Pengertian Retorika, Sejarah, Tujuan, Fungsi, Jenis, dan Strategi Penyusunannya

Table of Contents
Pengertian Retorika
Retorika

A. Pengertian Retorika

Retorika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah keterampilan berbahasa secara efektif; studi tentang pemakaian bahasa secara efektif dalam karang-mengarang; seni berpidato yang muluk-muluk dan bombastis. Retorika dari bahasa Yunani rhêtôr, orator, teacher adalah sebuah teknik pembujuk-rayuan secara persuasi untuk menghasilkan bujukan dengan melalui karakter pembicara, emosional atau argumen (logo).

Secara umum retorika adalah seni manipulatif atau teknik persuasi politik bersifat transaksional dengan menggunakan lambang untuk mengidentifikasi pembicara dengan pendengar melalui pidato, persuader (orang yang mempersuasi) dan yang dipersuasi saling bekerja sama dalam merumuskan nilai, kepercayaan dan pengharapan mereka.

Retorika Menurut Para Ahli

1. Suhandang (2009:28), retorika merupakan bentuk komunikasi di mana seseorang menyampaikan buah pikirannya baik lisan maupun tertulis kepada hadirin yang relatif banyak dengan pelbagai gaya dan cara bertutur, serta selalu dalam situasi tatap muka (face to face) baik langsung maupun tidak langsung.
2. Aristoteles (Syafi’ie, 1988:1), retorika adalah the facult of seeing in any situation the available means of persuasion yang artinya kemampuan untuk melihat perangkat alat yang tersedia untuk mempersuasi.
3. Plato, retorika merupakan seni bertutur untuk memaparkan kebenaran, retorika yang tidak memandang kemanfaatan dan kebenaran bukanlah retorika.
4. Sunarjo (1983:31), retorika adalah ilmu dan seni dalam berbicara, mengatur komposisi kata, menyampaikan atau mengajak orang lain sehingga mudah dipahami dan diterima pendengar serta terkesan atas apa yang diucapkannya. Retorika dalam bahasa Inggris disebut rhetoric, dalam bahasa latin rethorika dan dalam bahasa Yunani yakni rethor yang artinya ilmu berbicara, seni bicara atau mahir berbicara
5. Rahmat (2001:10), retorika adalah ilmu yang mempelajari cara mengatur komposisi kata-kata agar timbul kesan yang telah dikehendakinya pada diri khalayak. Retorika adalah pemekaran bakat-bakat tertinggi manusia, yakni rasio dan cita rasa lewat bahasa selaku kemampuan untuk berkomunikasi dalam medan pikiran.
6. Keraf (1994:3), retorika adalah sebuah telaah atau studi yang simpatik mengenai oratoria atau seni berpidato. Kemampuan dan kemahiran berbahasa waktu itu diabdikan untuk menyampaikan pikiran dan gagasan melalui pidato-pidato kepada kelompok-kelompok massa tertentu guna mencapai tujuan tertentu.
7. Saputra (2006:2), retorika adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana bertutur kata di hadapan orang lain dengan sistematis dan logis untuk memberikan pemahaman dan meyakinkan orang lain.
8. Gusti Ngurah Oka (Hendrikus, 1991:14), retorika adalah ilmu yang mengajarkan tindak dan usaha efektif dalam persuasi penataan dan penampilan tutur untuk membina saling mengerti dan kerja-sama kedamaian dalam kehidupan masyarakat.
9. Richard E. Young cs, retorika ialah ilmu yang mengajarkan bagaimana kita menggarap masalah wicara-tutur kata secara heiristik, epistomologi untuk membina saling pengertian dan kerja sama.
10. Socrates, retorika ialah ilmu yang mempersoalkan tentang bagaimana mencari kebenaran dengan dialog sebagai tekniknya, karena dialog kebenaran dapat timbul dengan sendirinya.

B. Sejarah Retorika

Uraian sistematis retorika yang pertama diletakkan oleh orang Syracuse, sebuah koloni Yunani di pulau Sicilia. Tahun 427 SM Gorgias dikirim sebagai duta ke Athena. Negeri itu sedang tumbuh sebagai Negara yang kaya. Kelas pedagang cosmopolitan selain memiliki waktu luang lebih banyak, juga terbuka pada gagasan-gagasan baru.

Di Dewan Perwakilan Rakyat, di pengadilan, orang memerlukan kemampuan berpikir yang jernih dan logis, serta berbicara yang jelas dan persuasif. Gorgias memenuhi kebutuhan “pasar” ini dengan mendirikan sekolah retorika. Gorgias menekankan dimensi bahasa yang puitis dan teknik berbicara impromptu. Dalam doktrin retorika Aristoteles  terdapat tiga teknis alat persuasi politik yaitu deliberatif, forensik dan demonstratif.

Retorika deliberatif memfokuskan diri pada apa yang akan terjadi dikemudian bila diterapkan sebuah kebijakan saat sekarang. Retorika forensik lebih memfokuskan pada sifat yuridis dan berfokus pada apa yang terjadi pada masa lalu untuk menunjukkan bersalah atau tidak, pertanggungjawaban atau ganjaran. Retorika demonstartif memfokuskan pada epideiktik, wacana memuji atau penistaan dengan tujuan memperkuat sifat baik atau sifat buruk seseorang, lembaga maupun gagasan.

C. Tujuan Retorika

Menurut Tasmara (1997:156) terdapat lima tujuan retorika di antaranya,
1. To Inform, yaitu memberikan penerangan dan pengertian kepada massa, guna memberikan penerangan yang mampu menanamkan pengertian dengan sebaik-baiknya.
2. To Convise, yaitu meyakinkan dan menginsafkan.
3. To Inspire, yaitu menimbulkan inspirasi dengan teknik dan sistem penyampaian yang baik dan bijaksana.
4. To Intertain, menggembirakan, menghibur dan menyenangkan, dan memuaskan.
5. To Ectuate (to put into action), yaitu menggerakkan dan mengarahkan mereka untuk bertindak menetralisir dan melaksanakan ide yang telah dikomunikasikan oleh orator di hadapan massa.

D. Fungsi Retorika

Menurut Raudhonah (2007:52) fungsi retorika hampir sama dengan fungsi komunikasi di antaranya,
1. Mass information, yaitu untuk memberi dan menerima informasi kepada khalayak. Hal ini bisa dilakukan oleh setiap orang dengan pengetahuan yang dimiliki. Tanpa komunikasi informasi tidak dapat disampaikan dan diterima.
2. Mass education, yaitu memberi pendidikan. Fungsi ini dilakukan oleh guru kepada murid untuk meningkatkan pengetahuan atau oleh siapa saja yang memiliki keinginan untuk memberikan pendidikan.
3. Mass persuasion, yaitu untuk memengaruhi. Hal ini biasa dilakukan oleh setiap orang atau lembaga yang memberi dukungan dan ini bisa digunakan oleh orang yang bisnis, dengan mempengaruhi iklan yang dibuat.
4. Mass intertainement, yaitu untuk menghibur. Hal ini yang biasa dilakukan oleh radio, televisi atau orang yang memiliki profesional menghibur.

E. Jenis Retorika

Menurut Hedrikus (1993:16) retorika diklasifikasikan menjadi tiga jenis di antaranya,
1. Monologika, adalah ilmu tentang seni berbicara secara monolog, di mana hanya ada seorang yang berbicara. Bentuk-bentuk yang tergolong dalam monologika adalah pidato, kata sambutan, kuliah, ceramah, dan deklamasi.
2. Dialogika, adalah ilmu tentang seni berbicara secara dialog, di mana dua orang atau lebih berbicara atau mengambil bagian dalam suatu proses pembicaraan. Bentuk dialogika yang penting adalah diskusi, Tanya jawab, perundingan, percakapan dan debat.
3. Pembinaan Teknik Bicara, teknik berbicara merupakan syarat bagi retorika. Oleh karena itu pembinaan teknik berbicara merupakan bagian yang penting dalam retorika. Dalam bagian ini, perhatian lebih diarahkan pada pembinaan teknik bernapas, teknik mengucap, bina suara, teknik berbicara dan bercerita.

F. Strategi Penyusunan Retorika

Menurut Aristoteles terdapat lima strategi penyusunan retorika yang dikenal dengan istilah "The Five Canons of Rhetoric" (West dan Turner, 2007:343) di antaranya,
1. Invention (penemuan bahan), merupakan konstruksi atau pengembangan dari sebuah argumen yang relevan dengan sebuah tujuan dari pidato. Langkah ini mencakup kemampuan untuk menemukan, mengumpulkan, menganalisis, dan memilih materi yang cocok untuk pidato. Menurut Aristoteles argumen-argumen harus dicari melalui rasio, moral, dan afeksi. Karena ini dianggap sebagai bagian yang sangat penting.
2. Dispositio/Arrangement (penyusunan bahan/materi), merupakan penataan ide. Penataan ide akan membantu pendengar memahami hubungan antar ide serta menghindari kebingungan. Penataan ide yang efektif juga akan membuat pesan lebih persuasif dengan membiarkan setiap ide membangun di atas apa yang telah dipresentasikan lebih dahulu dan membuat argumen lebih kuat.
3. Style/Elocutio (gaya/pemilihan bahasa yang indah), adalah cara penggunaan bahasa dalam mengekspresikan ide. Penggunaan style yang efektif akan membuat pesan lebih jelas, menarik dan powerful. Sebagai persuader yang efektif, diharapkan dapat menggunakan bahasa yang secara efektif menyuarakan argumen. Penggunaan bahasa harus sungguh-sungguh diperhatikan sehingga tidak menimbulkan pemahaman yang salah.
4. Memory (mengingat materi), berhubungan dengan kemampuan untuk mengingat mengenai apa yang akan kita katakan. Pada zaman dahulu, hal ini berarti mempelajari cara untuk mengingat ide dalam urutan untuk kita mempresentasikan mereka dengan bahasa yang kita rencanakan. Pada masa kini, hal ini lebih kepada bagaimana menggunakan catatan atau manuskrip dari pada menghafal secara keseluruhan.
5. Pronountiatio/Delivery (penyampaian), merupakan bagian terakhir dari retorika. Delivery melibatkan secara vokal dan fisik dalam mempresentasikan speech kita. Delivery sangat penting karena orang lebih memperhatikan ide yang dipresentasikan secara menarik dan powerful. Delivery seharusnya mempresentasikan ide sesuai bobotnya dan tidak untuk membuat ide lemah tampil lebih kuat.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment