Pengertian Globalisasi, Sejarah, Karakteristik, Teori, Faktor, Dampak, dan Contohnya

Table of Contents
Pengertian Globalisasi
Globalisasi

A. Pengertian Globalisasi

Globalisasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah proses masuknya ke ruang lingkup dunia. Istilah 'globalisasi' diambil dari kata globalize yang merujuk pada kemunculan jaringan sistem sosial dan ekonomi berskala internasional. Sejak dirumuskan, konsep globalisasi telah menginspirasi sejumlah definisi dan interpretasi, mulai dari cakupan perdagangan dan imperium besar di Asia dan Samudra India pada abad ke-15 sampai seterusnya.

Secara umum globalisasi dimaknai sebagai proses integrasi internasional yang terjadi karena pertukaran pandangan dunia, produk, pemikiran, dan aspek-aspek kebudayaan lainnya. Kemajuan infrastruktur transportasi dan telekomunikasi, termasuk kemunculan telegraf dan Internet, merupakan faktor utama dalam globalisasi yang semakin mendorong saling ketergantungan (interdependensi) aktivitas ekonomi dan budaya.

Pada tahun 2000, Dana Moneter Internasional (IMF) mengidentifikasi empat aspek dasar globalisasi: perdagangan dan transaksi, pergerakan modal dan investasi, migrasi dan perpindahan manusia, dan pembebasan ilmu pengetahuan. Selain itu, tantangan-tantangan lingkungan seperti perubahan iklim, polusi air dan udara lintas perbatasan, dan pemancingan berlebihan dari lautan juga ada hubungannya dengan globalisasi. Proses globalisasi memengaruhi dan dipengaruhi oleh bisnis dan tata kerja, ekonomi, sumber daya sosial-budaya, dan lingkungan alam.

Globalisasi Menurut Para Ahli
1. Roland Robertson (1992), globalisasi sebagai pemadatan dunia dan pemerkayaan kesadaran dunia secara keseluruhan.
2. Martin Albrow dan Elizabeth King, globalisasi sebagai semua proses yang menyatukan penduduk dunia menjadi satu masyarakat dunia yang tunggal.
3. Anthony Giddens (The Consequences of Modernity), globalisasi dapat diartikan sebagai intensifikasi hubungan sosial dunia yang menghubungkan tempat-tempat jauh sehingga peristiwa di suatu tempat dapat dipengaruhi oleh peristiwa yang terjadi di tempat lain sekian kilometer jauhnya dan sebaliknya.
4. David Held (Global Transformations), globalisasi sebagai meski dalam artian paling sederhananya globalisasi mengacu pada pelebaran, pendalaman, dan pemercepatan interkoneksi global, definisi semacam itu perlu dijelaskan lebih jauh lagi. ... Globalisasi dapat ditempatkan di dalam satu kontinuum bersama lokal, nasional, dan regional. Di satu ujung kontinuum, terdapat hubungan dan jaringan sosial dan ekonomi yang berbasis lokal dan/atau nasional; di ujung lain, terdapat hubungan dan jaringan sosial dan ekonomi yang menguat pada skala interaksi regional dan global. Globalisasi dapat merujuk pada proses perubahan ruang-waktu yang menopang transformasi susunan kehidupan manusia dengan menghubungkan sekaligus memperluas aktivitas manusia melintasi wilayah dan benua. Tanpa melihat kaitan keruangan seperti itu, istilah ini takkan bisa dirumuskan secara jelas atau runtun. ... Definisi globalisasi yang tepat harus bisa mencakup elemen-elemen berikut: jangkauan, intensitas, kecepatan, dan pengaruh.
5. Thomas Larsson (The Race to the Top: The Real Story of Globalization), globalisasi adalah proses penyusutan dunia sehingga jarak semakin pendek dan segala hal terasa semakin dekat. Globalisasi mengacu pada semakin mudahnya interaksi antara seseorang di satu tempat dengan orang lain di belahan dunia yang lain.
6. Thomas L. Friedman (flat world/dunia datar), bahwa perdagangan global, outsourcing, rantai suplai, dan kekuatan politik telah mengubah dunia lebih baik atau buruk secara permanen. Ia menegaskan bahwa globalisasi berlangsung semakin cepat dan pengaruhnya terhadap organisasi dan praktik bisnis akan terus berkembang.
7. Ekonom Takis Fotopoulos, globalisasi ekonomi sebagai pembebasan dan deregulasi pasar komoditas, modal, dan tenaga kerja yang berujung pada globalisasi neoliberal masa kini. Ia memakai istilah "globalisasi politik" untuk menyebut kemunculan kaum elite transnasional dan hilangnya negara bangsa. "Globalisasi budaya" digunakan untuk menyebut homogenisasi budaya dunia. Istilah lainnya adalah "globalisasi ideologi", "globalisasi teknologi", dan "globalisasi sosial".
8. Manfred Steger, mengidentifikasi empat dimensi globalisasi empiris utama: ekonomi, politik, budaya, dan ekologi, ditambah dimensi kelima (ideologi) yang melintasi empat dimensi lainnya. Menurut Steger, dimensi ideologi dipenuhi oleh serangkaian norma, klaim, kepercayaan, dan penjelasan tentang fenomena itu sendiri.
9. International Monetary Fund (IMF), mengidentifikasi empat aspek dasar globalisasi: perdagangan dan transaksi, pergerakan modal dan investasi, migrasi dan perpindahan manusia, dan pembebasan ilmu pengetahuan. Di sektor perdagangan dan transaksi, negara-negara berkembang telah meningkatkan pangsa perdagangan dunianya dari 19 persen tahun 1971 menjadi 29 persen pada tahun 1999. Akan tetapi, ada perbedaan besar di sejumlah kawasan. Misalnya, negara industri baru (NIE) di Asia berhasil, sedangkan seluruh negara di Afrika gagal. Barang yang diekspor negara merupakan indikator kesuksesan yang penting. Ekspor barang pabrikan meningkat dan didominasi oleh negara-negara maju dan NIE. Ekspor komoditas seperti makanan dan bahan mentah biasanya berasal dari negara-negara berkembang. Pangsa total ekspor komoditas menurun seiring waktu.
10. Paul James, empat bentuk globalisasi yang berbeda juga bisa dibedakan sehingga melengkapi dan melintasi semua dimensi globalisasi. Menurut James, bentuk globalisasi dominan yang tertua adalah globalisasi berwujud, yaitu perpindahan manusia. Bentuk dominan tertua kedua adalah globalisasi lembaga, yaitu sirkulasi agen dari berbagai institusi, organisasi, dan badan, termasuk agen-agen imperial. Bentuk ketiganya, globalisasi objek, merupakan pergerakan komoditas dan objek tukar lainnya. Perpindahan ide, gambar, ilmu pengetahuan, dan informasi di dunia disebut globalisasi tak berwujud, dan saat ini globalisasi tak berwujud merupakan bentuk yang paling dominan. James berpendapat bahwa pengelompokkan semacam ini memungkinkan kita memahami bahwa bentuk globalisasi yang paling berwujud seperti perpindahan pengungsi dan migran justru semakin dibatasi, sedangkan bentuk yang paling tak berwujud seperti sirkulasi instrumen keuangan semakin tidak dibatasi.
11. Jan Aart Scholte, ada beberapa definisi yang dimaksudkan orang dengan globalisasi di antaranya,
a. Internasionalisasi. Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya hubungan internasional. Dalam hal ini masing-masing negara tetap mempertahankan identitasnya masing-masing, namun menjadi semakin tergantung satu sama lain.
b. Liberalisasi. Globalisasi juga diartikan dengan semakin diturunkan batas antar negara, misalnya hambatan tarif ekspor impor, lalu lintas devisa, maupun migrasi.
c. Universalisasi. Globalisasi juga digambarkan sebagai semakin tersebarnya hal material maupun imaterial ke seluruh dunia. Pengalaman di satu lokalitas dapat menjadi pengalaman seluruh dunia.
d. Westernisasi. Westernisasi adalah salah satu bentuk dari universalisasi dengan semakin menyebarnya pikiran dan budaya dari barat sehingga mengglobal.
e. Hubungan transplanetari dan suprateritorialitas. Arti kelima ini berbeda dengan keempat definisi di atas. Pada empat definisi pertama, masing-masing negara masih mempertahankan status ontologinya. Pada pengertian yang kelima, dunia global memiliki status ontologi sendiri, bukan sekadar gabungan negara-negara.

B. Sejarah Globalisasi

1. Zaman Kuno
Globalisasi kuno dipandang sebagai suatu fase dalam sejarah globalisasi yang mengacu pada peristiwa dan perkembangan globalisasi sejak masa peradaban terawal sampai kira-kira tahun 1600-an. Istilah ini dipakai untuk menyebut hubungan antara masyarakat dan negara dan cara keduanya dibentuk oleh persebaran ide dan norma sosial baik di tingkat lokal maupun regional.

Dalam skema ini, ada tiga penyebab yang dipaparkan sebagai pemicu globalisasi. Penyebab pertama adalah pemikiran Timur yang berarti bahwa negara-negara Barat telah mengadaptasi dan menerapkan prinsip-prinsip yang dipelajari dari Timur. Tanpa ide tradisional dari Timur, globalisasi Barat tidak akan terjadi sebagaimana mestinya. Penyebab kedua adalah jarak; interaksi antarnegara belum berskala global dan masih berada di seputaran Asia, Afrika Utara, Timur Tengah, dan sebagian Eropa.

Pada globalisasi awal, negara masih sulit berinteraksi dengan negara lain yang letaknya jauh. Kemajuan teknologi kemudian memungkinkan negara mengetahui keberadaan negara lain yang letaknya jauh, dan fase globalisasi yang baru pun terjadi. Penyebab ketiga adalah saling ketergantungan, kestabilan, dan regularitas. Jika suatu negara tidak bergantung dengan negara lain, tidak ada cara lain bagi negara tersebut untuk memengaruhi dan dipengaruhi oleh negara lain. Inilah salah satu penggerak utama di balik hubungan dan perdagangan global.

Tanpa keduanya, globalisasi tidak akan berjalan seperti yang sudah-sudah dan negara akan tetap bergantung pada produksi dan sumber dayanya sendiri supaya bisa terus berdiri. Sejumlah pakar berpendapat bahwa globalisasi kuno tidak berjalan seperti globalisasi modern karena negara-negara waktu itu tidak saling bergantung seperti sekarang.

Ada pula sifat multipolar dalam globalisasi kuno yang melibatkan partisipasi aktif bangsa non-Eropa. Karena globalisasi kuno sudah ada sebelum Pembelahan Besar abad ke-19, masa ketika Eropa Barat memiliki produksi industri dan hasil ekonomi yang lebih maju ketimbang kawasan lain di dunia, globalisasi kuno menjadi fenomena yang tidak hanya digerakkan oleh Eropa tetapi juga oleh wilayah Dunia Lama yang ekonominya sudah maju seperti Gujarat, Bengal, pesisir Tiongkok, dan Jepang.

Ekonom dan sosiolog historis Jerman Andre Gunder Frank berpendapat bahwa globalisasi diawali oleh munculnya hubungan dagang antara Sumer dan Peradaban Lembah Indus pada milenium ketiga SM. Globalisasi kuno ini terjadi pada Zaman Helenistik, zaman ketika pusat-pusat kota komersial membentuk poros budaya Yunani yang merentang dari India sampai Spanyol, termasuk Alexandria dan kota-kota era Alexander lainnya. Sejak itu, posisi geografis Yunani dan impor gandum memaksa bangsa Yunani melakukan perdagangan lewat laut. Perdagangan di Yunani kuno sangat tidak dibatasi, dan negara hanya mengendalikan suplai gandum.

2. Era Modern Awal
Globalisasi modern awal atau proto-globalisasi mencakup periode sejarah globalisasi antara 1600 dan 1800. Konsep proto-globalisasi pertama kali diperkenalkan oleh sejarawan A. G. Hopkins dan Christopher Bayly. Istilah ini berarti fase peningkatan hubungan dagang dan pertukaran budaya yang menjadi ciri khas periode sebelum munculnya globalisasi modern pada akhir abad ke-19. Fase globalisasi ini dicirikan oleh bangkitnya imperium maritim Eropa pada abad ke-16 dan 17.

Imperium pertama yang muncul adalah Portugal dan Spanyol, yang diikuti Belanda dan Britania. Pada abad ke-17, perdagangan dunia berkembang lebih jauh ketika perusahaan kerajaan (chartered company) seperti British East India Company (didirikan tahun 1600) dan Vereenigde Oostindische Compagnie (didirikan tahun 1602, sering dianggap sebagai perusahaan multinasional pertama yang membuka sahamnya) didirikan.

Globalisasi modern awal berbeda dengan globalisasi modern dalam hal tujuan ekspansionisme, cara mengelola perdagangan global, dan tingkat pertukaran informasi. Periode ini ditandai oleh banyaknya perjanjian dagang seperti yang dilakukan East India Company, peralihan hegemoni ke Eropa Barat, terjadinya konflik berskala besar antara negara besar seperti Perang Tiga Puluh Tahun, dan munculnya komoditas baru seperti perdagangan budak.

Perdagangan Segitiga memungkinan Eropa mendapatkan keuntungan dari sumber daya - sumber daya di dunia barat. Perpindahan hewan, tanaman, dan wabah penyakit yang dikaitkan dengan konsep Pertukaran Columbus oleh Alfred Crosby juga memainkan peran penting dalam proses ini. Perdagangan dan komunikasi modern awal melibatkan banyak kelompok masyarakat, termasuk pedagang Eropa, Muslim, India, Asia Tenggara, dan Tiongkok, terutama di kawasan Samudra Hindia.

3. Era Modern
Sepanjang abad ke-19, globalisasi mulai mendekati bentuknya yang modern akibat revolusi industri. Industrialisasi memungkinkan standardisasi produksi barang-barang rumah tangga menggunakan ekonomi skala, sedangkan pertumbuhan penduduk yang cepat menciptakan permintaan barang yang stabil. Pada abad ke-19, kapal uap sangat menghemat biaya transportasi internasional dan rel kereta menjadikan transportasi darat lebih murah.

Revolusi transportasi terjadi antara 1820 dan 1850. Jumlah negara yang ikut dalam perdagangan internasional semakin banyak. Globalisasi pada masa ini sangat dipengaruhi oleh imperialisme abad ke-19 seperti yang terjadi di Afrika dan Asia. Penemuan kontainer kapal tahun 1956 turut memajukan globalisasi perdagangan.

Setelah Perang Dunia Kedua, para politikus berhasil mewujudkan konferensi Bretton Woods, perjanjian yang disepakati negara-negara besar untuk menyusun kebijakan moneter internasional, perdagangan dan keuangan, dan pembentukan sejumlah lembaga internasional yang bertujuan memfasilitasi pertumbuhan ekonomi, pembebasan perdagangan secara bertahap, dan penyederhanaan dan pengurangan batasan perdagangan. Awalnya, General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) mengeluarkan beberapa perjanjian untuk menghapus batasan perdagangan.

GATT kemudian digantikan oleh Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) untuk mengelola sistem perdagangan. Ekspor nyaris berlipat dari 8,5% total produk bruto dunia tahun 1970 menjadi 16,2% tahun 2001. Pemanfaatan perjanjian global untuk memajukan perdagangan terhambat oleh gagalnya putaran negosiasi Doha. Banyak negara yang beralih ke perjanjian bilateral atau perjanjian multilateral yang lebih kecil, misalnya Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Serikat–Korea Selatan 2011.

Sejak 1970-an, penerbangan semakin terjangkau bagi kelas menengah di negara-negara berkembang. Kebijakan langit terbuka dan maskapai bertarif rendah ikut mendorong persaingan pasar. Pada tahun 1990-an, pertumbuhan jaringan komunikasi bertarif rendah memangkas biaya komunikasi antarnegara. Banyak hal yang bisa dilakukan melalui komputer tanpa memedulikan lokasinya seperti akuntansi, pengembangan perangkat lunak, dan desain rekayasa.

Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, keterhubungan ekonomi dan kebudayaan dunia tumbuh sangat cepat. Pertumbuhan ini melambat sejak 1910-an sampai seterusnya akibat Perang Dunia dan Perang Dingin, tetapi berhasil melaju lagi sejak kebijakan neoliberal dirintis tahun 1980-an dan perestroika serta reformasi ekonomi Tiongkok Deng Xiaoping membawa paham kapitalisme barat ke Blok Timur lama. Pada awal 2000-an, sebagian besar negara maju mengalami Resesi Besar, sehingga memperlambat proses globalisasi untuk sementara.

Perdagangan dan globalisasi telah berevolusi jauh pada masa kini. Masyarakat yang terglobalisasi memiliki serangkaian pendorong dan faktor yang terus mendekatkan manusia, kebudayaan, pasar, kepercayaan, dan aktivitasnya.

C. Karakteristik Globalisasi

1. Perubahan konsep ruang serta waktu. Perkembangan barang-barang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan internet membuat komunikasi global terjadi dengan cepat. Pergerakan massa, seperti pariwisata , membuat kita dapat merasakan banyak hal dari bermacam-macam budaya di dunia.
2. Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadikan masing-masing saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perekonomian, pembagian pekerjaan yang baru secara internasional, meningkatnya pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi dunia seperti World Trade Organization (WTO).
3. Peningkatan interaksi kultural lewat perkembangan media massa (contohnya televisi, film , musik, serta transmisi berita dan olahraga internasional). Saat ini, kita dapat mengonsumsi dan mengalamai gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang beraneka ragam dari berbagai budaya, misalnya fashion, literatur, dan makanan.
4. Meningkatnya masalah bersama, misalnya dalam aspek lingkungan, ekonomi, perdagangan obat terlarang internasional, kesehatan, dan terorisme.

D. Teori Globalisasi

Cochrane dan Pain menegaskan bahwa dalam kaitannya dengan globalisasi, terdapat tiga posisi teoretis yang dapat dilihat, yaitu:
1. Para globalis percaya bahwa globalisasi adalah sebuah kenyataan yang memiliki konsekuensi nyata terhadap bagaimana orang dan lembaga di seluruh dunia berjalan. Mereka percaya bahwa negara-negara dan kebudayaan lokal akan hilang diterpa kebudayaan dan ekonomi global yang homogen. meskipun demikian, para globalis tidak memiliki pendapat sama mengenai konsekuensi terhadap proses tersebut.
2. Para globalis positif dan optimistis menanggapi dengan baik perkembangan semacam itu dan menyatakan bahwa globalisasi akan menghasilkan masyarakat dunia yang toleran dan bertanggung jawab.
3. Para globalis pesimis berpendapat bahwa globalisasi adalah sebuah fenomena negatif karena hal tersebut sebenarnya adalah bentuk penjajahan barat (terutama Amerika Serikat) yang memaksa sejumlah bentuk budaya dan konsumsi yang homogen dan terlihat sebagai sesuatu yang benar dipermukaan. Beberapa dari mereka kemudian membentuk kelompok untuk menentang globalisasi (antiglobalisasi).
4. Para tradisionalis tidak percaya bahwa globalisasi tengah terjadi. Mereka berpendapat bahwa fenomena ini adalah sebuah mitos semata atau, jika memang ada, terlalu dibesar-besarkan. Mereka merujuk bahwa kapitalisme telah menjadi sebuah fenomena internasional selama ratusan tahun. Apa yang tengah kita alami saat ini hanyalah merupakan tahap lanjutan, atau evolusi, dari produksi dan perdagangan kapital.
5. Para transformasionalis berada di antara para globalis dan tradisionalis. Mereka setuju bahwa pengaruh globalisasi telah sangat dilebih-lebihkan oleh para globalis. Namun, mereka juga berpendapat bahwa sangat bodoh jika kita menyangkal keberadaan konsep ini. Posisi teoretis ini berpendapat bahwa globalisasi seharusnya dipahami sebagai "seperangkat hubungan yang saling berkaitan dengan murni melalui sebuah kekuatan, yang sebagian besar tidak terjadi secara langsung". Mereka menyatakan bahwa proses ini bisa dibalik, terutama ketika hal tersebut negatif atau, setidaknya, dapat dikendalikan.

E. Faktor Penyebab Globalisasi

Proses globalisasi terjadi karena beberapa faktor penyebab di antaranya,
1. Perkembangan Teknologi Informasi dan Transportasi, teknologi informasi dan transportasi berperan besar dalam proses globalisasi di dunia. Teknologi yang semakin maju membuat kegiatan transaksi jual-beli antar negara menjadi lebih mudah. Salah satu contohnya adalah bisnis E-commerce di mana kita dapat bertransaksi tanpa harus datang ke lokasi penjual.
2. Kerjasama Ekonomi Internasional, kerjasama ekonomi antar negara-negara di dunia juga merupakan faktor penyebab globalisasi. Kemudahan dalam membuat kesepakatan perdagangan internasional mengakibatkan proses globalisasi terjadi secara terus-menerus.
3. Kemudahan Dalam Pengiriman Barang dan Jasa, masyarakat antar negara dapat saling mengirimkan barang dan jasa satu sama lain. Kemudahan dalam pengiriman barang ini membuat banyak produk asing yang masuk ke dalam negeri dan diadaptasi oleh masyarakat. Misalnya produk fashion asal Korea yang cukup populer di masyarakat Indonesia. Pada saat masyarakat Indonesia memakai produk-produk dari negara lain, maka terjadilah proses asimilasi atau penggabungan kebudayaan antar negara.
4. Konflik Antar Negara Semakin Berkurang, semakin tingginya kesadaran masyarakat dunia akan pentingnya hubungan internasional mengakibatkan berkurangnya konflik antar negara. Ketika antar negara melakukan hubungan internasional maka terjadilah globalisasi.
5. Sumber Daya Alam Berkurang, ada beberapa sumber daya alam yang pasti akan mengalami pengurangan setiap tahunnya. Misalnya minyak bumi dan logam mulia. Hal ini membuat beberapa negara berinvestasi di negara lain untuk mengeruk sumber daya di negara tersebut. Contohnya tambang emas Freeport di Papua, Indonesia yang dikeruk oleh negara lain.

F. Dampak Globalisasi

Mengacu pada pengertian globalisasi di atas, globalisasi bisa berdampak langsung bagi kehidupan masyarakat suatu negara secara universal di antaranya,
1. Dampak Positif Globalisasi
a. Teknologi informasi berkembang sangat pesat
b. Kemudahan dalam mendapatkan kebutuhan dan keperluan pribadi
c. Kemudahan dalam pengembangan ilmu pengetahuan
d. Penyebaran informasi lebih cepat dan mudah didapat
e. Meningkatkan sikap toleran dan cosmopolitan masyarakat dunia
f. Kemudahan dalam berkomunikasi dengan orang lain di seluruh dunia
g. Hubungan internasional antar negara semakin baik
h. Kemudahan dalam bertransaksi secara online, baik dalam negeri maupun ke mancanegara
i. Peningkatan hubungan antar negara di sektor ekonomi

2. Dampak Negatif Globalisasi
a. Potensi terjadinya kriminalitas semakin meningkat karena meniru peristiwa di negara lain
b. Masuknya paham-paham yang tidak sesuai dengan ideologi negara yang menimbulkan konflik di masyarakat
c. Masyarakat lebih konsumtif ketimbang produktif dan cenderung kehilangan kreativitas di dalam dirinya karena meniru tren di luar negeri
d. Masyarakat terpengaruh budaya negara lain yang tidak sesuai dengan budaya lokal sehingga budaya lokal semakin terkikis
e. Timbulnya berbagai informasi yang tidak akurat bahkan hoax yang dapat menimbulkan keresahan di masyarakat
f. Sebagian masyarakat menjadi lebih tertutup dan berpikiran sempit karena tidak ingin terpapar globalisasi
g. Sebagian masyarakat menjadi lebih individual dan egois
h. Berkurangnya peminat di sektor pertanian karena bidang teknologi dan informasi dianggap lebih potensial
i. Timbulnya kesenjangan sosial di masyarakat karena masyarakat berlomba-lomba untuk memperkaya diri sendiri dan tidak peduli sekitarnya
j. Hilangnya rasa nasionalisme masyarakat karena sering membanding-bandingkan dengan negara lain yang dianggap superior atau lebih baik

G. Contoh Globalisasi

Salah satu aspek dalam globalisasi yang membawa pengaruh besar adalah bidang politik. Kebijakan yang ditetapkan oleh suatu negara kini dapat membawa pengaruh bagi kebijakan negara lain. Ada beberapa bukti nyata dari penerapan globalisasi dalam ranah politik. Terbentuknya organisasi persatuan dunia seperti United Nations atau Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menjadi tempat berkumpulnya para petinggi negara untuk menyelesaikan dan mendiskusikan isu global.

Selain dalam konteks politik, globalisasi ekonomi juga turut membentuk perilaku masyarakat yang jauh berubah dibandingkan dahulu. Masyarakat kini cenderung lebih konsumtif karena di banyak kota akan sangat mudah Anda temukan tempat perbelanjaan yang menjual barang dari perusahaan ternama luar negeri. Sehingga, tak perlu bepergian ke Amerika Serikat hanya untuk mencicipi barang buatan sana. Terkait selera pun, kini masyarakat seperti ada dalam satu komunitas yang terpadu. Ketika di negara barat sedang berkembang tren untuk mewarnai rambut dengan warna terang atau menggunakan teknik dandan tertentu, dengan mudahnya masyarakat di Indonesia meniru.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment