Pengertian Asertif, Aspek, Ciri, Faktor, Tipe, dan Manfaatnya

Pengertian Asertif
Asertif

A. Pengertian Asertif
Asertif adalah kemampuan seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain tentang apa yang dirasakan, dipikirkan, disertai dengan kejujuran tanpa ada yang dibuat-buat atau dimanipulasi dan tanpa ada maksud merugikan orang lain. Asertif juga bisa diartikan kemampuan seseorang dalam menyampaikan perasaan, pendapat sesuai dengan hak-haknya tanpa mengganggu hak orang lain dan menghormati orang lain dalam menyampaikan pendapat.

Seseorang yang memiliki sikap asertif mampu berkomunikasi dengan jujur dan tegas, namun tetap menghargai dan menjaga perasaan orang lain. Sikap asertif tentunya sangat berguna dalam banyak aspek kehidupan, mulai dari mempertahankan hak, menyelesaikan konflik antar rekan kerja, sahabat, atau pasangan, hingga mengembangkan kesan yang baik terhadap diri kita.

Asertif Menurut Para Ahli
1. Hamzah & Ismail (2008), asertif didefinisikan sebagai kata sifat yang mengandung atau menunjukkan ketegasan. Webster mengklasifikasikan asertif sebagai positif atau keyakinan berterusan (positive or confident in a persistent way).
2. Rees & Graham (Satuti, 2014), asertif adalah perilaku yang memungkinkan seseorang menyampaikan apa yang ada dalam pikirannya agar mendapat hasil yang diinginkan sementara tetap mempertahankan harga diri dan menghormati orang lain.
3. MacNeilage dan Adams (Hamzah & Ismail, 2008), asertif adalah satu bentuk tingkah laku interpersonal yang terdiri dari komunikasi secara langsung, terbuka dan jujur yang menunjukkan pertimbangan dan penghormatan terhadap individu lain.
4. Burley (Hamzah & Ismail, 2008), asertif adalah satu bentuk tingkah laku yang menunjukkan penghormatan terhadap diri dan orang lain. Tingkah laku asertif bersikap terbuka, jujur terhadap diri dan orang lain.
5. Jay (Sunata, 2014)  menjelaskan lima hal penting yang harus dikuasai yang menjadi komponen berperilaku asertif, antara lain menunjukkan rasa hormat pada orang lain, mengekspresikan perasaan pribadi, berbicara jujur, mempertahankan hak pribadi dan berani berkata tidak.
6. Galassi dan Galassi  (Fauziah,2009), sikap asertif adalah pengungkapan secara langsung kebutuhan, keinginan dan pendapat seseorang tanpa menghukum, mengancam atau menjauhkan orang lain. Asertif juga meliputi mempertahankan hak mutlak orang lain.
7. Rimm dan Master  (Anjar dan Satiningsih, 2013), perilaku asertif adalah perilaku interpersonal individu yang berupa pernyataan mengenai apa yang dirasakan oleh individu tersebut, yang bersifat jujur dan relatif langsung.

B. Aspek Asertif
Terdapat lima hal penting yang harus dikuasai yang menjadi komponen berperilaku asertif menurut Jay (dalam Sunata, 2014) di antaranya,
1. Menunjukkan rasa hormat pada orang lain. Prinsip dasar asertif adalah tentang rasa hormat, dan rasa hormat harus datang dari belah dua pihak. Jika ingin mendapatkan rasa hormat dan perlakuan yang adil dari orang lain maka kita juga harus menghormati dan memperlakukan orang dengan adil.
2. Mengekspresikan perasaan pribadi. Cara mengekspresikan perasaan asertif yaitu mengekspresikan apa yang  Anda rasakan tanpa memancing respons yang konfrontatif.
3. Berbicara jujur. Jika tidak setuju maka jujurlah. Jika ingin bersikap jujur maka jangan bertele-tele menyampaikan pendapat, jadi sampaikanlah secara langsung.
4. Mempertahankan hak pribadi. Tetap menjaga perilaku supaya tidak merugikan diri sendiri, serta mampu memberikan pilihan-pilihan yang terbaik terhadap diri sendiri.
5. Berani berkata tidak. Berkaitan dengan keberanian seseorang mengatakan “tidak” pada orang lain jika memang itu tidak sesuai dengan keinginannya. Jadi seseorang yang memiliki asertif yang tinggi mampu mengatakan “tidak” kapan pun ia menginginkannya.

C. Ciri Asertif
Perilaku asertif tidak dibawa sejak lahir, akan tetapi merupakan bentuk perilaku yang dipelajari dan sifatnya situasional. Galassi dan Galassi mengemukakan bahwa perilaku asertif dapat diamati dari aspek-aspek perilaku, yaitu kontak mata, ekspresi wajah, postur tubuh dan volume serta intonasi suara. Salah satu aspek yang tidak kalah penting dari perilaku asertif adalah langsung tidaknya suatu respons positif ditunjukkan setelah situasi sosial terjadi (Fauziah,2009). Ada 6 ciri-ciri orang asertif menurut zukir di antaranya,
1. Mempunyai kemampuan untuk jujur dan langsung, yaitu: mengatakan sesuatu perasaan, kebutuhan, ide, dan mengembangkan apa yang ada dalam dirinya tanpa mengesampingkan orang lain.
2. Bersifat terbuka, apa adanya dan mampu bertindak demi kepentingannya.
3. Mampu mengambil inisiatif demi kebutuhannya.
4. Bersedia meminta informasi dan bantuan dari orang lain bilamana membutuhkan dan membantu ketika orang lain memerlukan pertolongan.
5. Dalam menghadapi konflik dapat menyesuaikan dan mencari penyelesaian yang memuaskan kedua belah pihak.
6. Mempunyai kepuasan diri, harga diri, dan kepercayaan diri.

Sementara Fensterheim dan Bear ciri-ciri orang asertif ada 4 di antaranya,
1. Merasa bebas untuk mengemukakan emosi yang dirasakan melalui kata dan tindakan, misalnya: inilah diri saya, inilah yang saya rasakan dan yang saya kehendaki.
2. Dapat berkomunikasi dengan orang lain, baik dengan orang yang tidak dikenal, sahabat, keluarga dan dalam proses berkomunikasi relatif terbuka, jujur dan sebagaimana mestinya.
3. Mempunyai pandangan yang aktif tentang hidup, karena orang asertif cenderung mengejar apa yang diinginkan dan berusaha agar sesuatu itu terjadi serta sadar akan dirinya bahwa ia tidak dapat selalu menang maka ia menerima keterbatasannya. Akan tetapi ia selalu berusaha untuk mencapai sesuatu dengan usaha yang sebaik-baiknya dan sebaliknya orang yang tidak asertif selalu menunggu terjadinya sesuatu.
4. Bertindak dengan cara yang dihormatinya sendiri. Maksudnya karena sadar bahwa ia tidak dapat selalu menang. Ia menerima keterbatasan namun ia berusaha untuk menutupi dengan mencoba mengembangkan dan selalu belajar dari lingkungan.

D. Faktor Asertif
Pengalaman individu dalam sepanjang hidupnya membuat seseorang mengadopsi sikap asertif. Sikap asertif seseorang berkembang secara bertahap sebagai hasil interaksi antara anak, orang tua dan orang-orang lain di sekitarnya. seseorang belajar berperilaku asertif atau tidak asertif dipengaruhi oleh beberapa faktor (Fauziah,2009) di antaranya,
1. Hukuman
Terkadang seseorang gagal untuk bersikap asertif dalam situasi-situasi tertentu karena di masa lalu dalam situasi yang sama ia merasa terhukum secara fisik maupun mental karena mengungkapkan keinginannya. Hukuman demi hukuman terjadi berulang-ulang sehingga membentuk seseorang apakah non asertif, asertif, atau agresif.

2. Ganjaran
Seseorang mengadopsi sikap non asertif, asertif, atau agresif mungkin juga karena dia menerima ganjaran dari sikap yang ia perbuat tersebut, sehingga akan cenderung diulang lagi.
 3. Modeling
Perilaku yang ditunjukkan oleh orang-orang di sekitar, merupakan pengaruh seseorang bersikap asertif. Banyak perilaku seseorang dipengaruhi oleh modeling. Modeling meliputi proses mengamati dan meniru tingkah laku dari orang-orang yang menjadi figure di sekitar individu. Dari proses modeling inilah individu belajar untuk bersikap non asertif, asertif, atau agresi.

4. Kesempatan untuk mengembangkan sikap yang sesuai
Kegagalan seseorang dalam mengembangkan sikap asertif bisa disebabkan karena mereka tidak memiliki kesempatan dimasa lalu untuk belajar cara bersikap yang tepat. Ketika dihadapkan pada situasi-situasi baru, mereka tidak dituntut untuk berperilaku seperti apa, atau mereka akan merasa gugup karena kurangnya pengetahuan yang mereka miliki. Sementara orang yang pada masa lalunya memiliki banyak kesempatan untuk mengembangkan tingkah lakunya akan dapat mengatasi situasi-situasi baru dengan lebih efektif.

5. Standar budaya dan keyakinan pribadi
Kelompok budaya yang berbeda mengajari anggotanya cara bersikap yang berbeda pula dengan kelompok budaya lain. Situasi dalam interaksi sosial, keyakinan pribadi seseorang juga mempengaruhi cara orang tersebut untuk bersikap dalam hubungan sosial. Keyakinan ini meliputi keyakinan akan hak setiap orang dalam hubungannya dengan orang lain.

6. Keyakinan akan hak mutlak sebagai individu
Orang akan bersikap secara non asertif, asertif dan agresif juga dipengaruhi oleh keyakinan orang tersebut terhadap haknya dan hak orang lain dalam situasi sosial. Seorang individu mungkin tidak mengetahui hak-haknya dalam situasi tertentu sehingga ketidaktahuan inilah yang mungkin mengarahkannya untuk bersikap non asertif.

Faktor-faktor  yang mempengaruhi perkembangan perilaku asertif menurut Rathus & Nevid (dalam Hapsari, 2011) di antaranya,
a. Jenis kelamin
b. Harga diri
c. Kebudayaan
d. Tingkat pendidikan
e. Situasi-situasi tertentu di sekitarnya

E. Tipe Asertif
Beberapa tipe tingkah laku asertif  menurut Lange dan Jakubowski (dalam Hapsari, 2011) di antaranya,
1. Basic Assertion
Basic Assertion mengacu pada ekspresi penghargaan secara sederhana terhadap hak, keyakinan, perasaan, atau opini individu tanpa melibatkan keterampilan sosial lain seperti empati, konfrontasi, atau persuasi. Selain itu Basic Assertion juga melibatkan pengekspresian perasaan dan penghargaan terhadap orang lain.

2. Emphatic Assertion
Bentuk ini dilakukan jika seseorang ingin untuk melakukan sesuatu yang lebih daripada sekedar mengekspresikan perasaan atau kebutuhan mereka secara sederhana. Individu menyampaikan pernyataan yang menunjukkan adanya pemahaman akan situasi atau perasaan orang lain dan diikuti dengan pernyataan lain yang menunjukkan usaha mempertahankan hak pribadi yang bersangkutan.

3. Escalating Assertion
Rimm & Masters (dalam Hapsari, 2011) menyatakan bahwa Escalating Assertion dimulai dengan respons asertif minimal yang bisanya dapat mencapai tujuan dengan emosi negatif dan usaha minimum serta kemungkinan konsekuensi negatif yang kecil. Ketika orang lain tidak merespons dan terus melanggar hak pribadi, individu secara bertahap meningkatkan tingkah laku asertifnya tanpa menjadi agresif. Bentuk escalating assertion dapat berupa permintaan sampai tuntutan, mulai dari mencoba memilih sampai langsung menolak atau menilai dari escalating assertion sampai basic assertion yang tegas.

4. Confrontative Assertion
Bentuk ini digunakan ketika kata-kata seseorang bersifat kontradiktif dengan perbuatannya. Tipe ini meliputi penggambaran secara objektif mengenai apa yang telah dikatakan seseorang, yang sebenarnya telah dilakukan dan apa yang Anda inginkan.

5. I Languange assertion
I Languange terutama berguna untuk orang-orang dalam mengekspresikan perasaan-perasaan negatif. Prinsip-prinsip dalam I Languange saat membantu individu mempelajari bagaimana menentukan perasaan individu.

F. Manfaat Asertif
Orang asertif biasanya memiliki gaya komunikasi yang efektif dan diplomatis, sehingga tak heran jika mereka memiliki kecakapan untuk menyelesaikan konflik dan perselisihan. Selain dipandang sebagai gaya komunikasi yang efektif, sikap asertif juga memiliki beberapa manfaat penting yang bisa dirasakan dalam kehidupan sehari-hari di antaranya,
1. Mudah berteman dengan siapa pun
2. Selalu dihormati dan dihargai orang lain
3. Meningkatkan rasa percaya diri
4. Meningkatkan keterampilan dalam pengambilan keputusan
5. Membantu mengatasi stres
6. Tidak akan ditindas atau dimanfaatkan oleh orang lain
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Pengertian Asertif, Aspek, Ciri, Faktor, Tipe, dan Manfaatnya"