
Simile

A. Pengertian Simile

Simile dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah majas pertautan yang membandingkan dua hal yang secara hakiki berbeda, tetapi dianggap mengandung segi yang serupa, dinyatakan secara eksplisit dengan kata seperti, bagai, laksana. Makna kata atau leksikal, kata simile berasal dari bahasa Inggris: similar yang berarti “mirip”. Maka majas menggunakan perbandingan yang mirip atau menyerupai maksud yang ingin disampaikan.

Simile atau ibarat adalah salah satu majas dalam bahasa Indonesia. Simile adalah majas yang mengungkapkan sesuatu secara tidak langsung dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung, seperti, layaknya, bagaikan, laksana, umpama, serupa, dan lain-lain. Perbandingan yang bersifat eksplisit dalam hal ini adalah bahwa ia langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain. Perbandingan dalam simile merujuk pada benda-benda yang tidak selalu mirip secara esensial.

Dalam penuturan bentuk ini, sesuatu yang disebut pertama (sesuatu yang dibandingkan) dinyatakan memunyai persamaan sifat atau karakter dengan sesuatu yang disebut belakangan (sesuatu yang sebagai pembandingnya). Namun, penggunaan kata semacam seperti secara eksplisit menunjukkan bahwa sebenarnya kedua hal itu tidak sama. Pembandingan semacam itu biasanya untuk lebih mengonkretkan sesuatu yang dilukiskan untuk memfasilitasi pemahaman pembaca.

Simile Menurut Para Ahli
1. Nurgiyantoro (2017, hlm. 219), simile adalah majas yang mempergunakan perbandingan eksplisit atau langsung untuk membandingkan sesuatu yang dibandingkan dengan pembandingnya. Bentuk pembanding yang digunakan secara eksplisit berada di antara dua hal yang berbeda secara fisik, aksi, perasaan, atau perbuatan yang biasanya menggunakan kata-kata pembanding eksplisit tertentu (bagaikan, bak, mirip, dsb).
2. Keraf (2010, hlm. 138), simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit, maksudnya ia akan langsung menyatakan sesuatu mirip atau sama dengan yang lain dan upaya secara langsung itu akan melibatkan kata-kata seperti: seperti, sebagai, laksana, dsb.

Perbedaan Metafora dan Simile
Perbedaan utama antara keduanya adalah pada penggunaan kata-kata penunjuk. Pada simile, digunakan kata penunjuk seperti bagaikan, bak, seperti, tampak, dan sejenisnya. Sementara, metafora tidak menggunakan kata-kata penunjuk ini dan langsung menyerupai saja. Contohnya: “Aku ini Binatang Jalang”. Jika diperhatikan, kalimat tersebut adalah majas metafora karena langsung menempatkan aku untuk menyerupai binatang jalang, tidak ada kata yang menunjukkan bahwa aku ini menyerupai. Berbeda dengan “Aku ini bagaikan binatang jalang”. Terdapat kata-kata penunjuk yaitu bagaikan yang menunjukkan bahwa aku ini menyerupai sebuah binatang jalang.

B. Ciri Simile

Secara umum ciri-ciri dari majas simile di antaranya,
1. Hiperbola
Hiperbola atau dalam arti lain melebih-lebihkan ini, memang menjadi salah satu ciri dari penggunaan gaya bahasa simile. Hal tersebut dilakukan guna untuk memberikan penekanan terhadap sebuah kalimat. Contoh dari penggunaan hiperbola adalah “Ruli berjalan secepat kilat layaknya seekor rusa”.

Menurut kalimat di atas, dijelaskan bahwa terdapat kata yang terlalu dilebih-lebihkan dengan mengambil perumpamaan kilat. Bukan kilat yang sebenarnya, tapi memiliki konotasi yang sama karena kilat itu begitu cepat. Selain itu, perbandingan di sini menggunakan hewan rusa yang terkenal lincah dan gesit.
 
2. Kiasan
Kiasan merupakan kata-kata yang bersifat indah, tetapi tidak mengandung arti atau makna yang sesungguhnya. Kata-kata kiasan sering digunakan oleh para pujangga untuk menghiasi karyanya menjadi paduan kalimat yang penuh penekanan dan terasa indah ketika dibaca. Contoh dari penggunaan kiasan adalah “Wajahnya begitu segar bagaikan embun di pagi hari”.

Seperti yang sudah kita ketahui, tidak mungkin wajah kita bisa seperti embun pagi. Embun pagi terdiri dari air dan sangat dingin, hanya terbentuk di pagi hari karena proses kondensasi. Tetapi, makna dari kalimat ini adalah, wajahnya sangat segar, layaknya embun pagi yang juga sangat segar.
 
3. Perumpamaan
Perumpamaan antara satu hal yang terlihat normal dengan hal lainnya yang terkesan berlebihan digabungkan menjadi satu kalimat utuh. Contoh kalimat perumpamaan antara lain adalah “Pras sering marah-marah seperti seekor singa yang sedang kelaparan”.

Berdasarkan kalimat tersebut, terdapat penggunaan kata penghubung dari perumpamaan yakni kata seperti. Di sini, penulis mengambil perumpamaan seekor singa, dikarenakan singa dikenal oleh masyarakat sebagai hewan yang mudah marah terutama saat dirinya merasa kelaparan. Sehingga, subjek yang terlihat selalu emosional, diibaratkan seperti seekor singa yang sedang lapar.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment