Pengertian Psikoneurosis, Sejarah, Gejala, Penyebab, dan Bentuknya

Table of Contents
Pengertian Psikoneurosis
Psikoneurosis

A. Pengertian Psikoneurosis

Neurosis atau psikoneurosis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah penyakit saraf yang berhubungan dengan fungsinya tanpa ada kerusakan organik pada bagian susunan saraf (seperti histeri, depresi, fobi); psikoneurosis. Sementara psikoneurosis dalam KBBI adalah neurosis yang terjadi karena konflik emosional. Neurosis berasal dari bahasa Yunani yaitu neuron artinya saraf dan osis artinya penyakit atau gangguan.

Neurosis kadang-kadang disebut psikoneurosis dan gangguan jiwa (untuk membedakannya dengan psikosis atau penyakit jiwa) adalah istilah umum yang merujuk pada gangguan jiwa karena adanya stres jangka panjang, namun tidak seperti psikosis yang melibatkan delusi atau halusinasi. Neurosis tidak memengaruhi pemikiran rasional, sehingga beberapa pasien yang mengalami neurosis masih dapat bekerja dan melakukan aktivitas sehari-hari dengan wajar tanpa terlihat bermasalah.

Demikian neurosis merupakan gangguan jiwa pada taraf ringan, pada sebagian kecil aspek kepribadian, dapat dikenali berdasarkan gejala yang paling menonjol yaitu kecemasan, penderita neurosis masih mampu menyesuaikan diri dan mampu melakukan aktivitas sehari-hari dan yang terpenting penderita neurosis tidak memerlukan perawatan khusus di rumah sakit jiwa

Psikoneurosis Menurut Para Ahli
1. William Cullen (1769), neurosis adalah gangguan perasaan dan gerakan yang disebabkan oleh kelainan saraf. Saat ini, neurosis didefinisikan sebagai gangguan mental yang mengenai sebagian kecil aspek kepribadian, dan orang yang mengalaminya masih dapat melakukan pekerjaan sehari-hari dan tidak membutuhkan perawatan di rumah sakit.
2. Singgih Dirgagunarsa (1978 : 143), neurosis adalah gangguan yang terjadi hanya pada sebagian dari kepribadian, sehingga orang yang mengalaminya masih bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan biasa sehari-hari atau masih bisa belajar, dan jarang memerlukan perawatan khusus di rumah sakit.
3. Dali Gulo (1982 : 179), neurosis adalah suatu kelainan mental, hanya memberi pengaruh pada sebagian kepribadian, lebih ringan dari psikosis, dan sering kali ditandai dengan keadaan cemas yang kronis, gangguan-gangguan pada indra dan motorik, hambatan emosi, kurang perhatian terhadap lingkungan, dan kurang memiliki energi fisik, dst.
4. W.F. Maramis (1980 : 97), neurosis adalah suatu kesalahan penyesuaian diri secara emosional karena tidak diselesaikan suatu konflik tidak sadar.
5. W.F. Maramis, (1980 : 258), macam-macam neurosis, kelainan jiwa yang disebut neurosis ditandai dengan bermacam-macam gejala. Dan berdasarkan gejala yang paling menonjol, sebutan atau nama untuk jenis neurosis diberikan. Dengan demikian pada setiap jenis neurosis terdapat ciri-ciri dari jenis neurosis yang lain, bahkan kadang-kadang ada pasien yang menunjukkan begitu banyak gejala sehingga gangguan jiwa yang dideritanya sukar untuk dimasukkan pada jenis neurosis tertentu.

B. Sejarah Psikoneurosis

Istilah neurosis berasal dari kata Yunani neuron, "saraf" dan osis (kondisi sakit atau abnormal). Istilah neurosis diciptakan oleh dokter Skotlandia bernama William Cullen pada 1769 untuk merujuk pada "gangguan indra dan gerak". Cullen menggunakan istilah ini untuk menggambarkan berbagai gangguan dan gejala saraf yang tidak dapat dijelaskan secara fisiologis. Arti istilah ini didefinisikan ulang oleh Carl Jung dan Sigmund Freud pada awal dan pertengahan abad ke-20. Istilah ini terus digunakan dalam psikologi dan filsafat.

Cullen mengartikan neurosis sebagai gangguan perasaan dan gerakan yang disebabkan oleh kelainan saraf. Saat ini, neurosis didefinisikan sebagai gangguan mental yang mengenai sebagian kecil aspek kepribadian, dan orang yang mengalaminya masih dapat melakukan pekerjaan sehari-hari dan tidak membutuhkan perawatan di rumah sakit.

C. Gejala Psikoneurosis

Gejala neurosis yang paling menonjol adalah kecemasan yang berlarut-larut dengan intensitas yang cukup kuat. Gejala lain berupa gejala psikis dan fisik. Gejala psikis antara lain rasa takut berlebihan, depresi, apatis dengan lingkungan, merasa tidak aman, gangguan percaya diri, merasa tidak mampu, suasana hati yang berubah-ubah, mudah tersinggung atau marah, kesedihan mendalam, kebingungan, penghindaran, berpikiran negatif, suka menyendiri, dan lain-lain.

Sedangkan gejala fisik yang sering menyertai neurosis adalah rasa lemah dan kurang fit, mudah letih, kurang semangat, bermalas-malasan, sesak nafas, dada rasa tertekan, panik, berkeringat dingin, gangguan pencernaan, tidak nafsu makan, tangan gemetar, sering kencing, serta sakit kepala, perut, atau dada. Sementara gejala-gejala depresi yang paling umum terlihat adalah kesedihan, kemurungan, ini akan menetap secara terus menerus dan ditambah kecenderungan untuk lebih sering menangis, jika ada kejadian yang menyedihkan sedikit saja, atau bahkan tanpa merasa sedih sama sekali.

D. Penyebab Psikoneurosis

Ada beragam penyebab neurosis, dari psikis sampai fisik di antaranya,
1. Stres mental dan jasmani yang berlebihan
2. Pengalaman emosional yang sangat menyakitkan atau mendalam
3. Ada masalah yang tidak bisa dipecahkan
4. Jadwal kerja yang sangat padat sehingga tidak ada waktu untuk istirahat atau bersantai
5. Penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan
 
Menurut J.P. Chaplin (Kartini Kartono) gejala-gejala psikoneurosis di antaranya,
1. Pengamatan dini terhadap kesulitan-kesulitan yang dihadapi tidak utuh
2. Biasanya penderita banyak meredam konflik batin
3. Memiliki reaksi-reaksi kecemasan yang tinggi
4. Terjadinya kerusakan parsial atau semakin melemahnya parsial sari struktur kepribadiannya
5. Sering dihinggapi (namun tidak selalu) fobia, gangguan pencernaan dan tingkah-laku obsesif kompulsif.

E. Bentuk Psikoneurosis

1. Fugue, dari bahasa Latin Fugere yang berarti melarikan diri. Individu yang mengalami fugue bisa saja secara mendadak meninggalkan rumah dan semua yang dikenalnya lalu mengambil identitas baru. Hal ini biasanya terjadi karena seseorang berusaha lari dari kenyataan setelah mengalami tekanan berat.
2. Somnabulisme, dari kata somnus yang berarti tidur dan ambulare yang berarti berjalan, definisi dari somnabulisme adalah tidur berjalan. Seperti dalam keadaan trance, penderita tidur sambil berjalan dan melakukan sesuatu hal. Walaupun sekilas hal ini tidak terlihat serius, nyatanya berjalan dalam tidur kerap mendatangkan bahaya bagi penderitanya.
3. Multiple Personality, disebut gangguan identitas disosiatif , merupakan kasus psikologi yang lebih rumit di mana penderitanya bisa memiliki dua atau lebih kepribadian di dalam dirinya. Gangguan ini biasanya muncul jika di masa kecil telah mengalami suatu trauma atau tekanan hebat.
4. Fobia, rasa takut yang berlebihan terhadap objek atau terhadap sesuatu tanpa bisa dijelaskan, dan tidak jarang menyebabkan stres atau depresi, cemas dan panik yang ekstrem.
5. Obsesi, adalah ketika seseorang mengalami kecemasan berlebihan terhadap sesuatu dan menunjukkan usaha berlebihan untuk menghilangkan kecemasan tersebut.
6. Histeria, suatu bentuk gangguan mental yang timbul dari kecemasan yang intens. Histeria ditandai dengan kejadian di mana ada kurangnya kontrol atas kesadaran dan emosi seseorang, lalu tiba-tiba mengalami ledakan emosional.
7. Hipokondria, adalah gangguan psikologi di mana penderitanya merasa mengalami penyakit tertentu walaupun secara medis tidak ada gejala penyakit sama sekali. Penderita hipokondria selalu merasa takut akan terkena penyakit tertentu.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment