Pengertian Mobilitas Sosial, Karakteristik, Dimensi, Cara, Bentuk, Faktor, Saluran, dan Dampaknya

Table of Contents
Pengertian Mobilitas Sosial
Mobilitas Sosial

A. Pengertian Mobilitas Sosial

Mobilitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah kesiapsiagaan untuk bergerak; gerakan berpindah-pindah; gerak perubahan yang terjadi di antara warga masyarakat, baik secara fisik maupun secara sosial. Sementara mobilitas sosial dalam KBBI adalah perubahan kedudukan warga masyarakat kelas sosial yang satu ke kelas sosial yang lain.

Dalam sosiologi Gerak sosial (mobilitas sosial) memiliki arti perpindahan status sosial sekelompok orang atau individu ke status yang lain baik secara vertikal maupun horizontal. Hal ini dilakukan pada suatu sistem sosial yang memiliki sistem stratifikasi sosial terbuka. Seseorang dapat melakukan mobilisasi sosial apabila ia dapat memenuhi persyaratan tertentu di tingkat sosial tertentu, seperti tingkat studi, kekayaan, pangkat, atau lainnya. Biasanya kegiatan gerak sosial dilakukan karena suatu alasan tertentu.

Istilah gerak sosial sendiri pertama kali digunakan oleh para sosiolog dan ilmuwan politik di Amerika Serikat selama periode 1950-an dan mulai digunakan oleh sejarawan bernama Eric Hobsbawm pada tahun 1959. Gerak sosial dapat berawal dari adanya penentangan sehari-hari yang kemudian berkembang menjadi perlawanan terbuka.

Mobilitas sosial menurut para ahli
1. Suyanto (2004), mobilitas sosial adalah suatu gerak perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya atau gerak pindah dari strata yang satu ke strata yang lainnya baik itu berupa peningkatan atau penurunan dalam segi status sosial dan (biasanya) termasuk pula segi penghasilan, yang dapat dialami oleh beberapa individu atau oleh keseluruhan anggota kelompok.
2. Narwoko dan Suyanto (2010), mobilitas sosial adalah suatu gerak dalam struktur sosial yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial mencakup sifat hubungan antara individu dalam kelompok dan hubungan antara individu dengan kelompoknya.
3. Mantra dan Pitoyo (1998), mobilitas sosial adalah perpindahan posisi seseorang atau sekelompok orang dari lapisan yang satu ke lapisan yang lain. Misalnya, seorang pensiunan pegawai rendahan salah satu departemen beralih pekerjaan menjadi seorang pengusaha dan berhasil dengan gemilang.
4. Horton dan Hunt (1999), mobilitas sosial adalah suatu gerak perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya atau gerak pindah dari strata yang satu ke strata yang lainnya.
5. Sunarto (2004), mobilitas sosial adalah perpindahan individu, keluarga atau kelompok sosial dari lapisan ke lapisan sosial lainnya. Dalam perpindahan yang dilakukan dapat mempengaruhi status sosial yang dimiliki yaitu bisa naik atau turun, atau bahkan tetap pada tingkat yang sama tetapi dalam pekerjaan yang berbeda.
6. Soerjono Soekanto, mobilitas sosial ialah  suatu gerak dalam struktur sosial yaitu pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial
7. H. Edward Ransford, mobilitas sosial ialah perpindahan ke atas atau ke bawah dalam lingkungan sosial secara hierarki
8. Robert M.Z. Lawang, mobilitas sosial ialah perpindahan posisi dari lapisan yang satu ke lapisan yang lainnya atau dari satu dimensi ke dimensi yang lainnya
9. Kimball Young Dan Raymond W. Mack, mobilitas ialah suatu mobilitas dalam struktur sosial, di antaranya pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok
10. Wiliam Kornblum, mobilitas sosial ialah perpindahan individu-individu, keluarga-keluarga, dan kelompok sosial serta satu lapisan ke lapisan sosial lainnya.

