Pengertian Selective Coding (Pengodean Selektif), Langkah, dan Hal yang Harus Diperhatikan
Table of Contents
Selective Coding atau Pengodean Selektif |
A. Pengertian Selective Coding (Pengodean Selektif)
Selective coding (pengodean selektif) adalah suatu proses untuk menyeleksi kategori-kategori guna menemukan kategori inti atau sentral, secara sistematis dapat dipakai secara konsepsional untuk merangkai dan mengintegrasikan kategori-kategori lain dalam suatu jaringan “kisah”. Kepekaan teoretik seorang peneliti, ialah ketajaman imajinasinya untuk mereka-reka bangunan teoretik dari data dan kategori data yang telah diperoleh, sangat diperlukan pada tahap ini.Dalam selective coding, semua yang termuat dalam axial coding disusun menjadi satu kalimat. Hal ini bisa dilakukan apabila ada kesamaan jawaban ataupun adanya perbedaan jawaban. Pada tahap inilah kita menjadi lebih mudah dalam menemukan informasi yang sebenarnya kita butuhkan. Pengodean selektif merupakan proses mengintegrasikan dan menyaring kategori sehingga semua kategori terkait dengan kategori inti. Kategori inti yaitu kategori yang dikembangkan dan mencoba variasi terbanyak dari pola perilaku.
B. Langkah Selective Coding (Pengodean Selektif)
Beberapa langkah yang digunakan dalam pengodean selektif di antaranya, 1. Melibatkan penjelasan alur cerita (story line).
2. Menghubungkan kategori-kategori tambahan di sekitar kategori inti dengan menggunakan paradigma.
3. Melibatkan menghubungkan kategori-kategori pada level dimensional.
4. Menyertakan validasi hubungan-hubungan ini dengan data.
5. Memasukkan ke dalam kategori-kategori yang mungkin memerlukan pembersihan dan/atau pengembangan lebih lanjut.
C. Hal yang Harus Diperhatikan Selective Coding (Pengodean Selektif)
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengodean selektif (Emzir, 2010) di antaranya,1. Menguraikan alur cerita; untuk memperoleh integrasi adalah penting pertama merumuskan dan mengikat diri pada sebuah alur cerita. Hal ini merupakan konseptualisasi tentang sebuah cerita deskriptif mengenai fenomena sentral dari studi.
2. Mengidentifikasi cerita; satu cara untuk mulai pengintegrasian adalah duduk pada pengolah kata atau dengan pensil dan kertas, dan menulis dalam beberapa kalimat esensi dari cerita.
3. Bergerak dari deskripsi ke konseptualisasi alur cerita; adalah bermanfaat dan mungkin perlu untuk menggunakan deskripsi cerita untuk menuangkan pemikiran peneliti di atas kertas.
4. Membuat pilihan antara dua atau lebih fenomena yang menonjol; cara untuk menangani masalah ini adalah memilih satu fenomena, menghubungkannya dengan kategori yang lain sebagai suatu kategori subsider, kemudian menulisnya sebagai suatu teori tunggal.
5. Mendefinisikan alur cerita; ketika peneliti tidak mampu mendefinisikan alur cerita maka dapat memperoleh konsultasi dari peneliti lain (senior), guru/dosen, atau kolega yang lebih berpengalaman; seseorang dapat mendengar dan membantu memecahkannya.
6. Menentukan properti dan dimensi dari yang inti; sama seperti kategori-kategori yang lain, kategori inti harus dikembangkan dalam istilah propertinya. Jika peneliti membicarakan properti cerita, sebagai tambahan untuk memperlihatkan kategori inti tersebut, cerita akan juga mengindikasikan propertinya.
7. Menghubungkan kategori lain dengan kategori inti; hubungan kategori lain dengan kategori ini dilakukan dengan cara paradigma kondisi, konteks, strategi, konsekuensi.
8. Kembali ke cerita; dilakukan ketika kategori-kategori disusun kembali dalam istilah hubungan paradigmatiknya kemudian secara memadai disempurnakan menjadi alur cerita.
9. Kesulitan dalam pengurutan kategori; terjadi ketika dalam mengintegrasikan dan mengimplikasikan bahwa terjadi sesuatu yang salah atau hilang dalam logika cerita peneliti.
10. Validasi hubungan; peneliti dapat menulis sebuah pernyataan hipotesis mengenai hubungan antara kategori-kategori.
11. Ketidakterungkapan pola-pola; selama pengodean berporos, peneliti mulai mencatat pola-pola tertentu (hubungan yang berulang antara properti dan dimensi dari kategori-kategori.
12. Sistematisasi dan penguatan koneksi; menggunakan suatu kombinasi berpikir deduktif dan induktif, di mana peneliti secara konstan bergerak di antara mengajukan pertanyaan, menghasilkan hipotesis, dan membuat perbandingan.
13. Cara-cara menemukan kombinasi; kombinasi dapat ditemukan secara sederhana yaitu dengan muncul selama analisis.
14. Pengelompokan kategori; memiliki perbedaan yang telah diidentifikasikan dalam konteks, peneliti dapat memulai secara sistematis untuk mengelompokkan kategori-kategori.
15. Melandaskan teori (grounding the theory); pemvalidasian teori seseorang melawan data melengkapi landasannya.
Dari berbagai sumber
Post a Comment