Pengertian Antisosial, Ciri, Faktor Penyebab, dan Bentuknya
Antisosial |
A. Pengertian Antisosial
Antisosial dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah tidak suka bergaul; cenderung mengganggu ketenteraman umum. Antisosial terdiri dari kata anti dan sosial, anti yang berarti menentang atau memusuhi dan sosial yang berarti berkenaan dengan masyarakat. Jadi, antisosial adalah suatu sikap yang melawan kebiasaan masyarakat dan kepentingan umum.
Antisosial secara umum adalah sebuah gangguan sikap dan perilaku yang cenderung tidak mempertimbangkan keberadaan orang lain dan tidak mematuhi norma-norma sosial yang berlaku secara umum di masyarakat. Seseorang yang antisosial ditandai dengan perilaku tidak bertanggung-jawab, mengkritik tatanan sosial, tidak ada sikap menolong ke arah perbaikan sosial, hingga melanggar tatanan sosial yang berlaku di masyarakat.
Dalam pandangan psikologi perilaku Anti-Sosial adalah perilaku yang kurang pertimbangan untuk orang lain dan yang dapat menyebabkan kerusakan pada masyarakat, baik sengaja atau melalui kelalaian, karena bertentangan dengan perilaku pro-sosial, perilaku yang membantu atau bermanfaat bagi masyarakat.
Antisosial merupakan perilaku gangguan kepribadian dramatik, emosional atau tidak menentu yang melibatkan pola ketidakpedulian yang sangat kuat terhadap pelanggaran hak-hak orang lain. Perilaku ini ditandai dengan kurangnya perhatian untuk standar moral atau hukum dalam budaya lokal, bersikap tidak peduli dengan perasaan orang lain, sikap yang tidak bertanggung jawab, tidak peduli terhadap norma, peraturan dan kewajiban sosial.
Antisosial Menurut Para Ahli
1. Kathleen Stassen Berger, sikap antisosial adalah sikap dan perilaku yang tidak mempertimbangkan penilaian dan keberadaan orang lain ataupun masyarakat secara umum di sekitarnya. Sikap dan tindakan antisosial terkadang mengakibatkan kerugian bagi masyarakat luas karena si pelaku pada dasarnya tidak menyukai keteraturan sosial seperti yang diharapkan oleh sebagian besar anggota masyarakat.
2. Durand (2006), antisosial adalah perilaku yang ditandai riwayat tidak mau mematuhi norma-norma sosial. Mereka melakukan tindakan-tindakan yang bagi kebanyakan orang tidak diterima dan cenderung tidak bertanggung jawab serta pembohong.
3. Mappiare (2006), antisosial adalah suatu kondisi pribadi di mana individu mementingkan kekuasaan diri sendiri dan cenderung merugikan lingkungan masyarakatnya, hal tersebut terlihat dari perilaku secara agresif merusak, mengkritik tatanan sosial, diam tidak menolong sama sekali ke arah perbaikan sosial masyarakat.
4. Nevid dkk (2005), antisosial adalah sebuah gangguan perilaku yang ditandai dengan perilaku tidak bertanggungjawab serta kurangnya penyesalan untuk kesalahan mereka.
B. Ciri Antisosial
Ciri individu yang memiliki kepribadian anti-sosial dapat dilihat dari berbagai perilaku yang muncul yang mengindikasikan adanya kepribadian anti-sosial di antaranya,
1. Perlawanan terhadap tekanan dari pihak lain untuk berperilaku tertentu
2. Tindakan permusuhan yang nyata atau ancaman permusuhan, dan biasanya tidak ditimbulkan oleh orang lain, dan dilakukan pada anak yang lebih kecil.
3. Perselisihan pendapat yang mengandung kemarahan yang umumnya dimulai apabila seseorang mengadakan penyerangan yang tidak beralasan
4. Mengejek dan menggertak. Mengadakan serangan baik yang bersifat lisan (mengejek) maupun fisik (menggertak)
5. Perilaku yang sok kuasa. Kecenderungan untuk mendominasi orang lain atau menjadi “majikan”
6. Cenderung berpikir dan berbicara tentang diri mereka sendiri
7. Biasanya dengan membedakan orang-orang yang ia kenal
8. Antagonisme jenis kelamin. Biasanya dengan jalan menghindari bergaul dengan anak perempuan dan tidak melakukan aktivitas yang dianggap sebagai aktivitas anak perempuan
9. Antagonistik terhadap setiap orang. Perasaannya mudah tersinggung dengan pandangan mencemooh
10. Merasa bosan dengan aktivitas sosial, misalnya enggan mengikuti pertemuan keluarga dan mengikuti perayaan besar
11. Sebagian besar waktunya digunakan untuk menyendiri
12. Dengan sengaja menolak berkomunikasi dengan orang lain. Apabila ditanya, biasanya mereka menutup pertanyaan dengan jawaban “enggak ingat” dan atau “enggak tahu”
13. Mengadakan pelanggaran-pelanggaran terhadap aturan atau norma sosial yang berlaku
Ciri-ciri diagnostik dari gangguan kepribadian antisosial menurut Setiadi dan Kolip (2011) ditandai dengan hal-hal sebagai berikut di antaranya,
1. Kurang patuh terhadap norma sosial dan peraturan hukum, ditunjukkan dengan perilaku melanggar hukum yang dapat maupun yang tidak dapat mengakibatkan penahan, seperti merusak bangunan, terlibat dalam pekerjaan yang bertentangan dengan hukum mencuri atau menganiaya orang lain.
2. Agresif dan sangat mudah tersinggung saat berhubungan dengan orang lain, ditunjukkan dengan terlibat dalam perkelahian fisik dan menyerang orang lain secara berulang, mungkin penganiayaan terhadap teman atau anak-anak.
3. Asosial juga disebut individualis atau penyendiri, sering merasa mereka tidak punya kaitan dengan masyarakat dan budaya umum, atau justru mereka atau justru mereka bahwa masyarakat atau budaya yang umum yang menghindari mereka. Terkadang, seseorang yang asosial dengan sengaja menolak hubungan sosial karena mereka merasa mereka lebih baik atau hebat dari orang lain.
4. Introvert atau ketertutupan, seseorang yang introvert lebih suka kegiatan yang menyendiri seperti membaca, kesenian dan menulis. Mereka tidak menemukan kebahagiaan dalam interaksi kelompok. Orang introvert biasanya pendiam, sensitif, gampang terprovokasi, dan memiliki sedikit teman dari pada kerumunan orang. Introvert adalah pribadi yang bersifat menyendiri dan biasanya lebih pendiam dan tertutup, sedikit bicara dan lebih suka menjadi pendengar yang baik dalam suatu kelompok atau lebih suka menyendiri di rumah dari pada harus berkumpul dengan orang lain, atau berjam-jam duduk di depan komputer, tapi tidak semua introver bersikap seperti itu tidak semua introver yang suka berkelompok dan membicarakan sesuatu dengan temannya walaupun kebanyakan hanya suka membicarakan atau melakukan hal-hal yang dianggap bermanfaat atas berbagai alasan.
Ciri-ciri perilaku antisosial menurut Bresseert (2017) dapat dilihat atau ditandai dengan tindakan sebagai berikut di antaranya,
1. Gagal menyesuaikan diri dengan norma sosial, sehubungan dengan perilaku yang sah seperti yang ditunjukkan oleh tindakan yang dilakukan berulang kali yang merupakan dasar penangkapan.
2. Ketidaktaatan, seperti yang ditunjukkan oleh pembohong berulang, penggunaan alias, atau menipu orang lain untuk keuntungan pribadi atau kesenangan.
3. Impulsif atau kegagalan untuk merencanakan ke depan.
4. Iritabilitas dan agresivitas, seperti yang ditunjukkan oleh perkelahian fisik berulang-ulang atau serangan.
5. Dengan sembarangan mengabaikan keamanan diri sendiri atau orang lain.
6. Ketidakbertanggungjawaban secara konsisten, seperti yang ditunjukkan oleh kegagalan berulang untuk mempertahankan perilaku kerja yang konsisten atau menghormati kewajiban finansial.
7. Kurangnya penyesalan, seperti yang ditunjukkan oleh bersikap acuh tak acuh terhadap atau merasionalisasi karena telah menyakiti, menganiaya, atau mencuri dari yang lain.
C. Faktor Penyebab yang Mempengaruhi Antisosial
Terdapat beberapa penyebab yang dianggap berpengaruh terhadap timbulnya perilaku antisosial pada individu menurut Setiadi dan Kolip (2011) di antaranya,
1. Adanya norma atau nilai sosial yang tidak sesuai atau sejalan dengan keinginan masyarakat, sehingga terjadi kesenjangan budaya termasuk pola pikir masyarakat.
2. Kurang siapnya pola pemikiran masyarakat untuk menerima perubahan dalam tatanan masyarakat, hal ini terjadi karena adanya perubahan sosial yang menuntut semua komponen untuk berubah mengikuti tatanan yang baru. Dalam perubahan ada komponen yang siap, namun sebaliknya komponen yang tidak siap ini justru akan bersikap antisosial karena tidak sepakat dengan perubahan yang terjadi. Misalnya perusakan terhadap telepon umum.
3. Ketidakmampuan seseorang untuk memahami atau menerima bentuk perbedaan sosial dalam masyarakat, sehingga akan mengakibatkan kecemburuan sosial,. Perbedaan-perbedaan dimaknai sebagai suatu permasalahan yang dapat mengancam stabilitas masyarakat yang sudah tertata.
4. Adanya ideologi yang dipaksa untuk masuk ke dalam lingkungan masyarakat, hal ini akan menimbulkan keguncangan budaya bagi masyarakat yang belum siap untuk menerima ideologi baru tersebut.
Sikap antisosial pada diri seseorang juga dipengaruhi oleh kondisi di luar diri seseorang Menurut Kartono (1998) di antaranya,
1. Faktor keluarga, keluarga merupakan wadah pembentukan pribadi anggota keluarga terutama bagi remaja yang sedang dalam masa peralihan, tetapi apabila pendidikan dalam keluarga itu gagal akan terbentuk seorang anak yang cenderung berperilaku antisosial, contohnya kondisi disharmoni keluarga (broken home), overproteksi dari orang tua, orang tua yang masih berusia remaja, ukuran keluarga.
2. Faktor lingkungan sekolah, lingkungan sekolah yang tidak menguntungkan, contohnya: kurikulum yang tidak jelas, guru yang kurang memahami kejiwaan remaja dan sarana sekolah yang kurang memadai sering menyebabkan munculnya perilaku kenakalan pada remaja. Walaupun demikian faktor yang berpengaruh di sekolah bukan hanya guru dan sarana serta prasarana pendidikan saja. Lingkungan pergaulan antar teman pun besar pengaruhnya.
3. Faktor lingkungan sekitar, lingkungan sekitar tidak selalu baik dan menguntungkan bagi pendidikan dan perkembangan anak. Lingkungan ada kalanya dihuni oleh orang dewasa serta anak-anak muda kriminal dan antisosial, yang bisa merangsang timbulnya reaksi emosional buruk pada anak-anak puber dan remaja yang masih labil jiwanya. Dengan begitu anak-anak remaja ini mudah terjangkit oleh pola kriminal, asusila dan antisosial.
D. Bentuk Perilaku Anti Sosial
1. Sikap Antisosial yang Muncul karena Deviasi Individual
Deviasi individual bersumber pada faktor-faktor yang terdapat pada diri seseorang, misalnya pembawaan, penyakit kecelakaan yang dialami oleh seseorang, atau karena pengaruh sosiokultural yang bersifat unik terhadap individu. Adapun bentuk-bentuk sikap antisosial tersebut di antaranya,
a. Pembandel, yaitu orang yang tidak mau tunduk kepada nasihat-nasihat orang yang ada di sekelilingnya agar mau mengubah pendiriannya.
b. Pembangkang, yaitu orang yang tidak mau tunduk kepada peringatan orang-orang yang berwenang di lingkungan tersebut.
c. Pelanggar, yaitu orang yang melanggar norma-norma umum atau masyarakat yang berlaku.
d. Penjahat, yaitu orang yang mengabaikan norma-norma umum atau masyarakat, berbuat sekehendak hati yang dapat menimbulkan kerugian-kerugian harta atau jiwa di lingkungannya ataupun di luar lingkungannya, sehingga para anggota masyarakat meningkatkan kewaspadaan dan selalu bersiap-siap untuk menghadapinya.
2. Sikap Antisosial yang Muncul karena Deviasi Situasional
Deviasi situasional merupakan fungsi pengaruh kekuatan-kekuatan situasi di luar individu atau dalam situasi di mana individu merupakan bagian yang integral di dalamnya. Situasi sosial adalah keadaan yang berhubungan dengan tingkah laku seseorang di mana tekanan, pembatasan, dan rangsangan-rangsangan yang datang dari orang atau kelompok di luar diri orang itu relatif lebih dinamik daripada faktor-faktor internal yang menimbulkan respons terhadap hal-hal tersebut. Deviasi situasional akan selalu kembali apabila situasinya berulang. Dalam hal itu deviasi dapat menjadi kumulatif. Bentuk sikap antisosial yang muncul adalah sebagai berikut di antaranya,
a. Degradasi moral atau demoralisasi karena kata-kata keras dan radikal yang keluar dari mulut pekerja-pekerja yang tidak mempunyai pekerjaan di tempat kerjanya.
b. Tingkah laku kasar pada golongan remaja.
c. Tekanan batin yang dialami oleh perempuan-perempuan yang mengalami masa menopause.
d. Deviasi seksual yang terjadi karena seseorang menunda perkawinan.
e. Homoseksualitas yang terjadi pada narapidana di dalam Lembaga Pemasyarakatan.
3. Sikap Antisosial yang Muncul karena Deviasi Biologis
Deviasi biologis merupakan faktor pembatas yang tidak memungkinkan memberikan persepsi atau menimbulkan respons-respons tertentu. Gangguan terjadi apabila individu tidak dapat melakukan peranan sosial tertentu yang sangat perlu. Pembatasan karena gangguan-gangguan itu bersifat transkultural (menyeluruh di seluruh dunia). Beberapa bentuk deferensiasi biologis yang dapat menimbulkan deviasi biologis di antaranya,
a. Ciri-ciri ras, seperti tinggi badan, roman muka, bentuk badan, dan lain-lain.
b. Ciri-ciri biologis yang aneh, cacat karena luka, cacat karena kelahiran, anak kembar, dan lain sebagainya.
c. Ciri-ciri karena gangguan fisik, seperti kehilangan anggota tubuh, gangguan sensorik, dan lain sebagainya.
d. Disfungsi tubuh yang tidak dapat dikontrol lagi, seperti epilepsi, tremor, dan sebagainya.
4. Sikap Antisosial yang Bersifat Sosiokultural
Beberapa bentuk sikap antisosial yang bersifat sosiokultural, yaitu primordialisme, etnosentrisme, sekularisme, hedonisme, fanatisme, dan diskriminasi. Primordialisme, yaitu suatu sikap atau pandangan yang menunjukkan sikap berpegang teguh kepada hal-hal yang sejak semula melekat pada diri individu seperti suku bangsa, ras, agama ataupun asal-usul kedaerahan oleh seseorang dalam kelompoknya, kemudian meluas dan berkembang. Primordialisme ini muncul karena hal-hal berikut di antaranya,
a. Adanya sesuatu yang dianggap istimewa oleh individu dalam suatu kelompok atau perkumpulan sosial.
b. Adanya suatu sikap untuk mempertahankan keutuhan suatu kelompok atau kesatuan sosial terhadap ancaman dari luar.
c. Adanya nilai-nilai yang berkaitan dengan sistem keyakinan, seperti nilai-nilai keagamaan, pandangan hidup, dan sebagainya.
Etnosentrisme atau fanatisme suku bangsa, yaitu suatu sikap menilai kebudayaan masyarakat lain dengan menggunakan ukuran-ukuran yang berlaku di masyarakatnya. Sekularisme, yaitu suatu sikap yang lebih mengedepankan hal-hal yang bersifat nonagamis, seperti teknologi, ilmu pengetahuan, sehingga kebutuhan agamis seakan-akan dikesampingkan. Mereka yang memiliki sikap seperti ini cenderung lebih mempercayai kebenaran yang sifatnya duniawi.
Hedonisme, yaitu suatu sikap manusia yang mendasarkan diri pada pola kehidupan yang serba mewah, glamour, dan menempatkan kesenangan materiil di atas segala-galanya. Tindakan yang baik menurut hedonisme adalah tindakan yang menghasilkan kenikmatan. Orang yang memiliki sifat seperti ini biasanya kurang peduli dengan keadaan sekitarnya, sebab yang diburu adalah kesenangan pribadi.
Fanatisme, yaitu suatu sikap yang mencintai atau menyukai suatu hal secara berlebihan. Mereka tidak mempedulikan apapun yang dipandang lebih baik daripada hal yang disenangi tersebut. Fanatisme yang berlebihan sangat berbahaya karena dapat berujung pada perpecahan atau konflik. Misalnya fanatisme terhadap suatu ideologi atau artis idola tertentu atau lainnya.
Diskriminasi, yaitu suatu sikap yang merupakan usaha untuk membedakan secara sengaja terhadap golongan-golongan yang berkaitan dengan kepentingan-kepentingan tertentu. Dalam diskriminasi, golongan tertentu diperlakukan berbeda dengan golongan-golongan lain.
Pembedaan itu dapat didasarkan pada suku bangsa, agama, mayoritas, atau bahkan minoritas dalam masyarakat. Misalnya diskriminasi ras yang dulu pernah terjadi di Afrika Selatan yang dikenal dengan politik apartheid, di mana golongan orang-orang kulit putih menduduki lapisan sosial yang lebih tinggi daripada golongan orang-orang kulit hitam.
Secara umum perilaku antisosial dapat dibagi menjadi tiga kelompok menurut Soekanto (2006) di antaranya,
1. Antikonformitas, suatu pelanggaran terhadap nilai-nilai dan norma-norma sosial yang dilakukan dengan sengaja oleh individu atau sekelompok individu. Sebagai contohnya adalah mencuri, membunuh, membuat keributan, dan mengasingkan diri dari pergaulan masyarakat.
2. Aksi antisosial, sebuah aksi yang menempatkan kepentingan pribadi ataupun kepentingan kelompok tertentu di atas kepentingan umum. Contohnya adalah, tidak mau mengikuti kegiatan gotong royong di masyarakat, memanipulasi data keuangan sebuah organisasi demi kepentingan diri sendiri, dan lain-lain.
3. Dendam antisosial (Antisocial grudge), yaitu rasa dendam atau sakit hati terhadap masyarakat maupun terhadap aturan sosial tertentu sehingga menimbulkan perilaku menimpang.
Sedangkan menurut Millon dan Davis (2000), gangguan kepribadian antisosial dapat diklasifikasikan dalam beberapa jenis di antaranya,
1. Antisosial pencemburu/iri (varian murni), ditandai selalu menyangkal, merasa kekurangan, tamak, loba, serakah, iri, dengki, cemburu, mencari ganti rugi dan selalu ingin mendapat daripada member.
2. Antisosial penjaga reputasi (ciri narsisitik), ditandai tidak mau dianggap cacat, rapuh, tak terkalahkan, tidak dapat diganggu gugat, bersikeras ketika statusnya dipertanyakan, dan tidak mau diremehkan.
3. Antisosial pengambil risiko (ciri historik), ditandai tidak takut, berani, suka berpetualang, sembrono, membabi-buta, implusif, dan tidak peduli bahaya/risiko.
4. Antisosial nomadis (ciri skizoid, avoidant), ditandai bernasib sial/buruk, dianggap tidak penting, tidak diinginkan, gelandangan/tunawisma, dan impulsif namun tidak berdaya.
5. Antisosial pendengki (ciri sadistik, paranoid), ditandai suka berkelahi, penuh dendam, kejam, sangat jahat, brutal, mengantisipasi pengkhianatan dan hukuman, temperamen kasar dan tidak berperasaan, dan tidak merasa takut dan bersalah.
Dari berbagai sumber
Post a Comment