Pengertian Kohesivitas Kelompok, Aspek, Faktor, dan Cara Meningkatkannya

Pengertian Kohesivitas Kelompok
Kohesivitas Kelompok

A. Pengertian Kohesivitas Kelompok
Kohesif dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah melekat satu dengan yang lain; padu; berlekatan. Sementara kelompok dalam KBBI adalah kumpulan manusia yang merupakan kesatuan beridentitas dengan adat-istiadat dan sistem norma yang mengatur pola-pola interaksi antara manusia itu. Demikian secara sederhana kohesivitas kelompok diartikan sebagai kelekatan atau kesatupaduan individu yang terikat dalam satu kesatuan kelompok sosial.

Kohesivitas kelompok merupakan proses kesatuan, kelekatan atau daya tarik individu terhadap kelompok dalam rangka pemenuhan tujuan dan motivasi untuk bersama di dalamnya yang memiliki tingkat ketertarikan dan keyakinan untuk bersama dalam keberhasilan kelompok. Kohesivitas kelompok bukan hanya merupakan kesatuan unit atau hubungan pertemanan antar anggota, melainkan sebuah proses yang sangat kompleks yang dapat mempengaruhi hubungan interpersonal antar anggota ataupun proses dalam kelompok tersebut.

Kohesivitas kelompok meningkatkan produktivitas dan kinerja kelompok, konformitas terhadap norma kelompok, memperbaiki semangat dan kepuasan kerja, mempermudah komunikasi dalam kelompok, mengurangi permusuhan dalam kelompok, meningkatkan rasa aman dan harga diri. Kohesivitas kelompok merupakan tingkat solidaritas dan perasaan positif dari anggota kelompok terhadap kelompoknya. Semakin tinggi kohesivitas, semakin solid sebuah tim, dan anggotanya akan semakin loyal pada kelompok.

Kohesivitas Kelompok Menurut Para Ahli
1. Walgito (2003), kohesivitas kelompok adalah dimensi fundamental dari struktur kelompok dan secara meyakinkan berpengaruh pada perilaku kelompok.
2. Carron, dkk (2001), kohesivitas kelompok adalah proses dinamis yang terlihat melalui kecenderungan kelekatan dan kebersatuan kelompok dalam pemenuhan tujuan dan atau kepuasan kebutuhan afeksi anggota kelompok.
3. Robbin (2003), kohesivitas kelompok adalah yaitu tingkat di mana para anggota kelompok saling tertarik satu sama lain dan termotivasi untuk tinggal di dalam kelompok tersebut.
4. Mcshane dan Glinow (2003), kohesivitas kelompok merupakan perasaan daya tarik individu terhadap kelompok dan motivasi mereka untuk tetap bersama kelompok di mana hal tersebut menjadi faktor penting dalam keberhasilan kelompok.
5. Forsyth (2006), kohesivitas kelompok merupakan kesatuan yang terjalin dalam kelompok, menikmati interaksi satu sama lain, dan memiliki waktu tertentu untuk bersama dan di dalamnya terdapat semangat kerja yang tinggi.
6. Festinger, Schachter & Back (1950:164), kohesivitas kelompok adalah total dari sebuah kekuatan yang berada pada anggota kelompok yang tetap bertahan pada kelompok tersebut.
7. Collins dan Raven (1964), kohesivitas kelompok adalah kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal di dalam kelompok dan mencegahnya meninggalkan kelompok.
8. Cartwright dan Zander (1986), kohesivitas kelompok adalah derajat kekuatan ikatan dalam suatu kelompok yang masing-masing anggotanya secara psikologis menjadi saling tarik menarik dan saling tergantung.
9. Taylor, Peplau & Sears (1997:109), kohesivitas kelompok adalah kekuatan baik positif ataupun negatif yang menyebabkan anggota menetap pada suatu kelompok.
10. Munandar (2001), kohesivitas kelompok adalah kesepakatan para anggota terhadap sasaran kelompok, serta saling menerima antar anggota kelompok. Semakin para anggota kelompok saling tertarik dan makin sepakat mereka terhadap sasaran kelompok, makin lekat kelompoknya.
11. George & Jones (2002), kohesivitas kelompok adalah anggota kelompok yang memiliki daya tarik satu sama lain. Kelompok yang kohesivitasnya tinggi adalah saling tertarik pada setiap anggota, sedangkan kelompok yang kohesivitasnya rendah adalah tidak saling tertarik satu sama lain.
12. Hartinah (2009:72), kohesivitas kelompok adalah sejumlah faktor yang mempengaruhi anggota kelompok untuk tetap menjadi anggota kelompok tersebut.
13. Gibson (2003), kohesivitas kelompok adalah kekuatan ketertarikan anggota yang tetap pada kelompoknya dari pada terhadap kelompok lain. Mengikuti kelompok akan memberikan rasa kebersamaan dan rasa semangat dalam bekerja.

B. Aspek Kohesivitas Kelompok
Terdapat empat aspek yang mempengaruhi kohesivitas kelompok menurut Forsyth (2006) di antaranya,
1. Kekuatan Sosial, yaitu keinginan dalam diri individu untuk tetap berada dalam kelompoknya. Atau dapat juga diartikan sebagai desakan atau dorongan dari setiap individu terhadap organisasi ataupun kelompoknya untuk tetap berada dalam kelompok.
2. Kesatuan dalam kelompok, yaitu perasaan saling memiliki terhadap kelompoknya dan memiliki perasaan moral yang berhubungan dengan keanggotaannya dalam kelompok. Kesatuan dalam kelompok juga dapat diartikan sebagai kumpulan manusia yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi. Kelompok diciptakan oleh anggota masyarakat. Kelompok juga dapat memengaruhi perilaku para anggotanya.
3. Daya Tarik, individu akan lebih tertarik melihat dari segi kelompok kerjanya sendiri dari pada melihat dari anggotanya secara spesifik. Daya tarik ini dapat berupa semangat kerja yang dimiliki kelompok sehingga akan berdampak positif terhadap perkembangan dan keberlangsungan kelompok tersebut untuk dapat mencapai tujuan.
4. Kerja sama Kelompok, individu memiliki keinginan yang lebih besar untuk bekerja sama untuk mencapai tujuan kelompok. Kerja sama sendiri juga mampu menjadi standar penilaian kerja seseorang dalam beberapa kelompok. Untuk dapat melihat seberapa kuat dan seberapa besar partisipasi dari setiap anggota kelompok.

Menurut McShane dan Glinow (2008), terdapat beberapa aspek yang juga mempengaruhi kohesivitas kelompok di antaranya,
1. Adanya Kesamaan, kelompok kerja yang homogen akan lebih kohesif dari pada kelompok kerja yang heterogen. Karyawan yang berada dalam kelompok yang homogen di mana memiliki kesamaan latar belakang, membuat mereka lebih mudah bekerja secara objektif, dan mudah menjalankan peran dalam kelompok.
2. Ukuran kelompok, kelompok yang berukuran kecil akan lebih kohesif dari pada kelompok yang berukuran besar karena akan lebih mudah untuk beberapa orang untuk mendapatkan satu tujuan dan lebih mudah untuk melakukan aktivitas kerja.
3. Adanya interaksi, kelompok akan lebih kohesif bila kelompok melakukan interaksi berulang antar anggota kelompok.
4. Ketika ada masalah, kelompok yang kohesif mau bekerja sama untuk mengatasi masalah.
5. Keberhasilan kelompok, kohesivitas kelompok kerja terjadi ketika kelompok telah berhasil memasuki level keberhasilan. Anggota kelompok akan lebih mendekati keberhasilan mereka dari pada mendekati kegagalan.
6. Tantangan, kelompok kohesif akan menerima tantangan dari beban kerja yang diberikan. Tiap anggota akan bekerja sama menyelesaikan tugas yang diberikan, bukan menganggap itu sebagai masalah melainkan tantangan.

C. Faktor Kohesivitas Kelompok
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kohesivitas kelompok menurut Forsyth (2006) di antaranya,
1. Interpersonal Attraction (Ketertarikan Interpersonal)
Suatu kelompok dapat terjalin ketika dalam sebuah kelompok tersebut ada ketertarikan dari setiap individu. Faktor yang mempengaruhi pembentukan kelompok selain ketertarikan di antaranya seperti kedekatan, frekuensi interaksi, kesamaan, kelengkapan, timbal balik, dan saling memberikan penghargaan dapat mendorong terbentuknya suatu kelompok. Dengan demikian juga mereka dapat membentuk kelompok yang belum sempurna menjadi kelompok yang sangat kompak.

2. Stability of Membership (Stabilitas Keanggotaan)
Stabilitas anggota dapat dilihat dari lamanya anggota berada pada suatu kelompok. Suatu kelompok yang keanggotaannya sering berganti cenderung memiliki kohesivitas yang rendah dan berbanding terbalik dengan kelompok yang keanggotaannya cenderung lama.

3. Group Size (Ukuran Kelompok)
Ukuran kelompok bisa mempengaruhi kohesivitas kelompok. Konsekuensi yang ditimbulkan yaitu semakin besar sebuah kelompok maka kebutuhan akan antar anggota kelompok semakin besar juga. Kelompok yang besar memungkinkan adanya reaksi-reaksi antar anggota kelompok yang meningkat dengan cepat sehingga banyak anggota tidak bisa lagi memelihara hubungan yang positif dengan anggota kelompok lainnya.

4. Structural Features (Ciri-ciri Struktural)
Kelompok yang kohesif cenderung terjadi secara relatif karena mereka lebih tersusun dan struktur-struktur kelompok dihubungkan dengan tingkat kohesi yang lebih tinggi dibanding dengan yang lain.

5. Initations (Permulaan Kelompok)
Seorang individu yang memiliki ketertarikan untuk masuk dalam suatu kelompok, pada umumnya melakukan serangkaian tes untuk mendapatkan keanggotaan dari kelompok, seperti tim olahraga yang melakukan tes kepada pemain baru dengan berbagai cara, baik secara fisik maupun mental, terkadang seperti dilakukan seperti tentara. Dengan adanya tahapan-tahapan yang dilakukan seseorang sebelum bergabung dalam suatu kelompok akan membuat sebuah ikatan yang kuat antar setiap anggota dengan kelompoknya.

Faktor yang mempengaruhi tingkat kohevisitas suatu kelompok menurut Rachmawati (2009) di antaranya,
1. Kegiatan-kegiatan kelompok, yakni dengan ikut berpartisipasi dalam acara-acara yang diselenggarakan bersama.
2. Simbol, simbol yang dapat menjadi pembeda antar anggota kelompok dengan komunitas lain.
3. Komunikasi, komunikasi dalam sebuah kelompok adalah sesuatu hal yang penting yang menyatukan banyak bagian menuju kohesivitas yang tinggi. Fokusnya pada komunikasi interpersonal, komunikasi interpersonal sendiri merupakan interaksi berbalasan antara dua orang dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan atau meraih hasil yang diharapkan.
4. Ancaman luar, tekanan yang dapat menahan ancaman dari luar yaitu adalah musuh.
5. Prospek masa depan, kohesivitas dipengaruhi oleh apakah organisasi tersebut memiliki prospek yang baik atau tidak, sebuah harapan menjadi faktor penting saat mengerjakan tugas kelompok atau individu.
6. Homogenitas, semakin homogen sebuah kelompok, maka semakin mudah untuk menciptakan kohesivitas kelompok.
7. Interaksi, semakin sering anggota bekerja bersama, maka semakin mudah untuk terciptanya kohesivitas.
8. Pencitraan, saat anggota merasa bahwa kelompoknya mampu meningkatkan citra serta harga diri mereka, maka kohesivitas akan meningkat.

D. Cara Meningkatkan Kohesivitas Kelompok
Terdapat beberapa cara untuk meningkatkan kohesivitas kelompok menurut Wijayanto (2012) di antaranya,
1. Menjelaskan kepedulian mengenai kompetisi. Pimpinan dapat menjelaskan keberadaan kompetisi yang tinggi dengan kompetitor (dari dalam maupun luar organisasi) untuk meningkatkan kohesivitas.
2. Meningkatkan daya tarik antarpribadi. Sering kali, orang mau bergabung dalam sebuah tim karena identitas maupun kekaguman terhadap anggota tim.
3. Meningkatkan interaksi. Interaksi dipercaya dapat meningkatkan kohesivitas dengan membuat acara-acara agar intensitas interaksi dapat ditingkatkan dan terjadi kohesivitas kelompok.
4. Menciptakan tujuan bersama dan nasib bersama yang akan mempengaruhi tiga variabel fungsional dalam efektiviats kelompok, yaitu task interdependence, sense of potency, dan outcome interdependence.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Pengertian Kohesivitas Kelompok, Aspek, Faktor, dan Cara Meningkatkannya"