Pengertian Pragmatik, Sumber, Ciri, Variasi, dan Jenisnya

Pengertian Pragmatik
Pragmatik

A. Pengertian Pragmatik
Pragmatik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah berkenaan dengan syarat-syarat yang mengakibatkan serasi tidaknya pemakaian bahasa dalam komunikasi. Demikian, pragmatik adalah cabang linguistik yang mempelajari hubungan antara konteks luar bahasa dan maksud tuturan. Konteks luar bahasa ialah unsur di luar tuturan yang mempengaruhi maksud tuturan.

Maksud tidak bisa dilihat dari bentuk dan makna saja, tetapi juga dari tempat dan waktu berbicara, siapa saja yang terlibat, tujuan, bentuk ujaran, cara penyampaian, alat berbicara, norma-norma, dan genre. Yang dipelajari dalam pragmatik meliputi tindak tutur, implikatur tuturan, interaksi percakapan, dan faktor-faktor eksternal percakapan, misalnya deiksis.

Pragmatik Menurut Para Ahli
1. Crystal (1987: 120), “pragmatics studies the factors that govern our choice of language in social interaction and the effect of our choice on others. In theory, we can say anything we like. In practice, we follow a large number of social rules (most of them unconsciously) that constrain the way we speak”. Pragmatik mengkaji faktor-faktor yang mendorong pilihan bahasa dalam interaksi sosial dan pengaruh pilihan tersebut pada mitra tutur. Di dalam teori, kita dapat mengatakan sesuatu sesuka kita. Di dalam praktik, kita harus mengikuti sejumlah aturan sosial (sebagian besarnya tidak disadari) yang harus kita ikuti.
2. Levinson (1983: 7), “the study of language from a functional perspective, that is, that it attempts to explain facets of linguistic structure by reference to non-linguistic pressures and causes”. Pragmatik adalah kajian bahasa dari perspektif fungsional, maksudnya, pragmatik berusaha menjelaskan aspek-aspek struktur linguistik dengan mengacu pada pengaruh-pengaruh dan gejala-gejala non-linguistik.
3. Subroto (1999: 1), pragmatik adalah semantik maksud. Dalam banyak hal pragmatik sejajar dengan semantik, karena keduanya mengkaji makna. Perbedaannya adalah pragmatik mengkaji makna satuan lingual secara eksternal sedangkan semantik mengkaji makna satuan lingual secara internal.
4. Wijana (1996: 2), semantik dan pragmatik adalah cabang-cabang ilmu bahasa yang menelaah makna-makna satuan lingual, hanya saja semantik mempelajari makna secara internal, sedangkan pragmatik mempelajari makna secara eksternal.
5. Leech (1993: 1), pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang semakin dikenal pada masa sekarang ini, walaupun pada kira-kira dua dasa warsa yang silam, ilmu ini jarang atau hampir tidak pernah disebut oleh para ahli bahasa. Hal ini dilandasi oleh semakin sadarnya para linguis, bahwa upaya untuk menguak hakikat bahasa tidak akan membawa hasil yang diharapkan tanpa didasari pemahaman terhadap pragmatik, yakni bagaimana bahasa itu digunakan dalam komunikasi. Leech (1993: 8) juga mengartikan pragmatik sebagai studi tentang makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar (speech situasions).
6. Purwo (1990: 16), pragmatik sebagai telaah mengenai makna tuturan (utterance) menggunakan makna yang terikat konteks. Sedangkan memperlakukan bahasa secara pragmatik ialah memperlakukan bahasa dengan mempertimbangkan konteksnya, yakni penggunaannya pada peristiwa komunikasi.
7. Verhaar (1996: 14), pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang membahas tentang apa yang termasuk struktur bahasa sebagai alat komunikasi antara penutur dan pendengar, dan sebagai pengacuan tanda-tanda bahasa pada hal-hal “ekstralingual” yang dibicarakan.
8. Kridalaksana (1993: 177), pragmatik diartikan sebagai syarat-syarat yang mengakibatkan serasi-tidaknya pemakaian bahasa dalam komunikasi; aspek-aspek pemakaian bahasa atau konteks luar bahasa yang memberikan sumbangan kepada makna ujaran.
9. Morris (1960), pragmatik merupakan disiplin ilmu yang mempelajari pemakaian tanda, yang secara spesifik dapat diartikan sebagai cara orang menggunakan tanda bahasa dan cara tanda bahasa itu diinterpretasikan. yang dimaksud orang menurut definisi tersebut adalah pemakai tanda itu sendiri, yaitu penutur.
10. Yule (1996:3) menyebutkan empat definisi pragmatik di antaranya,
a. Bidang yang mengkaji makna penutur;
b. Bidang yang mengkaji makna menurut konteksnya;
c. Bidang yang melebihi kajian tentang makna yang diujarkan, mengkaji makna yang dikomunikasikan atau terkomunikasikan oleh pembicara; dan
d. Bidang yang mengkaji bentuk ekspresi menurut jarak sosial yang membatasi participant yang terlibat dalam percakapan tertentu.

B. Sumber Kajian Pragmatik
Sebagai disiplin ilmu, pragmatika (pragmatik) juga bersumber pada beberapa ilmu yang lain di antaranya,
1. Filsafat kebahasaan, mempelajari bahasa dari sudut pandang suatu ungkapan atau ujaran yang dituturkan
2. Sosiolinguistik, mempelajari bahasa dari sudut pandang, tujuan dan situasi pemakaiannya di dalam masyarakat
3. Antropologi, mempelajari bahasa dari sudut pandang asal-usul suatu bahasa yang digunakan
4. Etnografi bahasa, mempelajari bahasa dari sudut pandang kebudayaan penutur bahasa
5. Linguistik, mempelajari bahasa dari sudut pandang struktur bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi

C. Ciri Pragmatik
1. Pragmatik adalah kajian mengenai hubungan antara tanda (lambang) dengan penafsirnya
2. Pragmatik adalah kajian mengenai penggunaan bahasa
3. Pragmatik adalah kajian mengenai hubungan antara bahasa dengan konteks yang menjadi dasar dari penjelasan tentang pemahaman bahasa.
4. Pragmatik adalah kajian mengenai deiksis, implikatur, praanggapan, tindak tutur, dan aspek-aspek struktur wacana.
5. Pragmatik adalah kajian mengenai bagaimana bahasa dipakai untuk berkomunikasi, terutama hubungan antara kalimat dengan konteks dan situasi pemakaiannya.
6. Pragmatik adalah kajian bahasa dan perspektif fungsional, artinya kajian ini mencoba menjelaskan aspek-aspek struktur linguistik dengan mengacu ke pengaruh-pengaruh dan sebab-sebab nonlinguistik.

D. Variasi Bahasa
Dalam mempelajari ilmu pragmatika, berbagai bahasa mempunyai ragam bahasa/variasi bahasa yang selalu menyesuaikan dengan konteks dan keadaan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi variasi suatu bahasa di antaranya,
1. Faktor geografis, mempelajari di daerah mana bahasa itu dipakai;
2. Faktor kemasyarakatan, mempelajari siapa yang memakai bahasa dan bagaimana latar belakang masyarakat yang memakai bahasa;
3. Faktor situasi berbahasa, mempelajari situasi pengguna bahasa, tempat penggunaan bahasa, dan tema yang diperbincangkan;
4. Faktor waktu, mempelajari kurun waktu suatu bahasa yang dipergunakan.

Ragam dialek adalah ragam bahasa yang berhubungan dengan di daerah mana suatu bahasa dituturkan. Perbedaan dialek terdapat pada seluruh aspek bahasa dan lafal, morfologi, sintaksis, kosakata dan peribahasa, dan juga dalam pragmatik. Sebagai contoh, Bahasa Jawa yang berbeda dengan bahasa Indonesia dalam penuturannya walaupun sama-sama digunakan orang Indonesia.

Ragam sosiolek adalah ragam bahasa yang berkaitan dengan status sosial dan jabatan seseorang dalam golongan masyarakat. Status seseorang dalam golongan masyarakat sangat mempengaruhi keberagaman dalam berkomunikasi. Sebagai contoh dalam bahasa Jawa terdapat Bahasa Bagongan, Bahasa krama, dan Bahasa ngoko yang akan dipergunakan seseorang dalam berkomunikasi dengan melihat siapa lawan bicaranya.

Ragam fungsiolek adalah ragam bahasa yang berkaitan dengan situasi berbahasa, siapa pemakai bahasa, dan topik dari suatu bahasa. Ragam kronolek adalah ragam bahasa yang berhubungan dengan perubahan bahasa dalam suatu kurun waktu tertentu. Bahasa yang ada bersifat dinamis dan selalu berubah seiring berjalannya waktu, menurut fungsi dan kegunaannya.

Austin memisahkan 3 macam tindak bahasa/pertuturan yang terjadi di antaranya,
1. Tindak lokusi yang mengaitkan suatu topik dengan suatu keterangan dalam ungkapan.
2. Tindak ilokusi yaitu pengucapan suatu pernyataan, pertanyaan, penawaran, janji, dsb.
3. Tindak perlokusi yaitu hasil atau efek yang dihasilkan oleh suatu ungkapan yang sesuai situasi dan suasana.

Pertuturan dapat dikelompokkan berdasarkan tujuannya,
1. Asertif, yang melibatkan penutur kepada kebenaran atau kecocokan proposisi, misalnya menyatakan, menyarankan, dan melaporkan;
2. Direktif, yang tujuannya adalah tanggapan berupa tindakan dari mitra tutur, misalnya menyuruh, memerintahkan, meminta, memohon, dan mengingatkan;
3. Komisif, yang melibatkan penutur dengan tindakan atau akibat selanjutnya, misalnya berjanji, bersumpah, dan mengancam;
4. Ekspresif, yang memperlihatkan sikap penutur pada keadaan tertentu, misalnya berterima kasih, mengucapkan selamat, memuji, menyalahkan, memaafkan, dan meminta maaf;
5. Deklaratif, yang menunjukkan perubahan setelah diujarkan, misalnya membaptiskan, menceraikan (secara lisan), menikahkan, dan menyatakan.

E. Jenis Pragmatik
1. Pragmalinguistik
Pragmalinguistik adalah telaah mengenai kondisi-kondisi umum penggunaan komunikatif bahasa. Pragmalinguistik dapat diterapkan pada telaah pragmatik yang bertujuan mengarah pada tujuan linguistik, dimana kita mempertimbangkan sumber-sumber khusus yang disediakan oleh suatu bahasa untuk menyampaikan ilokusi-ilokusi tertentu. Ilokusi adalah cara melakukan sesuatu tindakan dalam mengatakan sesuatu. Pragmalinguistik mempunyai hubungan erat dengan tata bahasa.

2. Sosiopragmatik
Sosiopragmatik adalah telaah mengenai kondisi setempat atau kondisi lokal yang lebih khusus mengenai penggunaan bahasa. Dalam masyarakat setempat lebih khusus terlihat bahwa prinsip kerja sama dan prinsip kesopansantunan berlangsung secara berubah-ubah dalam kebudayaan yang berbeda, dalam situasi sosial yang berbeda, di antara kelas-kelas sosial yang berbeda. Dengan kata lain, sosiopragmatik merupakan tapal batas sosiologis pragmatik. Jadi jelas betapa berat hubungan antara sosiopragmatik dengan sosiologi.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Pengertian Pragmatik, Sumber, Ciri, Variasi, dan Jenisnya"