Pengertian Evolusi, Tokoh, Sejarah, Prinsip, Bukti, Ciri, dan Mekanismenya

Pengertian Evolusi
Evolusi

A. Pengertian Evolusi
Evolusi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah perubahan (pertumbuhan, perkembangan) secara berangsur-angsur dan perlahan-lahan (sedikit demi sedikit). Perubahan secara evolusi terjadi secara bertingkat menjadi bentuk lain (yang biasanya) menjadi lebih kompleks, rumit ataupun berubah menjadi bentuk yang lebih baik.

Evolusi terjadi karena masyarakat berusaha menyesuaikan diri dengan keperluan, keadaan dan kondisi baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Oleh sebab itu perubahan yang terjadi melalui evolusi terjadi dengan sendirinya secara alami, tanpa rencana atau kehendak tertentu.

Evolusi berasal dari bahasa latin evolvere yang berarti "membuka lipatan". Evolusi pada tahun 1622, pada awalnya berarti "membuka gulungan buku". Namun istilah ini digunakan pertama kali dalam pengertian ilmiah modern pada tahun 1832 oleh seorang Geologis berkebangsaan Skotlandia bernama Charles Lyell.

Charles Darwin kemudian menggunakan istilah ini satu kali dalam paragraf penutup bukunya yang berjudul The Origin of Species (Asal mula Spesies) pada tahun 1859. Istilah ini kemudian dipopulerkan oleh Herbert Spencer dan ahli biologi lainnya.

Fenomena burung finch dan kura-kura Galapagos menimbulkan gagasan Darwin untuk mengemukakan teori Evolusi. Ilmuwan yang mengilhami teori Evolusi Darwin di antaranya,
1. Charles Lyell dengan bukunya Principles of Geology Sumbangan teori ; Variasi karena pengaruh alam.
2. Thomas Robert Malthus dengan bukunya The Principles of Population Sumbangan teori; Seleksi alam karena ketersediaan pangan.

B. Pandangan Tokoh Teori Evolusi
1. James Hutton, menetapkan teori gradualisme bahwa dalam bentuk bumi dan lapisan-lapisannya adalah sebuah hasil dari perubahan yang berlangsung secara bertahap, terus-menerus dan lambat (dalam sebuah waktu yang lama).
2. Alfred Russel Wallace, didasarkan pada penelitian biologi komparatif di Brasil dan Hindia Belanda (sekarang Indonesia) dan di wilayah Malaysia. Buku penelitiannya berjudul “Pada kecenderungan varietas menyimpang tanpa batas dari tipe aslinya”. Teorinya sama terhadap apa yang akan dikembangkan oleh Darwin.
3. Carolus Linnaeus, membuat pengaturan untuk menemukan dalam sebuah posisi reguler antara makhluk hidup dengan mencari properti yang sama dan pengelompokkan yang serupa. Klasifikasi dapat berlangsung dengan cara bertahap (disebut takson), mulai dari tingkat terendah (takson spesies) hingga tingkat tertinggi (takson kerajaan).
4. Charles Lyell, menetapkan teori uniformitarianisme (keseragaman). Menurut Lyell, sebuah proses dapat mengubah lapisan batu dan bentuk permukaan bumi selalu sama atau tidak berubah dari waktu ke waktu.
5. Georges Cuvier, merupakan seorang ahli anatomi, tetapi sangat peduli tentang paleontologi (ilmu fosil). Cuvier mendukung teori malapetaka (catastrophe), yang menyatakan bahwa makhluk hidup di setiap shift tidak memiliki hubungan. Di mana setiap shift terbentuk karena adanya sebuah bencana alam seperti gempa bumi, banjir atau kekeringan panjang. Jika lapisan tersebut hilang karena bencana, lapisan baru muncul dengan makhluk baru yang datang dari daerah lain.
6. Jean Baptiste Lamarck, melihat kecenderungan terhadap makhluk sederhana untuk berubah menjadi makhluk yang lebih kompleks dengan sebuah prinsip proses perubahan yang dapat menuju pada kesempurnaan.
7. Charles Darwin, evolusi menciptakan keanekaragaman hayati. Makhluk hidup telah berevolusi melalui sebuah mekanisme terhadap seleksi alam. Organisme yang kuat akan bertahan. Darwin juga menyoroti kemampuan organisme untuk beradaptasi dengan seleksi alam. Darwin menggambarkan fenomena ketiga ini dengan menggunakan contoh terkenal yang menunjukkan perkembangan pada leher jerapah.
8. August Weissman, memotong ekor tikus dari generasi ke generasi. Lamarck berasumsi akan menyebabkan kemunculan jenis tikus tanpa ekor. Namun, hasil eksperimen Weismann menunjukkan bahwa ekor tikus tetap sama hingga generasi terakhir.

C. Sejarah Singkat Evolusi
Banyak hal dan pemikiran ahli lain yang mempengaruhi perkembangan teori evolusi Darwin di antaranya,
1. Ekspedisi ke lautan Galapagos ditemukan bahwa perbedaan bentuk paruh burung Finch disebabkan perbedaan jenis makanannya.
2. Geolog Charles Lyell (1830) menyatakan bahwa batu-batuan di bumi selalu mengalami perubahan. Menurut Darwin, hal-hal tersebut kemungkinan mempengaruhi makhluk hidupnya. Pikiran ini juga didasarkan pada penyelidikannya pada fosil.
3. Pendapat ekonomi Malthus yang menyatakan adanya kecenderungan kenaikan jumlah penduduk lebih cepat dari kenaikan produksi pangan. Hal ini menimbulkan terjadinya suatu persaingan untuk kelangsungan hidup. Oleh Darwin hal ini dibandingkan dengan seleksi yang dilakukan oleh para peternak untuk memperoleh bibit unggul.
4. Pendapat beberapa ahli seperti Geoffroy (1829), WC Wells (1813), Grant (1826), Freke (1851), dan Rafinisque (1836).

D. Prinsip Evolusi
Terdapat lima prinsip evolusi di antaranya,
1. Pada suatu saat evolusi terjadi lebih cepat dari yang lainnya. Bentuk-bentuk baru muncul dan bentuk lama punah.
2. Laju kecepatan evolusi tidak berlangsung sama pada tiap-tiap organisme yang berbeda. Umumnya evolusi mula-mula berlangsung cepat pada saat spesies baru muncul dan kemudian diperlambat apabila kelompoknya terbentuk.
3. Spesies baru bukan merupakan bentuk dari yang paling sempurna yang langsung hidup, tetapi berasal dari bentuk sederhana yang belum terspesialisasi.
4. Evolusi tidak selalu dari yang sederhana ke kompleks, ternyata banyak contoh ”evolusi regresif” yaitu dari bentuk kompleks menuju bentuk sederhana. Sebagai contoh adalah kasuari diturunkan dari burung bersayap yang dapat terbang kemudian berkembang menjadi kasuari yang tidak bersayap dan tidak dapat terbang.
5. Evolusi terjadi dalam populasi bukan dalam individu, oleh proses mutasi, reproduksi diferensial dan seleksi alam.

Adapun prinsip pokok dari teori Evolusi Darwin di antaranya,
1. Spesies yang berkembang sekarang berasal dari spesies-spesies yang hidup pada masa lampau.
2. Evolusi terjadi melalui seleksi alam.

E. Bukti Evolusi
1. Rekaman Fosil, perubahan bentuk fosil disesuaikan dengan lapisan bumi yang lebih muda.
2. Homologi, semakin banyak kemiripan organ (homolog) antara spesies semakin dekat hubungan kekerabatan di antara spesies tersebut.
3. Embriologi Perbandingan, embrio-embrio mengulangi proses evolusi yang telah dialami nenek moyangnya.
4. Organ Vestigial, pada beberapa jenis makhluk hidup terdapat organ-organ yang tidak fungsional, yang merupakan peninggalan dari nenek moyangnya.

F. Ciri Proses Evolusi
Para ahli biologi telah mengadakan pengamatan tentang perbandingan kupu-kupu yang berwarna gelap dengan yang berwarna cerah di Inggris Selatan masih sama pada tahun 1850. Akan tetapi waktu mereka mempelajari koleksi dari daerah industri Midland di Inggris yang penuh asap, mereka menemukan sedikit sekali kupu-kupu yang berwarna cerah.

Tidak diragukan lagi bahwa pewarnaan dikendalikan secara genetik, tetapi mengapa kupu-kupu yang berwarna cerah yang lebih banyak terdapat di suatu daerah, sedang kupu-kupu yang berwarna gelap terdapat lebih banyak di daerah lain? Mengapa dahulu kupu-kupu berwarna gelap lebih jarang daripada sekarang? Dari peristiwa itu dapat kita catat empat hal penting di antaranya,
1. Peristiwa evolusi adalah perubahan di dalam populasi, bukan perubahan di dalam satu atau beberapa individu. Seabad yang lalu dalam populasi kupu-kupu Biston betularia hanya terdapat beberapa kupu-kupu yang berwarna gelap. Perubahan yang terjadi selama seratus tahun berikutnya adalah perubahan pada frekuensi warna gelap dalam populasi.
2. Pada umumnya perubahan bukanlah ciri yang terpenting dalam peristiwa evolusi. Pada tahun 1850 semua individu hampir serupa. Kini mereka masih hampir serupa pula. Kebanyakan dari perbedaan-perbedaan yang jarang terjadi pada tahun 1850, sekarang masih tetap jarang terdapat dan hanya sedikit penyimpangan baru dapat ditemukan. Yang berubah hanya frekuensi ciri-ciri warna. Jadi dalam evolusi terdapat faktor stabilitas.
3. Suatu peristiwa harus mempunyai dasar, yaitu ”bahan mentahnya”. Sebelum frekuensi kupu-kupu berwarna gelap naik, telah ada beberapa individu yang berwarna gelap dalam populasi ini dan warna gelap ini bersifat menurun. Jadi peristiwa evolusi memerlukan penyimpangan genetik sebagai bahan mentahnya. Ada faktor perubahan dalam evolusi.
4. Peristiwa evolusi tidak mencangkup semua bahan mentah yang ada. Seabad yang lalu terdapat banyak penyimpangan yang menurun pada kupu-kupu. Tetapi hanya satu penyimpangan yaitu warna gelap yang menjadi dasar untuk perubahan dalam populasi. penyimpangan lainnya sedikit banyak tetap dalam frekuensinya. evolusi adalah perubahan selektif, dengan faktor-faktor lingkungan (dalam hal ini jelaga dan burung pemangsa) yang mengarahkan seleksi ini. Jadi dalam evolusi ada faktor pengarah.

G. Mekanisme Evolusi
Evolusi (biologi) adalah perubahan pada sifat-sifat terwariskan suatu populasi organisme dari satu generasi ke generasi berikutnya. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh kombinasi tiga proses utama: variasi, reproduksi, dan seleksi. Sifat-sifat yang menjadi dasar evolusi ini dibawa oleh gen yang diwariskan kepada keturunan suatu makhluk hidup dan menjadi bervariasi dalam suatu populasi.

Ketika organisme bereproduksi, keturunannya akan mempunyai sifat-sifat yang baru. Sifat baru dapat diperoleh dari perubahan gen akibat mutasi ataupun transfer gen antar populasi dan antar spesies. Pada spesies yang bereproduksi secara seksual, kombinasi gen yang baru juga dihasilkan oleh rekombinasi genetika, yang dapat meningkatkan variasi antara organisme. Evolusi terjadi ketika perbedaan-perbedaan terwariskan ini menjadi lebih umum atau langka dalam suatu populasi.

Evolusi didorong oleh dua mekanisme utama, yaitu seleksi alam dan hanyutan genetik. Seleksi alam merupakan sebuah proses yang menyebabkan sifat terwaris yang berguna untuk keberlangsungan hidup dan reproduksi organisme menjadi lebih umum dalam suatu populasi dan sebaliknya, sifat yang merugikan menjadi lebih berkurang.

Hal ini terjadi karena individu dengan sifat-sifat yang menguntungkan lebih berpeluang besar bereproduksi, sehingga lebih banyak individu pada generasi selanjutnya yang mewarisi sifat-sifat yang menguntungkan ini. Setelah beberapa generasi, adaptasi terjadi melalui kombinasi perubahan kecil sifat yang terjadi secara terus menerus dan acak ini dengan seleksi alam. Sementara itu, hanyutan genetik merupakan sebuah proses bebas yang menghasilkan perubahan acak pada frekuensi sifat suatu populasi. Hanyutan genetik dihasilkan oleh probabilitas apakah suatu sifat akan diwariskan ketika suatu individu bertahan hidup dan bereproduksi.

Walaupun perubahan yang dihasilkan oleh hanyutan dan seleksi alam kecil, perubahan ini akan berakumulasi dan menyebabkan perubahan yang substansial pada organisme. Proses ini mencapai puncaknya dengan menghasilkan spesies yang baru. Dan sebenarnya, kemiripan antara organisme yang satu dengan organisme yang lain mensugestikan bahwa semua spesies yang kita kenal berasal dari nenek moyang yang sama melalui proses divergen yang terjadi secara perlahan ini.

Secara ringkas berikut mekanisme evolusi di antaranya,
1. Seleksi Alam, makhluk hidup yang mampu beradaptasi akan mampu bertahan hidup.
2. Mutasi Gen, perubahan susunan DNA dapat menimbulkan sifat baru.
3. Frekuensi Gen dalam Populasi, perbandingan frekuensi gen dapat mengalami perubahan, adanya perubahan keseimbangan frekuensi gen dalam populasi menunjukkan adanya evolusi.
4. Hubungan Antara Waktu dengan Perubahan Sifat Organisme, selama penciptaan makhluk hidup telah terjadi proses evolusi dalam waktu yang lama, proses tersebut menyebabkan terbentuknya spesies-spesies baru.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Pengertian Evolusi, Tokoh, Sejarah, Prinsip, Bukti, Ciri, dan Mekanismenya"