Pengertian Morfologi, Morfem, Kata, dan Proses Morfologis

Pengertian Morfologi
Morfologi

A. Pengertian Morfologi
Morfologi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah cabang linguistik tentang morfem dan kombinasinya. Demikian, morfologi atau ilmu bentuk kata adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Dapat pula dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatikal maupun fungsi semantik.

Morfologi digunakan pada berbagai cabang ilmu. Secara harafiah, morfologi memiliki arti ‘pengetahuan tentang bentuk’ (morphos). Dalam ilmu morfologi, terdapat morfem yaitu bagian terkecil dari sebuah kata. Pembagiannya bisa digambarkan sebagaimana berikut ini di antaranya,
1. Sebuah wacana dapat dipecah menjadi kalimat.
2. Kalimat dapat dipecah menjadi bagian makna terkecil, yaitu kata.
3. Kata dapat terdiri atas beberapa morfem, contohnya menanamkan = me-tanam-kan, bisa juga hanya terdiri atas satu morfem, misalnya rumah, kursi, selamat, eksekusi.

Morfologi Menurut Para Ahli
1. Zaenal Arifin dan Juaiyah, morfologi yaitu ilmu bahasa tentang seluk-beluk bentuk struktur kata.
2. J. W. M. Verhaar, morfologi merupakan salah satu cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal tulisan.
3. Ramlan, morfologi yaitu bagian dari ilmu bahasa yang khusus membicarakan struktur kata dan pengaruh perubahan-perubahan struktur kata kepada arti kata.
4. Nida (dalam Syahwin Nikelas; 1993), morfologi merupakan kajian tentang morfem-morfem dan penyusunan morfem pada pembentukan kata.
5. Crystal, morfologi yaitu suatu cabang tata bahasa yang membahas struktur dan bentuk kata, utamanya struktur dan bentuk kata itu melalui penggunaan morfem.
6. Baue, morfologi yaitu struktur internal bentuk kata.
7. Rusmaj, morfologi merupakan pembahasan mengenai kata, bagian-bagiannya, dan juga proses terbentuknya kata.
8. O’Grady dan Dobrovolsky, morfologi yaitu komponen bahasa generatif transformasional yang khusus membicarakan struktur internal kata, khususnya kata yang bersifat kompleks.
9. Kridalaksana, morfologi yaitu suatu bidang linguistik yang mempelajari tentang morfem dan segala kombinasinya dari struktur bahasa.
10. Samsuri (1988: 15), morfologi sebagai cabang linguistik yang mempelajari struktur dan bentuk kata.
11. Tarigan , morfologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata (Tarigan, 1987, hlm. 4 dalam Dhanawaty, dkk, 2017, hlm. 47).
12. O’Grady , “Morphology is the system of categories and rules involved in word formation and interpretation“, yang berarti bahwa morfologi adalah sistem kategori dan aturan yang digunakan dalam pembentukan kata serta interpretasinya.
13. Bloomfield , “By the morphology of a language we mean the constructions in which bound forms or words, but never phrases. Accordingly, we may say that morphology includes the constructions of words and parts of words,…“, Morfologi dalam ilmu bahasa adalah pembentukan kata yang menghasilkan morfem tetapi bukan frasa. Kemudian, dapat dikatakan bahwa ruang lingkup morfologi juga akan menjamah konstruksi dan bagian-bagian dari kata.
14. Verhaar, morfologi atau tata bentuk (Inggris morfology; ada pula yang menyebutnya morphemics) adalah bidang linguistik yang mempelajari susunan bagian-bagian kata secara gramatikal (Verhaar, 1984, hlm. 52).
15. Alwasilah, dalam bahasa  linguistik  bahasa Arab, morfologi ini disebut tasrif, yaitu perubahan suatu bentuk (asal) kata menjadi bermacam-macam bentuk untuk mendapatkan makna yang berbeda (baru). Tanpa perubahan bentuk ini, maka yang berbeda tidak akan terbentuk (Alwasilah, 1985, hlm. 101).

B. Morfem
Secara singkat morfem merupakan satuan terkecil dari kata yang sudah tidak bisa terbagi lagi; meskipun begitu, setiap morfem memiliki makna baik gramatikal maupun leksikal. Terdapat berbagai jenis morfem dalam bahasa, pengklasifikasian jenis morfem ini dibagi dalam beberapa kriteria, misalnya jenis morfem berdasarkan kriteria kebebasannya, keutuhannya, maknanya, dan lain sebagainya.

Selanjutnya, satuan terkecil dari kata ini dapat diklasifikasikan lagi atas morfem bebas (free morpheme), yaitu morfem yang dapat berdiri sendiri tanpa adanya penambahan morfem lain, atau dengan kata lain morfem ini menjadi satuan kata sendiri, misalnya kata tas, di, pergi dan cantik dalam bahasa Indonesia, atau dalam bahasa Inggris ada kata seperti book, on, wash dan fast.

Morfem lain yang merupakan bentuk yang tidak dapat berdiri sendiri tanpa direkatkan pada morfem lain, misalnya morfem bebas, yaitu morfem terikat (bound morpheme). Bentuk ini kerap kali dikenal sebagai afiks karena morfem ini bukanlah kata akan tetapi merupakan bagian dari kata, sebagai contoh, morfem me-, di-, pe-an, atau dalam bahasa Inggris ada morfem -ify, il-, dan en-.

1. Klasifikasi Morfem
Morfem dapat dikelompokkan menjadi beberapa klasifikasi di antaranya,
a. Morfem bebas dan terikat
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, morfem bebas adalah morfem yang mampu berdiri sendiri sebagai kata atau membentuk sebuah kata (Dhanawaty, dkk, 2017, hlm. 52). Morfem mandi, duduk, dan makan, masing-masing merupakan kata yang dapat langsung menjadi unsur kalimat, seperti terlihat pada kalimat di antaranya,
a) Adik sudah mandi
b) Dia duduk di teras
c) Anak itu makan sepotong roti

Ketiga morfem di atas dapat digolongkan sebagai morfem bebas. Pada dasarnya semua kata dasar atau kata monomorfemis dapat digolongkan sebagai morfem bebas.

Morfem terikat adalah morfem yang tidak mampu berdiri sendiri dalam artian harus bergabung atau terikat dengan morfem lain dalam membentuk sebuah kata (Dhanawaty, dkk, 2017, hlm. 52). Contohnya,
a) Pada kata bersembahyang, morfem terikat {ber-} bergabung dengan satu morfem bebas {sembahyang};
b) Dalam kata ketidakhadiran, morfem terikat {ke-/-an} bergabung dengan dua morfem bebas, yakni morfem {tidak} dan {hadir};
c) Morfem terikat {ber-} dapat bergabung dengan morfem terikat {juang} untuk membentuk kata berjuang.

b. Morfem Utuh dan Morfem Terbagi
Morfem utuh adalah morfem yang keseluruhan komponennya menyatu atau utuh dalam suatu posisi (Dhanawaty, dkk, 2017, hlm. 53). Kata minuman terdiri atas dua morfem, yakni morfem bebas {minum} dan morfem terikat {-an}. Masing-masing morfem tersebut tergolong morfem utuh.

Morfem terbagi adalah morfem yang posisi komponennya terpisah (Dhanawaty, dkk, 2017, hlm. 53). Morfem terikat {per-/-an} pada kata perburuan, misalnya, disela oleh morfem bebas {buru} sehingga komponennya terpisah atau terbagi, yakni sebagian berada di depan bentuk dasar dan sebagian di belakang bentuk dasar.

c. Morfem dasar, morfem pangkal, dan morfem akar
Morfem dasar adalah bentuk yang menjadi dasar bentukan dalam proses morfologis (Dhanawaty, dkk, 2017, hlm. 54). Bentuk dasar ini dapat berupa morfem tunggal seperti: gambar, main, dan sebagainya. Dalam bahasa Indonesia, gambar dan main merupakan morfem tunggal yang menjadi bentuk dasar dari kata bermain dan mainan, serta bergambar dan menggambar.  Morfem dasar juga dapat berupa gabungan morfem seperti: perbudak. Morfem dasar perbudak (gabungan dari morfem bebas budak dan morfem terikat per-) menjadi dasar bentukan memperbudak.

Sementara itu, morfem pangkal (stema) adalah istilah yang digunakan untuk menyebutkan bentuk dasar dalam proses infleksi atau proses pembubuhan afiks inflektif (Dhanawaty, dkk, 2017, hlm. 54). Dalam bahasa Indonesia, morfem pangkal dapat dilihat pada kata main yang dibubuhi afiks ber– menjadi bermain. Morfem pangkal dari kata bermain adalah main yang merupakan morfem berkategori verba. Ketika dibubuhi afiks ber-, morfem pangkal menjadi morfem berimbuhan yang tetap berkategori verba. Jadi, morfem pangkal merupakan bentuk dasar dari bentukan yang lebih tinggi dengan tetap mempertahankan kategori kata yang dimiliki oleh morfem pangkal.

Selanjutnya, bentuk yang tersisa setelah semua afiksnya ditanggalkan, baik afiks infleksional maupun afiks deverensionalnya disebut dengan morfem akar (Dhanawaty, dkk, 2017, hlm. 55). Contohnya, dalam bahasa Indonesia memperbaiki merupakan morfem berimbuhan yang memiliki morfem akar. Baik yang mengalami proses afiksasi dengan penambahan morfem per-i menjadi perbaiki, lalu perbaiki ditambah morfem terikat mem- menjadi memperbaiki.

C. Kata
Kata adalah bentuk bebas yang paling kecil (Bloomfield, 1995, hlm. 178). Namun, morfem mungkin merupakan keseluruhan kata atau merupakan bagian dari suatu kata. Sehingga, dapat dikatakan pula bahwa kemungkinan besar, sebetulnya morfemlah satuan kata yang paling kecil.

Perbedaan utama dari morfem dan kata adalah kata dapat berdiri sendiri serta dapat membentuk suatu makna bebas. Sebagai satuan gramatik, kata terdiri dari satu atau beberapa morfem. Sebuah kata dapat berupa bentuk tunggal atau terdiri atas satu satuan gramatikal dan dapat pula berupa bentuk kompleks atau terdiri atas beberapa satuan gramatikal. Dalam artian bentuk kompleks ini dibangun oleh satuan gramatikal yang lebih kecil.

1. Klasifikasi Kata
Dengan melihat jumlah morfem yang membentuknya kata dapat dibedakan menjadi:
a. Kata Monomorfemis, Yaitu Yang Terdiri Atas Satu Morfem Seperti: Meja, Burung, Pohon, Nasi, Ibu
b. Kata Polimorfemis, Yaitu Kata Yang Terdiri Atas Dua Morfem Atau Lebih, Contohnya: Membeli, Kue-Kue, Makanan, Jejaring, Duduklah, Rumah Makan, Temanmu, Mitra Kerja.

2. Satuan Gramatik Lainnya
Morfem, kata, frasa, klausa, dan sebagainya disebut sebagai satuan gramatika atau gramatika. Satuan gramatik adalah satuan-satuan yang mengandung arti, baik arti leksikal maupun arti gramatikal. Tentunya, untuk memahami morfologi yang membahas bentuk dan pembentukan kata, pemahaman terhadap satuan gramatika menjadi sangat penting.

Namun, beberapa satuan gramatika lebih relevan terhadap cabang linguistik yang lain seperti sintaksis dan semantik. Fokus utama morfologi adalah morfem dan kata. Satuan gramatika lainnya dapat dipelajari pada artikel di bawah ini.

D. Proses Morfologis
Selain mempelajari bentuk kata, morfologi juga mempelajari proses pembentukan kata atau bisa juga disebut sebagai proses morfologi. Pembentukan kata bisa dilakukan melalui beberapa proses, di antaranya adalah: penciptaan kata baru (coinage), biasanya kata tersebut muncul dari suatu produk di pasar, lalu digunakan untuk mengacu pada produk lain yang serupa, misalnya kata Aqua untuk mengacu pada air minum kemasan lain.

Proses morfologi lainnya adalah peminjaman kata (borrowing) yaitu meminjam kata dari bahasa lain misalnya kata sofa yang berasal dari bahasa Arab. Proses lainnya adalah kata majemuk, yaitu proses pembentukan kata dengan menggabungkan dua kata atau lebih misalnya kata meja hijau, dan proses lain yang merupakan proses pembentukan kata yang kerap digunakan adalah afiksasi (affixation), yaitu proses penambahan morfem terikat ke morfem bebas untuk menambah makna lexical atau gramatikal.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Pengertian Morfologi, Morfem, Kata, dan Proses Morfologis"