Pengertian Kebahagiaan (Happiness), Aspek, Faktor, dan Cirinya

Pengertian Kebahagiaan atau Happiness
Kebahagiaan (Happiness)

A. Pengertian Kebahagiaan (Happiness)
Kebahagiaan (happiness) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah kesenangan dan ketenteraman hidup (lahir batin); keberuntungan; kemujuran yang bersifat lahir batin. Kebahagiaan didefinisikan sebagai suatu keadaan pikiran atau perasaan yang ditandai dengan kecukupan hingga kesenangan, cinta, kepuasan, kenikmatan, atau kegembiraan yang intens.

Berbagai pendekatan filsafat, agama, psikologi, dan biologi telah dilakukan untuk mendefinisikan kebahagiaan dan menentukan sumbernya. Para filsuf dan pemikir agama mendefinisikan kebahagiaan dalam kaitan dengan kehidupan yang baik dan tidak hanya sekadar sebagai suatu emosi. Definisi ini digunakan untuk menerjemahkan eudaimonia (Bahasa Yunani: εὐδαιμονία) dan masih digunakan dalam teori kebaikan.

Sementara itu para peneliti juga telah mengidentifikasikan beberapa hal yang berhubungan dengan kebahagiaan: hubungan dan interaksi sosial, status pernikahan, pekerjaan, kesehatan, kebebasan demokrasi, optimisme, keterlibatan religius, penghasilan, serta kedekatan dengan orang-orang bahagia lain. Kebahagiaan memberikan berbagai dampak positif dalam segala aspek kehidupan dan akan mengarahkan pada hidup yang lebih baik.

Kebahagiaan (Happiness) Menurut Para Ahli
1. Hurlock (2004), kebahagiaan merupakan gabungan dari adanya sikap menerima (acceptance), kasih sayang (affection) dan prestasi (acheivement).
2. Alston dan Dudley (dalam Hurlock, 2004), kepuasan hidup yang biasanya disebut dengan kebahagiaan, timbul dari pemenuhan kebutuhan atau harapan, yang merupakan penyebab atau sarana untuk menikmati pengalaman-pengalamannya yang disertai tingkat kegembiraan.
3. Seligman (2002), kebahagiaan adalah keadaan psikologis yang positif di mana seseorang memiliki emosi positif berupa kepuasan hidup dan juga pikiran dan perasaan yang positif terhadap kehidupan yang dijalaninya.
4. Robert Biswas-Diener dan Bean Den, kebahagiaan berupa kualitas dari keseluruhan hidup manusia yang membuat kehidupan menjadi baik secara keseluruhan seperti kesehatan yang lebih baik, kreativitas yang tinggi, pendapatan yang lebih tinggi dan tempat kerja yang baik.
5. Alan Carr, secara keseluruhan kebahagiaan tergantung pada evaluasi kognitif kepuasan dalam berbagai domain kehidupan seperti keluarga, pekerjaan, pengaturan, dan pengalaman afektif.

B. Aspek Kebahagiaan (Happiness)
Menurut Hurlock (2004) ada terdapat “tiga A” aspek kebahagiaan, yaitu acceptance (penerimaan), affection (kasih sayang), dan achievement (pencapaian).
1. Acceptance (Penerimaan), merupakan suatu yang ditandai dengan sikap positif atau menolak, dalam praktik klinis, pengakuan atau penghargaan terhadap nilai-nilai individual, tanpa  menyertakan pengakuan terhadap tingkah lakunya, atau tanpa keterikatan emosional yang terdapat dipihak terapis yang bersangkutan.
2. Affection (Kasih Sayang), merupakan perasaan yang sangat kuat, cinta, satu kelas yang luas dari proses-proses mental, termasuk perasaan, emosi, suasana hati, dan temperamen.
3. Achievement (Pencapaian), merupakan suatu pencapaian atau hasil yang telah dicapai, satu tingkat khusus dari kesuksesan karena mempelajari tugas-tugas, atau tingkat tertentu dari kecakapan/keahlian dalam tugas-tugas sekolah atau akademis.

C. Faktor Kebahagiaan (Happiness)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebahagiaan menurut Seligman (2002) di antaranya,
1. Kehidupan sosial. Orang yang sangat bahagia adalah orang-orang yang dapat mempunyai kehidupan sosial yang baik dan sering melakukan sosialisasi dan paling sedikit hidup dalam kesendirian.
2. Agama dan Religiusitas. Orang yang religius lebih bahagia dan lebih puas terhadap kehidupan daripada orang yang tidak religius, hal ini dikarenakan agama dapat memberikan harapan akan masa depan dan menciptakan makna dalam hidup bagi manusia. Hubungan antara harapan akan masa depan dan keyakinan beragama merupakan landasan mengapa keimanan sangat efektif melawan keputusan dan meningkatkan kebahagiaan.
3. Pernikahan. Pernikahan sangat erat hubungannya dengan kebahagiaan. Orang yang menikah dapat mempengaruhi panjangnya usia dan mendapatkan penghasilan.
4. Usia. Penelitian yang dilakukan terhadap 60.000 orang dewasa dari 40 bangsa membagi kebahagiaan dalam tiga komponen yaitu, kepuasan hidup, afek menyenangkan, dan afek tidak menyenangkan. Kepuasan hidup sedikit meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Afek menyenangkan sedikit melemah dan afek negatif tidak berubah, yang berubah ketika menua adalah intensitas emosi. Perasaan ingin selalu berada di puncak dan keputusasaan menjadi berkurang seiring dengan bertambahnya usia dan pengalaman.
5. Uang. Pada negara yang sangat miskin, kaya bisa berarti lebih bahagia, namun pada negara yang lebih makmur, peningkatan kekayaan tidak begitu berdampak pada kebahagiaan.
6. Kesehatan. Kesehatan objektif yang baik tidak selalu berdampak pada kebahagiaan, yang terpenting dalam hal ini adalah bagaimana persepsi subjektif kita seberapa sehat diri kita.

D. Ciri Kebahagiaan (Happiness)
Ciri-ciri orang bahagia menurut Gail dan Seehy (dalam Siswanto, 2007) di antaranya,
1. Hidup mempunyai arti dan arah. Seseorang yang puas dengan kehidupannya akan dapat merealisasikan sesuatu di luar dirinya seperti pekerjaan dan harapan yang ingin dicapai sehingga dapat memberikan hidup yang terarah dan berarti.
2. Dapat menangani permasalahan yang ada pada dirinya dengan cara  tidak seperti orang kebanyakan dan lebih bersifat pribadi dan kreatif. Seseorang yang bahagia mampu dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang dialaminya dan dapat menjalankan rencana yang telah dibuatnya dalam rangka pemecahan masalahnya.
3. Jarang merasa diperlakukan tidak adil atau dikecewakan dalam kehidupan. Seseorang yang memiliki kepuasan hidup yang tinggi cenderung melihat kegagalan sebagai pengalaman yang berguna dan kegagalan tersebut mendorong untuk melakukan usaha yang lebih baik dari sebelumnya.
4. Mencapai beberapa tujuan hidup yang penting. Seseorang yang berbahagia dan merasa puas dalam kehidupannya dicirikan dengan terpenuhnya tujuan yang diharapkan seperti kehidupan yang aman, keluarga yang aman dan adanya rasa cinta dan kasih sayang terhadap sesama manusia.
5. Peduli dengan pertumbuhan dan perkembangan pribadi. Seseorang yang bahagia akan menggambarkan pribadinya yang jujur, penuh cinta dan bertanggung jawab. Mereka mampu menghadapi realitas sesuai dengan keadaan yang sebenarnya tanpa dibuat-buat, memiliki beberapa sahabat dan mampu mengambil tanggung jawab apabila diperlukan.
6. Memiliki keadaan hubungan mencintai dengan dicintai secara mutualisme. Seseorang yang bahagia akan memiliki rasa saling menguntungkan terhadap orang yang mereka cintai dan mampu memelihara hubungan tersebut.
7. Memiliki banyak teman. Seseorang yang bahagia memiliki teman-teman yang mampu memberikan perasaan nyaman dan dukungan di saat yang diperlukan.
8. Orang yang menyenangkan dan bersahabat. Seseorang yang berbahagia dicirikan dengan perilaku yang menyenangkan dan bersemangat serta dapat memberikan dukungan kepada orang lain sehingga membuat orang di sekitarnya menjadi semangat.
9. Tidak melihat kritik sebagai serangan pribadi yang dapat menurunkan harga diri. Seseorang yang bahagia memiliki harga diri yang cukup sehingga jika mendapatkan kritikan tidak menjatuhkan harga diri mereka. Mereka dapat membedakan antara tingkah laku yang kurang sesuai sehingga harus mendapatkan kritikan dari orang lain.
10. Tidak memiliki ketakutan-ketakutan yang dimiliki orang lain. Seseorang yang bahagia tidak memiliki ketakutan dan kecemasan dalam menjalani hidupnya.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Pengertian Kebahagiaan (Happiness), Aspek, Faktor, dan Cirinya"