B. Karakteristik Mobilitas Sosial

1. Mobilitas sosial dapat melibatkan kelompok atau individu yang ada di dalam masyarakat. Gerakan suatu perpindahan bisa saja dilakukan secara individual, namun tak jarang juga akan melibatkan banyak orang seperti yang terjadi dalam perkembangan negara berkembang menjadi negara maju. Sehingga turut meningkatkan taraf kehidupan banyak warganya.
2. Mudah-tidaknya suatu kelompok atau individu dalam melakukan suatu mobilitas sosial serta tergantung pada struktur sosial masyarakatnya.
3. Mobilitas sosial akan menimbulkan kecemasan dan juga  ketegangan. Pada masyarakat di mana struktur sosialnya yang bersifat terbuka, individu tersebut senantiasa akan mengalami suatu kecemasan serta akan kehilangan hak-hak yang dimiliki apabila terjadi penurunan status. Sehingga hampir seluruh waktunya mungkin dihabiskan untuk berusaha dalam mempertahankan kedudukan. Sebaliknya, juga akan muncul ketegangan dalam memahami peran baru apabila terjadi kenaikan status.
4. Perubahan dalam mobilitas sosial juga ditandai dengan suatu perubahan struktur sosial yang meliputi hubungan antar individu dalam suatu kelompok serta antara individu dengan kelompok. Dalam hal ini, sering kali terjadi keretakan dalam sebuah hubungan antar anggota kelompok primer, sebab terdapat anggotanya yang berpindah ke status yang lebih tinggi maupun ke status lebih rendah.

C. Dimensi Mobilitas Sosial

Menurut Pattinasarany (2016) mobilitas sosial terdiri dari beberapa dimensi di antaranya,
1. Peringkat okupasi, merupakan indikator yang bersifat umum dalam stratifikasi sosial. Para peneliti berpendapat pekerjaan merupakan salah satu faktor yang membedakan keyakinan, norma, kebiasaan dan ekspresi emosional seseorang.
2. Peringkat konsumsi yang merujuk pada gaya hidup, gaya hidup dan prestise yang kurang lebih sama dapat dikatakan berada dalam kelas konsumsi yang sama. Cara yang paling tepat menghitung indeks konsumsi kelas bukan dilihat dari penghasilan total melainkan dari penghasilan yang dihabiskan untuk kegiatan-kegiatan prestisius dan bersifat kultural.
3. Kelas sosial, seseorang individu dikatakan berada dalam kelas sosial yang sama dengan individu lain jika mereka menerima individu lain itu secara sama dan mempunyai kedekatan hubungan.
4. Peringkat kekuasaan, dimensi ini berkaitan dengan hubungan peran berupa hubungan otoritas dan kekuasaan, yang melibatkan posisi subordinat di satu sisi dan super ordinat di sisi lain. Mereka meyakini kekuasaan merupakan kendaraan mobilitas sosial.

D. Cara Melakukan Mobilitas Sosial

Secara umum cara orang untuk dapat melakukan mobilitas sosial ke atas di antaranya,
1. Kenaikan Penghasilan, kenaikan penghasilan tidak menaikkan status secara otomatis, melainkan akan merefleksikan suatu standar hidup yang lebih tinggi. Ini akan memengaruhi peningkatan status. Hubungan antara penghasilan dan mobilitas sosial dapat terjadi intergenerasi atau intragenerasi.
2. Perkawinan, dalam banyak tingkatan sosial, perkawinan dilihat sebagai penyamarataan status. Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat merupakan bagian dari suatu kelas sosial tertentu, sehingga penyatuan anggota keluarga yang berbeda strata sosial dianggap mampu menjadi alat mobilisasi sosial bagi salah satu atau keduanya.
3. Perubahan Tempat Tinggal, tempat tinggal merupakan bagian dari karakteristik seseorang. Lokasi tinggal dan lingkungan tetangga memberikan pengaruh kepada pribadi seseorang. Hal ini membentuk bagaimana ia menilai dirinya dan orang lain, sehingga tersebut pula strata sosial di dalamnya.
4. Perubahan Tingkah Laku, strata sosial ditentukan oleh setidaknya tiga hal di antaranya tingkat ekonomi, kehormatan, dan kuasa. Orang-orang yang berada di strata sosial yang sama akan memiliki kemiripan di tiga hal tersebut. Hal ini akan tercermin dari bagaimana tata lakunya di kehidupan sehari-hari.
5. Edukasi, hubungan antara edukasi dan gerak sosial merupakan subjek studi yang banyak diamati oleh peneliti. Hal ini dikarenakan pendidikan dilihat sebagai kunci perkembangan kualitas hidup seseorang, yang secara tidak langsung membuat orang tersebut merasakan mobilitas sosial.
6. Perubahan Nama, dalam suatu masyarakat, sebuah nama diidentifikasikan pada posisi sosial tertentu. Gerak ke atas dapat dilaksanakan dengan mengubah nama yang menunjukkan posisi sosial yang lebih tinggi.

E. Bentuk Mobilitas Sosial

1. Mobilitas Sosial Horizontal, merupakan peralihan individu atau objek-objek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat. Tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan seseorang dalam mobilitas sosialnya.
2. Mobilitas Sosial Vertikal, adalah perpindahan individu atau objek-objek sosial dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan sosial lainnya yang tidak sederajat. Sesuai dengan arahnya, mobilitas sosial vertikal dapat dibagi menjadi dua, mobilitas vertikal ke atas (social climbing) dan mobilitas sosial vertikal ke bawah (social sinking).
a. Mobilitas vertikal ke atas (Social climbing), adalah gerak perpindahan kelas sosial rendah ke kelas yang lebih tinggi. Social climbing mempunyai dua bentuk yang utama di antaranya,
a) Masuk ke dalam kedudukan yang lebih tinggi. Masuknya individu-individu yang mempunyai kedudukan rendah ke dalam kedudukan yang lebih tinggi, di mana kedudukan tersebut telah ada sebelumnya.
b) Membentuk kelompok baru. Pembentukan suatu kelompok baru memungkinkan individu untuk meningkatkan status sosialnya, misalnya dengan mengangkat diri menjadi ketua organisasi.

b. Mobilitas vertikal ke bawah (Social sinking), mobilitas vertikal ke bawah mempunyai dua bentuk utama di antaranya,
a) Turunnya kedudukan, kedudukan individu turun ke kedudukan yang derajatnya lebih rendah.
b) Turunnya derajat kelompok, derajat sekelompok individu menjadi turun yang berupa disintegrasi kelompok sebagai kesatuan.

3. Mobilitas Antargenerasi, secara umum berarti mobilitas dua generasi atau lebih, misalnya generasi ayah-ibu, generasi anak, generasi cucu, dan seterusnya.
4. Gerak Sosial Geografis, adalah perpindahan individu atau kelompok dari satu daerah ke daerah lain seperti transmigrasi, urbanisasi, dan migrasi.

F. Faktor yang Memengaruhi Mobilitas Sosial

Mobilitas sosial dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut di antaranya,
1. Perubahan kondisi sosial, struktur kasta dan kelas dapat berubah dengan sendirinya karena adanya perubahan dari dalam dan dari luar masyarakat. Misalnya, kemajuan teknologi membuka kemungkinan timbulnya mobilitas ke atas. Perubahan ideologi dapat menimbulkan stratifikasi baru.
2. Ekspansi teritorial dan gerak populasi, ekspansi teritorial dan perpindahan penduduk yang cepat membuktikan ciri fleksibilitas struktur stratifikasi dan mobilitas sosial. Misalnya, perkembangan kota, transmigrasi, bertambah dan berkurangnya penduduk.
3. Komunikasi yang bebas, situasi-situasi yang membatasi komunikasi antarstrata yang beraneka ragam memperkokoh garis pembatas di antara strata yang ada dalam pertukaran pengetahuan dan pengalaman di antara mereka dan akan menghalangi mobilitas sosial. Sebaliknya, pendidikan dan komunikasi yang bebas serta efektif akan memudarkan semua batas garis dari strata sosial uang ada dan merangsang mobilitas sekaligus menerobos rintangan yang menghadang.
4. Pembagian kerja, besarnya kemungkinan bagi terjadinya mobilitas dipengaruhi oleh tingkat pembagian kerja yang ada. Jika tingkat pembagian kerja tinggi dan sangat dispesialisasikan, maka mobilitas akan menjadi lemah dan menyulitkan orang bergerak dari satu strata ke strata yang lain karena spesialisasi pekerjaan menuntut keterampilan khusus. Kondisi ini memacu anggota masyarakatnya untuk lebih kuat berusaha agar dapat menempati status tersebut.
5. Tingkat fertilitas (kelahiran) yang berbeda, kelompok masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi dan pendidikan rendah cenderung memiliki tingkat fertilitas yang tinggi. Pada pihak lain, masyarakat kelas sosial yang lebih tinggi cenderung membatasi tingkat reproduksi dan angka kelahiran. Pada saat itu, orang-orang dari tingkat ekonomi dan pendidikan yang lebih rendah mempunyai kesempatan untuk banyak bereproduksi dan memperbaiki kualitas keturunan. Dalam situasi itu, mobilitas sosial dapat terjadi.
6. Kemudahan dalam akses pendidikan, jika pendidikan berkualitas mudah didapat, tentu mempermudah orang untuk melakukan pergerakan/mobilitas dengan berbekal ilmu yang diperoleh saat menjadi peserta didik. Sebaliknya, kesulitan dalam mengakses pendidikan yang bermutu, menjadikan orang yang tak menjalani pendidikan yang bagus, kesulitan untuk mengubah status, akibat dari kurangnya pengetahuan.

Faktor Pendorong Mobilitas Sosial
1. Faktor Struktural, merupakan jumlah relatif daripada kedudukan tinggi yang dapat serta harus diisi dalam kemudahan untuk memperolehnya. Beberapa hal yang termasuk dalam golongan faktor struktural di antaranya,
a. Struktur Pekerjaan
b. Perbedaan Fertilitas
c. Ekonomi Ganda

2. Faktor Individu, merupakan kualitas seorang individu baik dilihat dari segi tingkat pendidikan, penampilan, hingga ketrampilan pribadi. Beberapa hal yang termasuk dalam golongan faktor individu di antaranya,
a. Perbedaan kemampuan
b. Orientasi sikap terhadap mobilitas
c. Faktor kemujuran
d. Status sosial

3. Keadaan Ekonomi, keadaan ekonomi bisa menjadi salah satu pendorong atas terjadinya mobilitas sosial. Seorang atau kelompok individu yang hidup di dalam keadaan ekonomi yang serba kekurangan.
4. Situasi Politik, bisa menyebabkan terjadinya proses mobilitas sosial di dalam suatu masyarakat dalam sebuah negara. Keadaan negara yang tidak stabil akan sangat mempengaruhi kondisi keamanan yang di mana dapat mengakibatkan terjadinya mobilitas manusia ke daerah yang lebih aman. Atau hal tersebut juga dapat dikarenakan oleh sistem politik pemerintahan yang berlawanan dengan hati nurani ataupun paham yang dianut.
5. Kependudukan, faktor kependudukan pada umumnya dapat menyebabkan mobilitas dalam arti geografik. Pertambahan dari jumlah penduduk yang amat pesat dapat menyebabkan sempitnya tempat pemukiman serta kemiskinan akan semakin merajalela. Keadaan seperti ini tentunya dapat mendorong sebagian warga masyarakat untuk mencari tempat kediaman yang baru.
6. Keinginan Melihat Daerah Lain, adanya rasa keinginan untuk melihat daerah lain mendorong masyarakat untuk melakukan mobilitas geografik dari satu tempat ke tempat lainnya.

Faktor Penghambat
1. Kemiskinan sebagai faktor ekonomi yang bisa membatasi mobilitas sosial. Untuk masyarakat miskin, untuk menggapai status sosial tertentu adalah hal yang sangat sulit
2. Diskriminasi kelas, sistem kelas yang bersifat tertutup bisa menghalangi mobilitas ke atas.
3. Perbedaan ras serta agama di dalam sistem kelas yang bersifat tertutup bisa memicu terjadinya mobilitas vertikal ke atas.
4. Perbedaan jenis kelamin atau yang biasa kita sebut gender di dalam lingkungan masyarakat.
5. Faktor pengaruh sosialisasi yang amat kuat dalam suatu masyarakat yang mana bisa menghambat proses mobilitas sosial. Terutama hal yang berhubungan dengan nilau ataupun adat yang berlaku.
6. Perbedaan kepentingan, adanya perbedaan kepentingan antar individu ini di dalam suatu struktur organisasi akan menimbulkan masing-masing individu akan saling bersaing dalam memperebutkan sesuatu.

G. Saluran Mobilitas Sosial

1. Angkatan bersenjata, merupakan organisasi yang dapat digunakan untuk saluran mobilitas vertikal ke atas melalui tahapan yang disebut kenaikan pangkat.
2. Lembaga-lembaga keagamaan, lembaga-lembaga keagamaan dapat mengangkat status sosial seseorang.
3. Lembaga pendidikan, lembaga-lembaga pendidikan pada umumnya merupakan saluran yang konkret dari mobilitas vertikal ke atas, bahkan dianggap sebagai social elevator (perangkat) yang bergerak dari kedudukan yang rendah ke kedudukan yang lebih tinggi. Pendidikan memberikan kesempatan pada setiap orang untuk mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi.
4. Organisasi politik, organisasi politik memungkinkan anggotanya yang loyal dan berdedikasi tinggi untuk menempati jabatan yang lebih tinggi, sehingga status sosialnya meningkat.
5. Organisasi ekonomi, organisasi ekonomi (seperti perusahaan, koperasi, BUMN dan lain-lain) dapat meningkatkan tingkat pendapatan seseorang. Semakin besar prestasinya, maka semakin besar jabatannya. Karena jabatannya tinggi akibatnya pendapatannya bertambah. Karena pendapatannya bertambah akibatnya kekayaannya bertambah. Dan karena kekayaannya bertambah akibatnya status sosialnya di masyarakat meningkat.
6. Organisasi keahlian, orang yang memiliki keahlian tertentu akan dianggap lebih tinggi statusnya dari pada mereka yang tidak memilikinya.
7. Perkawinan, sebuah perkawinan dapat menaikkan status seseorang. Seorang yang menikah dengan orang yang memiliki status terpandang akan dihormati karena pengaruh pasangannya.

H. Dampak Mobilitas Sosial

Gejala naik turunnya status sosial tentu memberikan konsekuensi-konsekuensi tertentu terhadap struktur sosial masyarakat. Konsekuensi-konsekuensi itu kemudian mendatangkan berbagai reaksi. Reaksi ini dapat berbentuk konflik. Ada berbagai macam konflik yang bisa muncul dalam masyarakat sebagai akibat terjadinya mobilitas.
1. Dampak Negatif Mobilitas Sosial
a. Konflik antarkelas, dalam masyarakat terdapat lapisan-lapisan sosial karena ukuran-ukuran seperti kekayaan, kekuasaan, dan pendidikan. Kelompok dalam lapisan-lapisan tadi disebut kelas sosial. Apabila terjadi perbedaan kepentingan antara kelas-kelas sosial yang ada di masyarakat dalam mobilitas sosial maka akan muncul konflik antarkelas.
b. Konflik antarkelompok sosial, di dalam masyarakat terdapat pula kelompok sosial yang beraneka ragam. Di antaranya kelompok sosial berdasarkan ideologi, profesi, agama, suku, dan ras. Bila salah satu kelompok berusaha untuk menguasai kelompok lain atau terjadi pemaksaan, maka timbul konflik.
c. Konflik antargenerasi, konflik antar generasi terjadi antara generasi tua yang mempertahankan nilai-nilai lama dan generasi mudah yang ingin mengadakan perubahan.
d. Penyesuaian kembali, setiap konflik pada dasarnya ingin menguasai atau mengalahkan lawan. Bagi pihak-pihak yang berkonflik bila menyadari bahwa konflik itu lebih banyak merugikan kelompoknya, maka akan timbul penyesuaian kembali yang didasari oleh adanya rasa toleransi atau rasa penyesuaian kembali yang didasari oleh adanya rasa toleransi atau rasa saling menghargai. Penyesuaian semacam ini disebut akomodasi.

2. Dampak Positif Mobilitas Sosial
a. Orang-orang akan berusaha untuk berprestasi atau berusaha untuk maju karena adanya kesempatan untuk pindah strata. Kesempatan ini mendorong orang untuk mau bersaing, dan bekerja keras agar dapat naik ke strata atas.
b. Mobilitas sosial akan lebih mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat ke arah yang lebih baik.
 

Dari berbagai sumber

Download

Penjelasan Konsep Mobilitas Sosial dalam Sosiologi di Media Sosial:

https://youtu.be/siBSRa8JneI?si=4PaN3SBeS_FzZPxG

https://www.instagram.com/p/C7wdH2Xx8yg/

https://www.tiktok.com/@sosiologisman1cibeber/video/7376310354105748743

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment